DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Teori Pembuatan Kebijakan Luar Negeri ..........................................8 Skema 1.2 Aplikasi Teori Pembuatan Kebijakan Luar Negeri .............................15
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar kudeta di Timur Tengah .............................................................40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Simbol Ikhwanul Muslimin ...............................................................31 Gambar 2.2 Bendera Partai Politik Ikhwanul Muslimin .......................................34
ABSTRAK
Saudi Arabia and The Moslem Brotherhood have good relationship that has existed since 1928 untill now, where Saudi Arabia headed by King Salman. The Moslem Brotherhood is an
Islamic Organization that become a background of President Mohammad Mursi. As a country that has power in the Middle East, Saudi Arabia has always shown his attitude in the coups in the
countries of the region. Not least his attitude towards the coup in Egypt in 2013. If in the coup of other countries, Saudi Arabia has given a reasonable respon, it is not to the coup in Egypt. Saudi
Arabia has given an unreasonable respon by being an agressive. Saudi Arabia directly involved and provide support both morally and materially. Although many people condemned the coup, but
the support of Saudi Arabia continues to support the regime that thwart democracy in Egypt. This journal will explain why Saudi Arabia has supported the coup on Mohammad Mursi.
Keywords : The foreign policy of Saudi Arabia, The Coup in Egypt in 2013, The Moslem Brotherhood
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hubungan baik antara Arab Saudi dan IM selanjutnya dipakai sebagai kepanjangan dari Ikhwanul Muslimin sudah dimulai sejak tahun
1928. Dibuktikan dengan adanya hubungan kemitraan yang terbangun antara Hasan Al Banna sebagai pendiri Ikhwanul Muslimin dengan
beberapa tokoh penting Arab Saudi, salah satunya adalah dengan Raja Abdul Aziz. Hubungan tersebut berlanjut pada hubungan yang lebih erat
hingga Hasan Al Banna bisa mempelajari salafisme dari Raja Arab tersebut. Hubungan baik berlanjut pada kedekatan ideologis dan pendanaan
antara IM dengan Arab Saudi. Pada tahun 1945, isu Palestina digunakan Ikhwanul Muslimin untuk membangun aliansi dengan Saudi. Bahkan, Arab
Saudi pun begitu simpati terkait kasus hukuman mati Sayyed Al Qutb, hingga tahun 1966 Arab Saudi mengirimkan surat himbauan atas keberatan
penjatuhan hukuman mati tersebut. Tak hanya itu, Arab Saudi pun meminta organisasi IM Ikhwanul Muslimin untuk membuka cabang di negaranya
dan beberapa negara Teluk yang lain, serta mengontrol beberapa lembaga swadaya masyarakat di Arab Saudi. Tidak hanya terkait hal yang bersifat
politis ideologis, namun hubungan baik keduanya pun terlihat dalam bidang pendanaan. Selama beberapa dekade, Kerajaan Arab Saudi telah
menggelontorkan dolarnya dari kekayaan minyak untuk membantu Ikhwanul Muslimin Wadjdi, 2013.
Sikap baik itu berubah setelah kejadian diturunkannya Husni Mubarak sebagai presiden Mesir tahun 2011. Saudi melihat IM lebih
sebagai ancaman dibanding teman. Hal tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi pihak Mursi. Padahal, sesaat setelah peresmian tampuk
kepresidenan Mursi, Arab Saudi merupakan negara pertama yang dikunjungi pihak Mursi. Tujuan kunjungannnya adalah untuk memperkuat
hubungan antara kedua negara di segala bidang Furqon, 2012. Tindakan Arab Saudi pada kudeta atas Mursi memberikan kesan lain
dibanding dengan bentuk keterlibatannya pada konflik senjata di negara lain. Maksdunya, keterlibatan Arab Saudi dalam konflik senjata di Timur
Tengah memang sangat jelas. Seperti dukungan Arab Saudi dalam konflik di Yaman, Suriah, Libya, dan lain-lain. Pada kasus di Tunisia, Arab Saudi
bersifat tidak mengkhawatirkan kebangkitan rakyat di Tunisia, hingga pemerintah Arab Saudi memberikan suaka politik kepada mantan diktator
Tunisia Zine El Abidine Ben Ali. Selain itu, dalam kasus Yaman, Arab Saudi memberikan perlindungan terhadap Abd Mansur Hadi yakni Presiden
Yaman yang telah mengundurkan diri. Lain halnya pada kasus kudeta Mesir, Arab Saudi mengambil peranan penting dan bersikap agresif. Raja
Abdullah menjadi pemimpin negara pertama yang menyatakan
dukungannya pada kudeta atas Presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi.
Hal yang tak kalah menarik lagi adalah disaat banyaknya pihak yang mengecam Kudeta Mesir, Arab Saudi justru mendukung rezim tersebut.
Inggris, Indonesia, Turki, dan lain-lain begitu mengecam Kudeta yang mengorbankan rakyat, masa depan dan demokrasi Mesir. Meninjau laporan
dari AntiCoup Alliance terkait korban kudeta menyebutkan adanya 2.200 korban jiwa dan puluhan ribu luka-luka Lupiyanto, 2013. Kudeta Mesir
oleh militer merupakan pelanggaran kemanusiaan dan demokrasi terbesar sepanjang sejarah dunia. Oleh sebab itu, menjadi mengherankan jika Arab
Saudi dan negara-negara yang mengagungkan demokrasi mendukung kudeta ini. Kecaman-kecaman termasuk dari ulama besar seperti Dr. Yusuf
Al Qardhawi pun seolah tidak digubris oleh Arab Saudi. Bahkan, Saudi justru mengultimatum sekutunya di GCC Gulf Cooperation Council,
Qatar untuk mengusir Ketua Persatuan Ulama dunia Dr. Yusuf Qardhawi tersebut yang selama ini bermukim di sana.
Terkait dukungan terhadap Kudeta, Arab Saudi memberikan dukungan baik moril maupun materil. Ia dan sekutunya berjanji akan
menyumbang dana sebesar 12 miliar dollar AS, angka itu delapan kali lebih besar dari bantuan rutin AS ke Mesir setiap tahun, yakni mencapai 1,5 miliar
dolar AS Firmansyah, 2013. Tidak hanya itu, pasca kudeta sekalipun Arab Saudi masih menggelontorkan dana pada penguasa baru militer Mesir. Pada