Lahan Kering TINJAUAN PUSTAKA
17
dan berbatu, atau termasuk kawasan hutan. Dari total luas 148 juta hektar, lahan kering yang sesuai untuk budi daya pertanian hanya sekitar 76,22 juta hektar
52, sebagian besar terdapat di dataran rendah 70,71 juta hektar atau 93 dan sisanya di dataran tinggi. Di wilayah dataran rendah, lahan datar bergelombang
lereng 15 yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan mencakup 23,26 juta hektar. Lahan den
gan lereng 15−30 lebih sesuai untuk tanaman tahunan 47,45 juta hektar. Di dataran tinggi, lahan yang sesuai untuk tanaman pangan hanya
sekitar 2,07 juta hektar, dan untuk tanaman tahunan 3,44 juta hektar Tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan Kering yang Sesuai untuk Pertanian
Provinsi dan Negara
Dataran rendah hektar Dataran Tinggi hektar
Total Tanamam
semusim Tanaman
tahunan Tanaman
semusim Tanaman
tahunan Sumatera
4,899,476 15,848,203
1,103,176 992,055
22,842,910 Jawa
925,412 3,982,008
200,687 484,960
5,593,067 Bali dan
Nusa tenggara
1,091,878 1,335,469
58,826 201,761
2,687,934 Kalimantan
10,180,151 14,340,956 592,129
389,521 25,502,757
Sulawesi 1,801,877
3,664,040 70,780
1,134,320 6,671,017
Maluku dan Papua
4,360,318 8,282,809
43,094 233,981
12,920,202 Indonesia
23,360,112 47,453,458 2,068,692
3,346,598 76,217,887 Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat 2001.
Pada umumnya lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah, terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan olah tanah menjadi tipis
dan kadar bahan organik rendah. Kondisi ini makin diperburuk dengan terbatasnya penggunaan pupuk organik, terutama pada tanaman pangan semusim.
Di samping itu, secara alami kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat menurun, mencapai 30−60 dalam waktu 10 tahun Brown and Lugo 1990 dalam
18
didi dkk., 2002. Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organic
tanah relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca,
Mg, dan Si Didi dkk. 2002. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya tanah masam, yang dicirikan
oleh pH rendah 5,50, kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan basa-basa dapat tukar dan KTK rendah, kandungan besi dan mangan mendekati batas
meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik Adiningsih dan Sudjadi 1993; Soepardi 2001. Dari luas total lahan kering Indonesia sekitar 148 juta ha,
102,80 juta ha 69,46 merupakan tanah masam Anny dkk., 2004. Tanah tersebut didominasi oleh Inceptisols, Ultisols, dan Oxisols, dan sebagian besar
terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Kecamatan Ungaran memiliki ketinggian tempat rata-rata 607 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan mencapai 2500 – 3000 mm per tahun. Jenis
tanah di Kecamatan Ungaran berjenis Latosol yang berwarna merah kecoklatan Badan Pusat Statistik, 2016. Latosol merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk
pada daerah yang bercurah hujan sekitar 2000 sampai 4000 mm tiap tahun, bulan kering lebih kecil tiga bulan dan tipe iklim A, B. Di Indonesia Latosol umumnya
terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tufa volkan maupun batuan beku di daerah tropika basah. Tanah Latosol tersebar pada daerah-daerah dengan
ketinggian antara 10 - 1000 meter dengan curah hujan antara 2000 - 7000 mm per
19
tahun dan bulan kering 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga bergunung, dengan vegetasi utama adalah hutan tropika lebat Soepardi, 1983.