Studi Terdahulu Tinjauan Pustaka

7 Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan wujud penolakan FoEI sebagai global civil society terhadap privatisasi dan komersialisasi sumberdaya air di Indonesia melalui kemitraan global dengan WALHI.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Memenuhi standar tugas akhir untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar S1 jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Peneliti dapat mengaplikasikan teori dan konsep yang berhubungan dengan Global Civil Society. 3. Pengembangan studi Global Civil Society.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Mengetahui fenomena privatisasi sumberdaya air di Indonesia 2. Mengetahui upaya dan pergerakan FoEI sebagai Global Civil Society dalam melakukan upaya penolakan privatisasi air di Indonesia melalui kemitraan global dengan WALHI di Indonesia. 3. Meningkatkan kesadaran terkait segi positif dan negatif dari upaya privatisasi sumber daya air.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Studi Terdahulu

Penelitian mengenai FoEI sebagai global civil society masih minim dilakukan. FoEI berperan aktif dalam kancah internasional melalui kerjasama dengan organisasi lokal yang memiliki konsentrasi isu yang sama dan organisasi 8 internasional lain seperti Green Peace, BIC, CIRA, MSN dalam menangani permasalahan mengenai lingkungan hidup. Namun penelitian yang mengenai peran FoEI dalam menangani permasalahan lingkungan di Indonesia melalui kemitraan dengan WALHI belum banyak diteliti oleh kaum akademisi maupun oleh lembaga-lembaga lain. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya sebagai berikut: Penelitian pertama yang sejenis dengan penelitian ini dilakukan oleh Sinta Yuningtias dalam karyanya yang berjudul “Peran Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI sebagai Global Civil Society dalam Konservasi Pulau Terluar di Indonesia”. 13 Sinta Yuningtias menggunakan konsep global civil society dalam penelitiannya. Dia menjelaskan peran aktif WALHI dalam usaha penyelamatan pulau terluar Indonesia. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan adalah penggunaan konsep yang sama yakni Global Civil Society dalam menjalaskan fenomena. Perbedaannya terletak pada pengambilan studi kasus yang berbeda. Peneliti mendiskripsikan peranan FoEI dalam kemitraanya dengan WALHI terkait persoalan privatisasi dan komersialisasi sumberdaya air di Indonesia. Penelitian sejenis yang kedua adalah milik Andri Irfani dalam skripsinya yang berjudul “Peran WALHI dalam Upaya Pencetusan Kebijakan Moratorium Logging terhadap Hutan Indonesia”. 14 Dalam penelitian ini menggunakan suatu 13 Sinta Yuningtias S.ip dalam skripsi yang berjudul: peran wahana lingkungan hidup Indonesia WALHI sebagai global civil society dalm konservasi pulau terluar di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Malang, jurusan Hubungan Internasional angkatan 2006. 14 Andri Irfani dalam skripsi yang berjudul:Peran Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI dalam pencetusan Kebijakan Moratorium Logging terhadap Hutan Indonesia. Universitas Sumatra Utara Medan, Jurusan Departemen Ilmu Politik. 9 kebijakan yang disebut dengan istilah moratorium logging atau jeda tebang terhadap hutan yang ada di Indonesia. Definisi konsep moratorium logging atau jeda tebang menurut WALHI yaitu untuk berhenti sejenak dari aktivitas penebangan dan konversi hutan. Kebijakan moratorium logging yang dicetuskan oleh WALHI berupaya untuk menjaga kelestarian hutan di Indonesia agar tidak di eksploitasi atau ditebang secara besar-besaran. Hal ini di upayakan oleh WALHI untuk mengatasi fenomena penyusutan dan perusakan hutan di Indonesia. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan adalah pembahasan mengenai peranan WALHI dalam menjaga kelestarian alam. Dan berupaya mempengaruhi kebijakan pemerintah sebagai gerakan civil society. Perbedaannya terletak pada gerakan civil society yang dilakukan hanya dalam lingkup domestik yang tidak mengadakan kerjasama dengan organisasi atau lembaga internasional. Penelitian yang serupa terkait upaya penolakan privatisasi air adalah tulisan dari Afsar Jafri 15 , yang dipublikasikan dalam Essay Colections by Reclaiming Public Water Network dalam edisi Water Democracy: Reclaiming Public Water in Asia dalam judul Countering Water Privatisation in Mumbai: Evolving a Public-Public model. Dalam penelitian ini, dijelaskan bahwa upaya privatisasi air telah terjadi di Mumbai India, dimana pemerintah telah melakukan kesepakatan dengan World Bank untuk memberikan ruang bagi pengelolaan air oleh swasta melalui castalia’s report, dalam hal ini adalah perusahaan multinasional. Perumusan dan pemutusan kebijakan tersebut dilakukan tanpa 15 Afsar Jafri is a research associate with Focus on the Global South-India, one of the constituent groups of the Mumbai Paani network. He is based in Mumbai and can be reached at a . jafrifocusweb . org. Diakses melalui http:www.tni.orgsiteswww.tni.orgarchiveswater- docswaterdemocracyasia.pdf 04122013 19:29. 10 menyertakan masyarakat baik dalam pendapat maupun persetujuan, sebelumnya disampaikan janji terkait pelaksanaan castalia’s report pihak penguasa berjanji akan meminta persetujuan dan pendapat masyarakat. Sebagai upaya menghindari privatisasi mutlak oleh swasta yang hanya mementingkan keuntungan, masyarakat mengupayakan melalui a public-public management, dimana dalam model tersebut, pengelolaan dan pemanfaatan air harus disertai dengan menejemen dalam struktur maupun oprasional yang disetujui dan diketahui oleh masyarakat luas. Masyarakat harus diberi keleluasaan untuk mengawasi dan mengontrol bersama pemerintah dan pihak perusahaan. Sehingga pengelolaan dan distribusi air menjadi lebih transparan, lebih efisien dan lebih tepat sasaran. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada kasus privatisasi air dimana mengundang respon dari masyarakat dalam bentuk civil society. Berbeda dengan penelitian ini, upaya penolakan yang dilakukan terjadi hanya pada ranah domestik melalui pergerakan dan skema domestik saja. Upaya penolakan privatisasi air selanjutnya adalah tulisan dari V. Suresh 16 , yang dipublikasikan dalam Essay Colections by Reclaiming Public Water Network dalam edisi Water Democracy: Reclaiming Public Water in Asia dalam judul Solution for the Water Crisis-Democratisation, not Privatisation Promising Stories from Tamil Nadu, India. Dr. Suresh menjelaskan kemampuan 16 Dr. V. Suresh is an advocate, appointed by Supreme Court of India as Advisor for Tamil Nadu to the Supreme Court Commissioner on Food Security and a facilitator of change management institutional transformation at ODEC P Ltd, Chennai, India. He is also connected to the Centre for Law, Policy and Human Rights Studies, Chennai. He is also President of Peoples Union for Civil Liberties-Tamil nadu Puducherry state units. Office: Hussaina Manzil, 3rd Floor, 255 Old No. 123, Angappa Naicken Street, Chennai 600 001. Phone: Office: +91 44 2535 2459; Home: +91 44 2449 3494; Mobile: 094 442-31497 E-mail:rightstnyahoo.com Diakses dari http:www.tni.orgsiteswww.tni.orgarchiveswater- docswaterdemocracyasia.pdf04122013 19:29. 11 masyarakat mengelola sumberdaya air secara swadaya mandiri dalam bentuk yang disebutnya sebagai “Democratisation of Water Management” dimana masyarakat, secara bergotong royong dan dengan semangat kebersamaan, melakukan pengembangan inisiatif secara bersama-sama untuk mengelola dan mengembangkan perangkat pengairan yang telah disediakan pemerintah melalui TWAD Tamil Nadu Water Supplies and Drainage Board sebagai upaya menopang kebutuhan dan kepentingan bersama. Namun keputusan pemeritah secara sepihak untuk menempatkan ahli dalam hal ini pemilik modal dan perusahaan multinasional privatisasi, telah mengubah sistem dan pengaturan serta pengelolaan pengairan secara sepihak. Kepentingan perusahaan yang mengedepankan profit dan pengembangan investasi berdampak kepada ketidak terdistribusikannya air secara merata dan tepat sasaran, swadaya masyarakat demokratisasi sumberdaya air yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat akan air, akhirnya rusak dan tergantikan oleh ketidak terakomodiran kebutuhan masyarakat akibat privatisasi air. Memiliki pokok pembahasan serupa terkait privatisasi air, penelitian ini akan sangat berharga untuk dapat memberikan penggambaran terkait privatisasi air sebagai persoalan yang akan membahayakan kepentingan masyarakat akan akses terhadap air melalui privatisasi air. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yang menitik beratkan pada peran dan upaya penolakan oleh global civil society. Selanjutnya adalah tulisan yang sangat informatif yang berjudul Problems of Water Privatization and Responses in Korea oleh Korean Government 12 Employees’ Union KGEU 17 Joint Action against Water Privatization yang dipublikasikan dalam Essay Colections by Reclaiming Public Water Network dalam edisi Water Democracy: Reclaiming Public Water in Asia. Dijelaskan bahwa di Korea, distribusi air sepenuhnya telah diatur oleh pemerintah melalui K- Water. Namun terdapat beberapa masalah utama dalam pendistribusian tersebut, Pertama terjadi polarisasi distribusi air bersih, hanya beberapa golongan saja yang mendapat air bersih. Kedua, terjadi distrust ketidakpercayaan publik terhadap air PAM karena rentan terkontaminasi penyakit dan bakteri. Ketiga ketidak seragaman harga air. Keempat ketiadaan pengelolaan oleh tenaga ahli dan tenaga kerja profesional. Persoalan tersebut mendorong pemerintahan Korea mengedepankan privatisasi air oleh perusahan melalui perusahaan transnasional Veolia. Hal tersebut mengundang respon menentang dari KGEU dan Civil Society di Korea. Gelombang penolakan dilakukan melalui penolakan secara comisioning oleh KGEU dalam ranah pemerintahan lokal, mereka juga berkoalisi dengan civil society untuk menuntut transparansi proses pengambilan kebijakan terkait penentuan harga air, kesetabilan perusahaan serta finansial pengelola air yang diberi wewenang. Kedua dilakukan oleh akademisi, dimana para akademisi dan peneliti terus menyuarakan penyampaian melalui media masa hasil penelitian 17 Korean Government Employees Union KGEU is a national union of central and local government workers, accommodating more than 40,000 members. It was established in 2002 and was only legalized in November 2007 after long years of struggle for labour rights. It is also fighting against corruption, privatization of basic public services including water, pension liberalization, for reform of public offices among others. Joint Action against Water Privatization JAWP is a coalition in South Korea, formed in September 2006 to fight against water privatization. As of November 2007, it accommodates 29 organizations, ranging from trade unions to environment NGOs. JAWP mainly implements policy analysis, formulates alternatives and strategies, and has continuously organized conferences and campaigns on water privatization. Diakses dalamhttp:www.tni.orgsiteswww.tni.orgarchiveswater- docswaterdemocracyasia.pdf04122013 19:29 13 terkait bahaya privatisasi air untuk masa depan distribusi air di Korea, selain itu mereka juga terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak dasarnya atas air, sehingga tidak pantas air untuk dikomersialkan. Hingga pada upaya koalisi dan akomodasi bersama masyarakat pada tingkat lokal terkecil. Sejalan dengan peneltian yang akan dilakukan, penelitian peneliti ini akan menjelaskan upaya serupa yang dilakukan FoEI sebagai Global Civil Society dalam mengupayakan penolakan privatisasi air di Indonesia melalui kemitraan lokal dengan WALHI. Perbedaannya di Korea ini hanya terbatas pada upaya domestik. Sementara Dale T. McKinley 18 dalam The Struggle Against Water Privatisation In South Africa, menjelaskan mengenai upaya perlawanan atas situasi privatisasi air yang terjadi di Afrika Selatan. Privatisasi sumberdaya air yang terjadi semenjak 1994 di Afrika Selatan, berimbas kepada ketidak merataan distribusi air kepada masyarakat yang miskin dan termarjinalkan. Situasi tersebut mengundang berbagai upaya untuk menghentikan praktik privatisasi air sebagai bagian dari kebijakan makro ekonomi di Afrika Selatan untuk pembangunan Afrika Selatan. Upaya tersebut terbagi kedalam tiga keompok, Pertama perjuangan komunitas, yang dilakukan oleh masyarakat lokal dengan membentuk komunitas Anti-Privatisation Forum APF tahun 2000 dan Coalition AgainstWater Privatisation CAWP tahun 2003. Kedua upaya penerapan alternatif pengelolaan sumberdaya air Planting The Seeds Of An Alternative, 18 Dale T. McKinley is the media-information officer for the Anti-Privatisation Forum and acting chairperson of the Coalition Against Water Privatisation diakses dalam http:www.tni.orgsiteswww.tni.orgarchivesbookswatersafrica.pdf diakses pada 6022014 pkl 11:26 14 yaitu upaya pengalihan pengelolaan air oleh masyarakat dengan pembiayaan dan pendanaan secara swadaya. Ketiga solidaritas internasional International Solidarity yaitu melalui kegiatan pertukaran informaasi serta konsultasi terkait pergerakan dan pernyataan bersama menolak privatisasi air di Afrika Selatan, hingga menulis dalam atrikel politik dengan berbagai kelompok pemerjuang hak rakyat atas air dari berbagai negara Cochabamba, Bolivia or Accra, Ghana or Atlanta, Georgia or Buenos Aires, Argentina.or Manila in the Philippines, or Johannesburg. Sementara peneliti dalam penelitian ini, Octanama Valentine, 2014, Peran FoEI Sebagai Global Civil Society Dalam Upaya Penolakan Privatisasi Dan Komersialisasi Sumberdaya Air Di Indonesia Melalui Kemitraan Global Studi Kasus Kemitraan FoEI dengan WALHI, akan memfokuskan untuk menjelaskan dan menggambarkan upaya FoEI sebagai Global Civil Society dalam membendung privatisasi sumberdaya air di Indonesia melalui kemitraan dengan WALHI. Ini berarti penjelasan upaya WALHI yang disebutkan nantinya merupakan pergerakan yang berorientasi internasional yang dilakukan FoEI, yang bersifat lintas batas negara. Baik berupa pertukaran informasi, pengkajian melalui pertemuan global, hingga penggalangan dukungan yang bersifat lintas batas negara. Sehingga posisi WALHI sebagai mitra FoEI dilihat sebagai gerakan yang mewakili pergerakan FoEI di Indonesia. Tabel 1.1 Tabel Posisi Penelitian NomorNama Jenis PenelitianKonsep Perbedaan 1 Peran Wahana Deskriptif Perbedaannya terletak pada 15 Lingkungan Hidup Indonesia WALHI sebagai Global Civil Society dalam Konservasi Pulau Terluar di Indonesia” Oleh Sinta Yuningtias Konsep Global Civil Society pengambilan studi kasus yang berbeda. Sama-sama mengunakan konsep global civil society dalam menjelaskan fenomena. 2 Andri Irfani dalam skripsinya yang berjudul “Peran WALHI dalam Upaya Pencetusan Kebijakan Moratorium Logging terhadap Hutan Indonesia” Deskriptif Konsep Civil Society Perbedaannya terletak pada gerakan civil society yang dilakukan hanya dalam lingkup domestik yang tidak mengadakan kerjasama dengan organisasi atau lembaga internasional 3 Afsar Jafri dalam judul Countering Water Privatisation in Mumbai: Evolving a Public-Public model Deskriptif Public-public management upaya penolakan yang dilakukan terjadi hanya pada ranah domestik melalui pergerakan dan skema domestik saja. Sama-sama menjelaskan upaya WALHI terkait isu lingkungan di Indonesia 4 V. Suresh dalam judul Solution for the Water Crisis – Democratisation, not Privatisation Promising Stories from Tamil Nadu, India. Deskriptif Democratisation of Water Management Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yang menitik beratkan pada peran dan upaya penolakan oleh global civil society. Sama-sama menilik persoalan privatisasi sumber daya air. 5 Korean Government Employees’ Union KGEU Joint Action against Water Privatization berjudul Problems of Water Privatization and Responses in Korea Deskriptif Civil society Perbedaannya di Koera ini hanya terbatas pada upaya domestik. Sama-sama membahas upaya penolakan privatisasi air oleh gerakan civil society. 6 Dale T. McKinley, The Struggle Against Water Privatisation In South Africa Deskriptif Global Civil Society Perbedaannya terdapat pada penelitian ini meneliti tentang perjuangan melawan privatisasi di Afrika Selatan. 7 Octanama Valentine, 2013, Peran FOEI dalam Upaya Penolakan Privatisasi Ekspalanatif Global Civil Society Upaya penolakan FoEI terhadap privatisasi dan komersialisasi sumberdaya air di dunia adalah melalui strategi kemitraan global 16 dan Komersialisasi Sumberdaya Air Di Indonesia melalui Kemitraan Global Studi Kasus Kemitraan FOEI dengan WALHI dengan menggandeng bekerjasama LSM-LSM lokal yang memiliki concern isu yang sama, salah satunya di Indonesia. FoEI menggandeng WALHI sebagai mitra strategis dalam Upaya penolakan FoEI terhadap privatisasi dan komersialisasi sumberdaya air di dunia.

1.5.2 Teori dan Konsep