Pertumbuhan Generatif Tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN
59
Tabel 11. Rerata Jumlah Tongkol, Bobot Tongkol Berkelobot, Bobot Biji Kering, dan Bobot 100 Biji Kering Tanaman Jagung.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak sama pada tabel menunjukkan ada beda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan dengan
taraf kesalahan α=5. J : Jagung monokultur
K : Kacang tanah monokultur TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah
TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan
a. Jumlah Tongkol
Tabel 11 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikaskan pada tanaman jagung memberikan pengaruh sama terhadap jumlah tongkol
jagung. Hal tersebut diduga karena keberadaan tanaman kacang tanah yang menyediakan unsur Nitrogen dalam tanah sudah memasuki fase
pertumbuhan generatif maksimal atau terjadi penuaan yang menyebabkan produksi Nitrogen oleh akar menurun sehingga pada saat tongkol jagung
kedua tumbuh jumlah unsur N yang tersedia dalam tanah cenderung sedikit. Selain itu, ketersediaan Nitrogen diudara dalam tanah yang
digunakan sebagai bahan penyedia unsur N dalam tanah untuk tanaman jagung jumlahnya sudah berkurang serta hasil fiksasi N dalam tanah oleh
akar tanaman kacang tanah diduga hilang karena terlarut atau terbawa air yang disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi.
Perlakuan Jumlah
tongkol jagung
Bobot tongkol berkelobot
gram Bobot biji
kering gram Bobot 100
biji jagung J
1,00 291,67
627,50 b 18,88
TS 1 1,00
239,97 566,67 b
21,61 TS 2
1,00 303,51
966,67 a 27,49
TS 3 1,00
257,98 633,33 b
22,51
60
b. Bobot Tongkol Berkelobot
Hasil sidik ragam terhadap bobot tongkol berkelobot tanaman jagung menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan
pengaruh yang sama Lampiran 6.B.1. Hasil bobot tongkol berkelobot tanaman jagung pada Tabel 11 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang
diaplikasikan memberikan pengaruh sama. Hal ini disebabkan karena keberadaan tanaman kacang tanah yang menyuplai unsur N dari hasil
fiksasi akan berpengaruh dalam pembentukan tongkol jagung, namun kekurangan unsur K dalam pembentukan karbohidrat pada biji jagung
dapat berpengaruh dalam bobot tongkol berkelobot. Selain itu, kondisi panen pada penelitian ini dilakukan setelah terjadinya hujan turun
sehingga bobot tongkol berkelobot dipengaruhi oleh kadar air yang tersimpan pada kelobot tongkol jagung.
c. Bobot Biji Kering
Hasil sidik ragam terhadap parameter bobot biji kering menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh berbeda
nyata Lampiran 6. B2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan terhadap parameter bobot biji kering disajikan dalam Tabel 11. Rerata bobot biji kering
tanaman jagung antar perlakuan disajikan dalam Gambar 7.
61
Gambar 7. Bobot Biji Kering Tanaman Jagung Keterangan :
J : Jagung monokultur TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah
TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan
Tabel 11 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan TS 2 memberikan hasil terbaik dalam bobot biji kering tanaman jagung
dibanding perlakuan yang lainnya. Sedangkan perlakuan TS 1 dan TS 3 memberikan hasil relatif sama dengan pelakuan J. Hal tersebut diduga
karena pada saat tanaman jagung memasuki fase pembentukan tongkol atau pada umur 7 minggu 49 HST yang membutuhkan unsur N tinggi,
keberadaan tanaman kacang tanah pada perlakuan TS 1 sudah berumur 9 minggu 63 HST yang sudah memasuki pembentukan polong dan biji
penuh, namun produksi Nitrogen dari hasil fiksasi menurun sehingga ketersediaan unsur N dalam memenuhi pembentukan tongkol maupun
jumlah biji jagung pada perlakuan TS 1 cenderung rendah dibanding perlakuan J. Pada perlakuan TS 2, keberadaan tanaman kacang tanah
berumur 5 minggu 35 HST yang memasuki fase pembentukan ginofor.
0.00 200.00
400.00 600.00
800.00 1000.00
1200.00
B o
b o
t B
ij i
K er
in g
g ra
m
Perlakuan
J TS 1
TS 2 TS 3
62
Pada umur ini diduga produksi unsur N pada akar tanaman kacang tanah masih terjadi dan kebutuhan Nitrogen tanaman kacang tanah menurun
sehingga kebutuhan tanaman jagung dalam pembentukan tongkol dan biji terpenuhi. Sedangkan pada perlakuan TS 3, keberadaan tanaman kacang
tanah berumur 7 minggu 49 HST yang memasuki fase pembentukan polong. Pada umur tersebut kebutuhan nitrogen tanaman kacang tanah
menurun, namun produksi unsur N tanaman kacang tanah masih terjadi sehingga dapat memenuhi kebutuhan unsur N tanaman jagung dalam
pembentukan tongkol dan biji jagung. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil biji kering per petak hasil dari perlakuan TS 2 dan TS 3 lebih besar dari
perlakuan J. d.
Bobot 100 Biji. Pengukuran bobot 100 biji kering jagung ini untuk menunjukkan
ukuran, jumlah, dan kepadatan hasil biji yang terbentuk dalam setiap tongkol jagung. Hasil sidik ragam terhadap parameter bobot 100 biji
tanaman jagung menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang sama Lampiran 6. B.3. Tabel 11
menunjukkan bahwa keberadaan tanaman kacang tanah sebagai tanaman sela di antara tanaman jagung memberikan pengaruh sama terhadap
parameter bobot 100 biji jagung antara sistem tanam tumpangsari dengan sistem tanam monokultur. Hal tersebut diduga karena pada tanaman
jagung masih terjadi pembelahan sel di bagian tongkol jagung. Pembelahan sel pada tongkol yang terjadi akan mempengaruhi
63
pembentukan biji dan ukuran biji jagung sedangkan pembentukan biji dan ukuran biji jagung tersebut juga dipengaruhi oleh unsur hara dalam tanah
terutama unsur Nitrogen. Selain itu, biji jagung yang padat keras dikarenakan terpenuhinya unsur K dalam pembentukan karbohidrat biji
jagung. 2.
Tanaman Kacang Tanah Produksi biji seringkali menjadi tujuan utama produksi tanaman
budidaya. Pada tanaman kacang tanah, hasil polong merupakan tujuan akhir selama
pertumbuhannya. Dibentuknya
polong pada
kacang tanah
menunjukkan suatu hasil setiap tanaman dan untuk luasan tertentu. Variabel yang di amati pada hasil kacang tanah yaitu jumlah polong yang terbentuk
setelah panen, bobot kering polong setelah di kering matahari, dan bobot 100 biji kacang tanah. Rerata pengamatan hasil tanaman kacang tanah disajikan
dalam Tabel 12. Tabel 12. Rerata Jumlah Polong, Bobot Polong Kering, dan Bobot 100 Biji
Kering Tanaman Kacang Tanah Perlakuan
Jumlah polong buah
Bobot polong kering gram
Bobot 100 biji gram
K 26,13
631,67 a 54,50
TS 1 28,73
466,67 b 53,63
TS 2 25,66
383,33 b 52,71
TS 3 24,80
385,00 b 50,51
Keterangan: Angka yang diikuti huruf tidak sama pada tabel menunjukkan ada beda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf
kesalahan α=5. K : Kacang tanah monokultur
TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung
TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan
64
a. Jumlah Polong
Hasil sidik ragam terhadap parameter jumlah polong tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan
memberikan pengaruh yang sama Lampiran 7.B1. Jumlah polong yang terbentuk antara kacang tanah sistem tumpangsari dibanding sistem
monokultur pada Tabel 12 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh sama. Hal tersebut dikarenakan ketika
tanaman jagung berumur 7 minggu 49 HST atau dalam fase membutuhkan Nitrogen untuk pembentukan tongkol, pada perlakuan TS 1
tanaman kacang tanah berumur 9 minggu 63 HST atau dalam fase pembentukan biji maksimal sehingga tidak ada persaingan penyerapan
unsur N antara tanaman jagung dengan kacang tanah dalam pembentukan polong kacang tanah. Pada perlakuan TS 2 tanaman kacang tanah berumur
5 minggu 35 HST atau dalam fase pembentukan ginofor sehingga tidak terjadi persaingan penyerapan unsur N melainkan tanaman kacang tanah
menyuplai ketersediaan unsur N untuk tanaman jagung dalam pembentukan tongkol. Sedangkan pada perlakuan TS 3 tanaman kacang
tanah berumur 7 minggu 49 HST atau dalam fase pembentukan polong maksimum sehingga tidak terjadi persaingan penyerapan unsur N antara
tanaman jagung dengan tanaman kacang tanah kerena kebutuhan Nitrogen tanaman kacang tanah menurun. Pernyataan tersebut sesuai dengan
Trustinah 1993 bahwa fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan stadia, yaitu mulai berbunga berumur 27-37 hari setelah tanam HST,
65
pembentukan ginofor berumur 32-36 HST, pembentukan polong berumur 40-45 HST, polong penuhmaksimum berumur 44-52 HST, pembentukan
biji berumur 52-57 HST, biji penuh berumur 60-68 HST, biji mulai masak berumur 68-75 HST, dan masak panen berumur 80-100 HST.
b. Bobot Polong Kering
Bobot polong kering kacang tanah merupakan hasil akhir dari pertumbuhan tanaman kacang tanah setiap tanaman maupun dalam luasan
tertentu. Bobot polong kering ini diukur setelah proses pengeringan menggunakan cahaya matahari secara langsung. Hasil sidik ragam
terhadap parameter bobot polong kering tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata Lampiran 7.B2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan terhadap parameter bobot polong kering tanaman kacang tanah
disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 dan Gambar 8 menunjukkan perlakuan K memberikan hasil
bobot polong kering terbaik dari perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan TS 1, TS 2 dan TS 3 memberikan hasil polong kering yang sama dalam
sistem tanam tumpangsari dengan jagung. Hal tersebut dikarenakan pada sistem budidaya monokultur perlakuan K memiliki jumlah populasi
tanaman kacang tanah yang ditanam pada ruang tanam tertentu lebih banyak dari jumlah populasi sistem budidaya tumpangsari sehingga jika
dibandingkan antara hasil produksi tanaman kacang tanah setiap petak hasil sistem monokultur dengan hasil produksi setiap petak hasil tanaman
66
kacang tanah sistem tanam tumpangsari akan lebih tinggi hasil produksi kacang tanah sistem tanam monokultur. Selain itu, ukuran dan jumlah
polong pada perlakuan K yang terbentuk dikarenakan ketersedian unsur N hasil fiksasi digunakan sendiri oleh tanaman kacang tanah tanpa ada
persaingan penyerapan unsur N oleh tanaman jagung sehingga akan mempengaruhi bobot polong kering tanaman kacang tanah sistem tanam
monokultur lebih tinggi.
Gambar 8. Bobot Polong Kering Kacang Tanah Keterangan :
K : Kacang tanah monokultur TS 1 : Tumpangsari jagung ditanam 2 minggu setelah tanam kacang tanah
TS 2 : Tumpangsari kacang tanah ditanam 2 minggu setelah tanam jagung TS 3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan
c. Bobot 100 Biji
Hasil sidik ragam terhadap parameter bobot 100 biji menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata Lampiran 7.B3. Bobot 100 biji kering kacang tanah pada Tabel 12 menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diaplikasikan
memberikan pengaruh sama. Hal tersebut dikarenakan unsur hara dalam
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7
B o
b o
t P
o lo
n g
K er
in g
g ra
m
Perlakuan
K TS 1
TS 2 TS 3
67
tanah terutama unsur Nitrogen berpengaruh terhadap pembentukan polong kacang tanah pada saat tanaman berumur 6-7 minggu, sedangkan
pembentukan polong kacang tanah akan menentukan ukuran biji kacang tanah yang terbentuk dan keseragaman ukuran biji. Dengan demikian
apabila terjadi persaingan penyerapan unsur N antara tanaman jagung dengan tanaman kacang tanah akan mengakibatkan ukuran biji yang
terbentuk tidak seragam sehingga berpengaruh terhadap bobot 100 biji yang dihasilkan.