Nilai Ekonomi dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara

(1)

NILAI EKONOMI DAN POLA SEBARAN

AREN (Arenga pinnata) TAMAN NASIONAL GUNUNG

LEUSER (TNGL) SPTN-VI WILAYAH STABAT RESORT

TANGKAHAN

(

Studi Kasus di DesaNamo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan)

SKRIPSI

Oleh: Ilham Syahputra S

051201024 Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRACT

ILHAM SYAHPUTRA SURBAKTI, Economic Value and Distribution Pattern Aren (Arenga pinnata) Gunung Leuser National Park (TNGL) SPTN-Region VI Stabat Resort Tangkahan North Sumatra. Guided by Mr. ODING AFFANDI and Mrs. SITI LATIFAH.

Aren (Arenga pinnata) is a forest plant that has many benefits but not yet widely used forest communities.

This study aims to determine patterns of distribution and economic value in the Area TNGL SPTN palm-Region VI Tangkahan Stabat Resort Village and Countryside Namo beehive Sei Serdang, North Sumatra Attack Sub Trunk.

Based on research conducted palm known to grow at an altitude of 0-300 mdpl, whereas the highest economic value of the palm which is used brown sugar and the lowest economic value is the wine.


(3)

ABSTRAK

Ilham Syahputra Surbakti, Nilai Ekonomi dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara. Dibimbing oleh Bapak ODING AFFANDI dan Ibu SITI LATIFAH

Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran dan nilai ekonomi aren di Kawasan TNGL SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan Sumatera Utara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui pola sebaran aren adalah berkelompok dan dominan tumbuh di ketinggian 0-300mdpl, sedangkan yang nilai ekonomi tertinggi dari aren yang dimanfaatkan adalah gula merah dan nilai ekonomi terendah adalah tuak.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Ilham Syahputra Surbakti dilahirkan di Damuli Kebun pada tanggal 22 Nopember 1987 dari ayah B. Surbakti dan ibu M. Tarigan. Penulis merupak anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kualuh Selatan, Labuhanbatu Utara. Melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi salah satu anggota organisasi HIMAS (Himpunan Mahasiswa Silva). Tahun 2007, penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan dan Pembinaan Hutan (P3H) di Desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara dan Hutan Pegunungan Lau Kawar, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Jawa Barat pada tanggal 10 juni hingga 10 agustus 2009.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Adapun judul penelitian ini adalah “Nilai Ekonomi dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara”

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Oding Affandi S.Hut,MP dan Ibu Siti Latifah S.Hut, M.Si, Phd selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Dosen dan Staf Pegawai Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Dan yang terutama kepada kedua orang tua penulis, keluarga dan sahabat-sahabat yang telah membantu dalam pembuatan proposal ini.

Kiranya penelitian yang akan saya lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat, dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional ... 5

Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser ... 6

Potensi Pohon Aren (Arenga pinnata) ... 8

Nilai Ekonomi Hasil Hutan ... 11

Teori Pemasaran ... 12

Pola Sebaran Tumbuhan ... 14

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Teknik Pengambilan Sampel ... 15

Teknik Pengumpulan Data ... 17

Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Kawasan dan Kependudukan ... 21

Sarana dan Prasarana ... 22

Sebaran Populasi Aren (Arenga pinnata) di Kawasan TNGL SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan ... 24

Pemanfaatan Pohon Aren Oleh Masyarakat Namo Sialang Dan Sei Serdang ... 27

Nilai Ekonomi Hasil Aren ... 32

Jalur Pemasaran Hasil Aren Oleh Masyarakat ... 33

Air Nira ... 34

Gula Merah dan Gula Pasir ... 35

Tuak ... 36 KESIMPULAN DAN SARAN


(7)

Kesimpulan ... 38 Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Metode Pengelompokan Jumlah Pohon Aren Berdasarkan

Ketinggian ... 19 2. Pengelompokan Jumlah Pohon Aren Berdasarkan Ketinggian ... 25 3. Jenis Pemanfaatan Pohon Aren ( Arenga pinnata) oleh Masyarakat

Namo Sialang dan Sei Serdang ... 27 4. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Aren yang Dimanfaatkan

Masyarakat... 33


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Random jalur plot pohon aren ... 17

2. Kondisi Umum Desa Namo Sialang ... 23

3. Kondisi Umum Hutan TNGL SPTN-VI Resort Tangkahan ... 23

4. Peta Pola Sebaran Aren ... 24

5. Proses Pemanfaatan Gula Merah ... 29

6. Tuak ... 32

7. Jalur Pemasaran Air Nira... 35

8. Jalur Pemasarn Gula Merah Dan Gula Putih ... 35


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jenis Hasil Aren yang Dihasilkan Masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang ... 39 2. Perhitungan Nilai Ekonomi Produk Hasil Aren ... 41 3. Kuisioner ... 51


(11)

ABSTRACT

ILHAM SYAHPUTRA SURBAKTI, Economic Value and Distribution Pattern Aren (Arenga pinnata) Gunung Leuser National Park (TNGL) SPTN-Region VI Stabat Resort Tangkahan North Sumatra. Guided by Mr. ODING AFFANDI and Mrs. SITI LATIFAH.

Aren (Arenga pinnata) is a forest plant that has many benefits but not yet widely used forest communities.

This study aims to determine patterns of distribution and economic value in the Area TNGL SPTN palm-Region VI Tangkahan Stabat Resort Village and Countryside Namo beehive Sei Serdang, North Sumatra Attack Sub Trunk.

Based on research conducted palm known to grow at an altitude of 0-300 mdpl, whereas the highest economic value of the palm which is used brown sugar and the lowest economic value is the wine.


(12)

ABSTRAK

Ilham Syahputra Surbakti, Nilai Ekonomi dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara. Dibimbing oleh Bapak ODING AFFANDI dan Ibu SITI LATIFAH

Aren (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran dan nilai ekonomi aren di Kawasan TNGL SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan Sumatera Utara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui pola sebaran aren adalah berkelompok dan dominan tumbuh di ketinggian 0-300mdpl, sedangkan yang nilai ekonomi tertinggi dari aren yang dimanfaatkan adalah gula merah dan nilai ekonomi terendah adalah tuak.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh unsur dasar pembangunan yang pemanfaatannyan perlu dilakukan secara bijaksana sehingga sumber daya hutan tetap lestari agar selalu dapat mendukung pembangunan serta memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup berlangsung sepanjang masa, sedangkan sifat dan intensitasnya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kependudukkan dan kebudayaannya. Kehidupan masyarakat desa sangat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia disekitarnya, fungsi tata guna lahan (hutan) sebagai sumber daya alam memberikan manfaat pengetahuan dan juga pengalaman masyarakat lokal tentang pemanfaatan berbagai tumbuhan dalam kehidupan sehari-harinya.

Nama Tangkahan mungkin masih cukup asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jangankan di Indonesia, di Sumatera Utara sendiri Tangkahan masih merupakan tempat yang jarang didengar orang, kecuali untuk orang-orang yang bergerak dalam bidang konservasi. Hutan Tangkahan masih merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser. Hutan Tangkahan terletak di Desa Namo Sialang, Kecamatan Sei Serdang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Daerah ini memiliki hamparan hutan hujan tropis dataran rendah yang sangat luas dan kaya akan keanekaragaman hayati (Mulyadi, 2008).


(14)

Resort Tangkahan pada Taman Nasional Gunung Leuser, memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Sebagian besar kawasan Tangkahan merupakan hutan hujan tropis mulai dari hutan primer Dipterocarpaceae, dan hutan primer campuran. Wilayah Resort Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL). Tangkahan merupakan habitat dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrata. Sedangkan salah salah satu jenis flora yang terdapat di Resort Tangkahan yaitu Aren (Arenga pinnata).

Pohon aren biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai. Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Sibolangit, produktifitas Nira Aren dapat menghasilkan 20-50 liter/hari/pohon memiliki kadar gula 12-16%, harga nira berkisar Rp. 2.000 perliter. Belum semua hasil Aren termanfaatkan, hal ini disebabkan faktor distribusi dan populasi aren yang tidak merata. Sedangkan di Tapanuli Utara harga gula Aren sekitar Rp 9.500 per kg (Viklund, 2008).

Pelestarian tanaman aren perlu dilakukan, mengingat banyaknya manfaat dari tanaman tersebut. Hanya saja agak lambat dalam perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan.

Penelitian ini nantinya bisa menghasilkan data sebaran Aren (Arenga pinnata) di Resort Tangkahan, di area atau di ketinggian berapakah Aren banyak ditemukan di Resort Tangkahan dan juga penelitian ini bisa memperoleh gambaran pemanfaatan Aren dan nilai ekonomi Aren.


(15)

Perumusan Masalah

Kawasan Resort Tangkahan memiliki banyak kekayaan flora, salah satu jenisnya yaitu Aren (Arenga pinnata). Aren memang sudah sejak lama dikenal para petani kita sebagai tanaman bernilai ekonomis. Namun hingga kini masukan ilmu dan teknologi pada aren masih sangat minim, masyarakat sekitar masih belum optimal dalam pemanfaatannya, hanya masih memanfaatkan niranya saja, padahal masih banyak manfaat lainnya yaitu buah, lidi, batang dan akar. Masyarakat juga masih mengandalkan Aren yang tumbuh secara alami, belum terpikirkan untuk melakukan penanaman secara langsung, ataupun penyeleksian bibit. Padahal tumbuhan yang seringkali dipandang sebelah mata ini, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa jika digarap secara optimal. Nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan aren sangat menjanjikan karena memiliki harga jual yang tinggi dan tidak membutuhkan biaya yang banyak dalam pemanfaatanya. Adapun dari permasalahan penelitian ini muncul dan timbul beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan dari masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola penyebaran Aren (Arenga pinnata) di kawasan Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI wilayah Stabat Resort Tangkahan?

2. Bagaimana pemanfaatan Aren (Arenga pinnata) oleh masyarakat sekitar Resort Tangkahan?

3. Berapa nilai ekonomi hasil Aren (Arenga pinnata) yang dimanfatkan oleh masyarakat sekitar Resort Tangkahan ?


(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola penyebaran pohon Aren (Arenga pinnata) di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pemanfatan pohon Aren oleh masyarakat sekitar Resort Tangkahan kawasan TNGL Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui nilai ekonomi hasil Aren (Arenga pinnata) yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Resort Tangkahan Kawasan TNGL Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui jalur pemasaran produk pemanfaatan Aren (Arenga pinnata)

Manfaat penelitian

Memberikan gambaran atau informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan tentang pola penyebaran Aren (Arenga pinnata) serta bagaimana pemanfaatan dan nilai Ekonomi dari Aren (Arenga pinnata) tersebut.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam, yang mempunyai fungsi sebagai:

• Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan.

• Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.

• Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain :

• Ekonomi, dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara.

• Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan.

• Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari.

• Pendidikan dan Penelitian, merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.


(18)

• Jaminan Masa Depan , keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.

Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.

Pengelolaan Taman nasional didasarkan atas sistem zonasi, yang dapat dibagi atas :

• Zona inti

• Zona pemanfaatan

• Zona rimba; dan atau yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Departemen Kehutanan, 1997).

Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser

"Harta" yang terpendam di bumi Leuser akhirnya diakui sebagai Warisan (Alam) Dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) pada tahun 2004. Proses untuk menjadi Warisan Dunia (atau disebut sebagai World Heritage) ini dilakukan atas usulan pemerintah


(19)

Indonesia kepada salah satu lembaga PBB yaitu UNESCO yang bermarkas di Paris, Prancis tersebut. Seperti biasanya, banyak pertanyaan kritis dan sebagian juga sinis mengenai diakuinya Leuser ini sebagai Warisan Dunia. Untuk apa dan apa manfaatnya bagi Indonesia. Apakah kebijakan ini sekedar mengikutin trend global, yang berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan global atau ada cerita di balik kebijakan pemerintah ini. Penunjukan Leuser dilakukan dalam satu paket bersama TN.Kerinci Seblat, dan TN.Bukit Barisan Selatan, dengan nama : "Tropical Rainforest Heritage of Sumatra". Dengan menjadi Warisan Dunia, maka Leuser sejajar dengan Yellowstone dan Grand Canyon National Park di Amerika yang terkenal itu, Galapagos di Equador, The Great Wall di China, Taj Mahal di India, dan seterusnya (Wiratno, 2005)

Taman Nasional Gunung Leuser memiliki ketinggian 3.404 mdpl dan merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing


(20)

hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana).

TNGL merupakan taman nasional yang terdapat di dua provinsi yaitu provinsi NAD dan provinsi Sumatera Utara. TNGL juga merupakan hulu dari 10 daerah aliran sungai (DAS), yaitu Sei Wampu, Sei Lepan, Sei Besitang di Propinsi Sumut; Lawe Alas, Kr.Kluet, A.Simpang Kanan, Kr.Tripa, Kr.Baru, Kr.Susok, dan Kr.Batee di Propinsi NAD. Kesepuluh DAS ini menyediakan suplai air bagi sekitar 4 juta masyarakat yang tinggal di NAD maupun Sumatra Utara.

Potensi Pohon Aren (Arenga Pinnata)

Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Pohon ini tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur, dapat hidup di semua kondisi tanah (tanah liat, tanah berkapur dan tanah berpasir). Curah hujan yang ideal untuk pohon aren sekitar 1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25 0C beriklim sedang sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya tinggi. Umumnya pohon aren bisa tumbuh di hampir setiap daerah di Indonesia

Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis


(21)

paku-pakuan. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin (Soeseno, 1995).

Aren merupakan tanaman yang sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia dengan produk utama berupa gula merah. Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak, Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).

Aren dapat tumbuh di daerah tropis dengan baik, namun hingga saat ini pengembangan potensi Aren di Indonesia masih sangat minim, hal ini ditunjukkan dengan minimnya teknologi pengolahan Aren, minimnya lahan Aren, produk turunan yang belum berkembang dan belum banyaknya pengelolaan Aren secara Industri di Indonesia.

Nira aren di beberapa daerah selain sebagai bahan pemanis, melalui proses fermentasi, Nira diubah menjadi minuman beralkohol yang dikenal dengan nama tuak. Alkohol yang dihasilkan secara ilmiah dikenal dengan nama Etanol (Bioetanol), Nira dapat diubah menjadi bioetanol dengan bantuan fermentasi oleh bakteri ragi (Saccharomyces cereviseae) dimana kandungan gula (sukrosa) pada nira dikonversi menjadi glukosa kemudian menjadi etanol.

Nira Aren memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan baku bioetanol lainnya seperti singkong dan jagung (tanaman penghasil pati) dikarenakan tahap yang dilakukan cukup satu tahap saja yaitu tahap fermentasi, sedangkan bioetanol yang berasal dari tumbuhan berpati memerlukan tahap hidrolisis ringan


(22)

(sakarifikasi) untuk merubah polimer pati menjadi gula sederhana (Reksohadiprodjo, 1994).

Belum banyak orang yang mengetahui manfaat air pohon aren. Kecuali sebagai bahan dasar pembuatan gula merah. Air pohon aren, bisa diambil manfaatnya melalui tiga cara. Langsung diambil dari pohon, dimasak untuk dijadikan minuman, dan dijadikan gula.

Air aslinya rasanya manis campur pahit dan baunya menyengat hidung karena mengandung soda. Warnanya kuning dan berbuih jika dikocok-kocok. Air asli ini bisa mencegah masuk angin, panas-dingin, rematik, persendian yang kaku, dan lemah jantung. Bahkan, bisa meningkatkan stamina seseorang dengan cara dicampur kuning telur yang didinginkan secara alami selama semalam. Gula pohon aren bisa digunakan untuk mengobati keracunan. Caranya dengan me-numbuk sampai halus dicampur air panas sampai menjadi hangat dan diminum. Semua manfaat ini, tak boleh dinikmati oleh wanita hamil. Karena unsur soda yang tinggi, wanita yang tengah mengandung bisa mengalami keguguran dan atau gangguan pada janinnya.

Dilihat dari segi penumbuhan tanaman aren tidak membutuhkan pupuk untuk tumbuh sehingga Aren dapat bebas dari pestisida dan lebih ramah lingkungan, selain itu Aren dapat ditanam di daerah lereng atau perbukitan serta tahan penyakit sehingga dibandingkan dengan Tebu pengelolaan Aren jauh lebih mudah. Tanaman aren juga lebih efektif jika ditanam secara tumpang sari. Dengan metode penanaman tersebut, petani aren juga dapat menikmati penghasilan tambahan dari tanaman tumpang sari lainnya. Tumpang sari juga bisa


(23)

dimanfaatkan untuk melakukan konservasi terhadap berbagai jenis tumbuhan di hutan Indonesia (Soeseno, 1995)

Selain itu pohon Aren merupakan pohon berdaun hijau, sehingga dengan menanam Aren, kita ikut serta dalam menumbuhkan paru-paru dunia dan mengurangi atau mencegah pemanasan global akibat emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas di bumi melalui proses fotosintesis. Dengan kondisi lingkungan yang semakin baik, kita dapat menyediakan masa depan lebih baik bagi anak-anak kita (Hardjosoediro, 1980).

Nilai Ekonomi Hasil Hutan

Nilai (value) merupakan persepsi manusia tentang makna/manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang berkonotasi sama dengan nilai atau harga. Persepsi itu sendiri merupakan ungkapan, pandangan seseorang (individu) tentang atau terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui pancaindera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996). Dalam melakukan penilaian ekonomi suatu barang atau jasa dapat dilakukan dalam beberapa metode yaitu ; metode nilai pasar, metode nilai relatif, dan metode biaya pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang/jasa tersebut sudah memiliki nilai pasar. Nilai pasar adalah harga barang atau jasa yang di tetapkan penjual dan pembeli di pasar. Penilaian ekonomi dengan metode nilai


(24)

pasar akan di anggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu tetap tersedia (Affandi dan Patana, 2002).

Metode nilai relatif digunakan jika barang/jasa tersebut tidak memiliki nilai pasar namun barang/jasa tersebut dapat di bandingkan dengan barang/jasa yang telah memiliki nilai pasar. Metode nilai relatif dihitung dari hasil perkalian jumlah volume suatu objek (hasil hutan tersebut) dengan harga relatif barang tersebut. Metode penilaian melalui biaya pengadaan merupakan metode yang mengukur nilai suatu barang/jasa berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan/mendapatkan barang/jasa yang digunakan. Metode ini digunakan jika barang tidak memiliki harga pasar dan tidak memiliki harga relatif (harga suatu barang jika dibandingkan dengan harga barang lain yang mempunyai harga pasar) . Affandi dan Patana (2002) dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode penilaian dengan harga pengadaan dapat dihitung dengan rumus :

Ni = JVi BPi

Dimana, N = Nilai ekonomi hasil hutan (Rp/unit volume) BP = Biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan)

JV = Jumlah volume hasil hutan (unit volume/pengambilan) i = Jenis hasil hutan yang diambil

Teori Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tergantung kepada keahlian pengusaha


(25)

di bidang pemasaran produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain itu tergantung pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar usaha pemasaran dapat berjalan lancar.

Secara umum permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain baik itu merupakan barang substitusi atau barang komplementer, pendapatan, dan selera. Permintaan suatu komoditas yang memiliki spesifikasi dipengaruhi oleh elastisitas permintaan masing-masing produk yang bahan bakunya barang itu sendiri. Besarnya angka elastisitas tersebut dengan demikian akan menggambarkan besarnya perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan harga. Perilaku pasar suatu komoditi layak untuk dicermati karena akan bisa ditemukan tingkat harga yang paling tepat sesuai dengan ciri masing-masing aspek yaitu sisi penawaran di satu pihak dan sisi permintaan di pihak lain. Pola penentuan harga akan sangat tergantung pada kekuatan pelaku-pelaku ekonomi dalam struktur pasar yang ada (Awang, 2002).

Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang sama ( Zain, 1998).

Peranan pedagang besar sangat menentukan dalam menetapkan hasil-hasil hutan non kayu. Dia membeli barang dalam keadaan pasar oligopsoni (dalam pasar harga dikuasai oleh beberapa pembeli), sedangkan dia menjual barang kepada pasar oligopoli (dalam pasar harga dikuasai oleh beberapa penjual). Oleh karena itu, posisi pedagang besar sangat menguntungkan dalam proses pemasaran (Ginting, 2006).


(26)

Pola Sebaran Tumbuhan (Aren)

Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan dan penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologi sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut Faktor geografik sebagai faktor luar (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi.

Pada dasarnya ada tiga jenis pola penyebaran tumbuhan yang umum di jumpai yaitu :

1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.

2. Penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.

3. Penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:

• Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal. • Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari


(27)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober hingga selesai.

Alat dan Bahan Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. GPS

2. Komputer 3. Alat tulis 4. Kuisioner Bahan

Adapun bahan yang diginakan dalam penelitian ini adalah 1. Aren (Arenga pinnata)

2. Peta Resort Tangkahan

Teknik Pengambilan Sampel Responden

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan


(28)

tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik.

Penentuan jumlah responden mengacu sesuai dengan rumus Slovin :

n =

( )

2 1 N e

N + Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Prasetyo dan Jannah, 2007). Aren (Arenga pinnata)

Pengambilan sampel pohon aren dilakukan dengan membuat plot di setiap kelas ketinggian sebanyak 2 plot dengan ukuran 20mx100m, di mana teknik yang digunakan adalah random jalur. Random jalur adalah teknik pembuatan plot menurut jalur yang ada secara acak. Plot dibuat pada kiri dan kanan jalur dan di usahakan terdapat objek penelitian di dalamnya.

100m

20m 0-300 mdpl 20m

100m 100m 20m

300-600 mdpl 20m

100m 100m 20m

600-900 mdpl dst... 20m

100m


(29)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini baik itu data primer maupun data sekunder adalah :

Observasi Lapangan

Observasi lapangan bertujuan untuk memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh baik dengan wawancara maupun dengan kuisioner. Beberapa alasan mengapa observasi perlu dilakukan dalam penelitian, antara lain :

1. Observasi didasarkan atas pengamatan langsung.

2. Observasi merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan yang kemungkinan bias.

3. Observasi memungkinkan melihat dan mengamatin sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagai mana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

4. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

5. Observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.

Observasi lapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat. Selain itu peneliti akan melihat pemanfaatan dan pengolahan tanaman Aren.


(30)

Kuisioner

Kuisioner hanya diajukan kepada responden terpilih. Masing-masing responden diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai dengan keperluannya. Data yang diharapkan dari kuisoner ini antara lain adalah identitas responden dan cara pemanfaatan aren (Arenga pinnata).

Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara ini adalah berupa penjelasan-penjelasan dari data hasil kuisioner dan data-data lain yang tidak diperoleh melalui kuisioner.

Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan sebagai data pelengkap untuk meyakinkan keadaan sebenarnya di lapangan.

Analisis Data

A. Menentukan Sebaran Populasi

Untuk menentukan sebaran populasi mengunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0-1500 mdpl. Jumlah Aren dihitung berdasarkan ketinggian dan disajikan dalam tabel seperti di bawah ini.


(31)

Tabel 1 : Pengelompokan jumlah pohon aren berdasarkan ketinggian Ketinggian (mdpl) Plot (20mx100m ) Jumlah (pohon)

Kerapatan / Ha (pohon) 0-300 300-600 600-900 900-1200 1200-1500 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Rumus kerapatan =

Ha Plot

Ha

x Jumlah aren (plot)

Keterangan : Plot / Ha = Ha m m       100 20 = 0,2Ha

Jumlah Aren (Plot) = jumlah aren yang ada dalam satu plot

B. Menentukan Nilai Ekonomi Aren yang Dimanfaatkan

Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai barang hasil dari dari Aren untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara :

1. Harga barang yang dihasilkan dari Aren (Arenga pinnata) dianalisis dengan pendekatan harga pasar.

2. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis

Rata-rata jumlah barang yang diambil :

n

Xn Xii

Xi+ +...

Keterangan : Xi = jumlah barang yang diambil responden n = jumlah banyak pengambilan per jenis barang


(32)

3. Menghitung Total Pengambilan per Unit Barang per Tahun

Total pengambilan per tahun = (rata-rata jumlah yang diambil) x (frekuensi pengambilan)

4. Menghitung Nilai Ekonomi Barang Hasil dari Aren per Jenis Barang Per Tahun

Nilai Hasil Hutan per Jenis = Total Pengambilan (unit/tahun) x Harga Hasil dari Aren

5. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara :

%NE =

NE NEi

x 100%

Keterangan : %NE = Persentase nilai ekonomi

NEi = Nilai ekonomi hasil dari Aren per jenis


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Kawasan dan Kependudukan

Tangkahan merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan Tangkahan berada pada LU 03041’01”, BT 9804’28,2”. Sedangkan secara administrasi kawasan Tangkahan termasuk kedalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang ,Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.

Tangkahan berada pada ketinggian 130 – 200 , dpl (diatas permukaan laut). Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45 – 900). Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0C – 27.5 0C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun.

Penduduk di sekitar kawasan terdiri dari beberapa suku dengan suku Karo sebagai mayoritas yang mendiami perkampungan di sekitar hutan, dan suku Jawa, Batak, Melayu adalah mereka yang tinggal sebagai pekerja perkebunan kelapa sawit dan karet.

Kehidupan beragama sangat toleran, adapun agama yang ada yaitu Islam, Katolik, Kristen Protestan. Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037 jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15 dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja


(34)

perkebunan, pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian dan beternak

Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531 laki-laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak.

Sarana dan Prasarana

Kawasan Tangkahan berada di antara dua desa, yaitu Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan. Jarak Tangkahan dari Medan adalah + 124 km melalui Tanjung Pura, sementara jika melalui Hinai-Padang Tualang adalah + 95 km.

Jalur jalan dari Medan – Stabat – Tanjung Pura dalam kondisi relatif baik. Sedangkan jalur Hinai – Padang Tualang Sebahagian dalam Kondisi rusak dan Sebahagian telah dilakukan perbaikan. Jalur dari Simpang Sidodadi – Simpang Robert (34 km) sebagian jalannya dalam kondisi rusak. Terutama jalur di perkebunan karet.

Bus umum “Pembangunan Semesta” melayani rute Medan(Terminal Pinang Baris ) menuju Tangkahan pada jam-jam tertentu (pkl.06,08,10,12 dan 14.00 wib). Rute keTangkahan dapat juga dilakukan sepanjang hari dengan rute Medan-Kuala Sawit. Lokasi pemberhentian bus terakhir terletak di Simpang Robert, Dusun Titi Mangga, Desa Namo Sialang, perjalanan ke Tangkahan


(35)

dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Biaya bus umum Medan – Tangkahan adalah Rp. 16.000 (enam belas ribu rupiah), sedangkan ojek dari Simpang Robert – Tangkahan (8 km) adalah Rp. 25..000 (dua puluh lima ribu rupiah). Jalur jalan dari Simpang Robert – Tangkahan merupakan jalur jalan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II, yang berupa jalan batu/ kerikil.


(36)

Gambar 3. Kondisi Umum Hutan TNGL SPTN-VI Resort Tangkahan

Sebaran Populasi Aren (Arenga pinnata) di Kawasan Taman Nasional

Gunung Leuser (TNGL) SPTN-VI Wilayah Stabat Resort Tangkahan

Pola sebaran aren (Arenga pinnata) berdasarkan ketinggian di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dapat dilihat dari gambar di bawah ini :


(37)

Gambar 4. Peta Pola Sebaran Aren

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat ketinggian dari masing-masing plot di setiap ketinggian yang di bedakan berdasarkan warna. Pohon aren yang tumbuh di kawasan penelitian tumbuh dengan sendirinya bukan karena ditanam oleh masyarakat sekitar, masyarakat juga tidak ada yang membudidayakanya. Masyarakat hanya memanfaatkan pohon aren yang tumbuh liar di dalam hutan. Sehingga hasil yang diperoleh dari memanfaatkan pohon aren ini masih kecil.

Pada tabel 2 di bawah ini dapat kita lihat koordinat dan jumlah pohon aren yang di temukan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Tabel 2 : Pengelompokan jumlah pohon aren berdasarkan ketinggian


(38)

n (mdpl)

(20mx100m )

X Y (pohon

) n / Ha (pohon) 0-300 300-600 600-900 900-1200 1200-1500 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 396994.3606 5 396936.6970 3 396150.8678 9 396150.6644 1 395398.9721 2 395399.6188 9 391311.3574 2 391310.5412 5 - - 406888.1221 4 406894.4659 5 407108.0229 4 407104.7763 407074.8784 407071.9271 6 405874.1919 8 405878.8169 5 - - 5 4 2 2 2 - - - - - 25 20 10 10 10 - - - - -

Penyebaran pohon aren merupakan penyebaran secara berkelompok. Syafe’i (1990) mengatakan penyebaran tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, salah satunya yaitu Penyebaran secara berkelompok. Penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi.


(39)

Pada tabel 2 dapat kita lihat jumlah pohon aren dari setiap ketinggian, semakin tinggi kawasan penelitian maka pohon aren yang ditemukan semakin sedikit. Ini di munkinkan karena dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik, salah komponen abiotik yaitu iklim. Menurut yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada suatu ketinggian tempat adalah iklim. Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbunga yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi.

Hal inilah yang menyebabkan berkurangnya jumlah pohon aren pada kawasan yang semakin tinggi. Karena aren dapat tumbuh dengan curah hujan sekitar 1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25 0C beriklim sedang sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya tinggi (Soeseno, 1995).

Komponen biotik adalah komponen makhluk bernyawa penyusun ekosistem, salah satu contohnya adalah hewan (Wikipedia, 2011). Pohon Aren yang tumbuh di kawasan penelitian ini juga dominan tumbuh di tepi sungai, ini di


(40)

seringnya hewan minum di tepi sungai dan tanpa sengaja membawa biji pohon aren di dalam kotoran hewan tersebut.

Hal ini jugalah yang dapat mempengaruhi kerapatan tiap ketinggian, semakin tinggi wilayah peneyebarannya, maka hewan atau hal-hal yang mempengaruhi penyebaran pohon aren semakin sedikit.

Pemanfaatan Pohon Aren Oleh Masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang

Pohon aren (Arenga pinnata) yang dimanfaatkan masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian dijual untuk menjadi pendapatan rumah tangga. Jenis pemanfaatan pohon Aren (Arenga pinnata) oleh masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang.

Tabel 3. Jenis Pemanfaatan Pohon Aren (Arenga pinnata) oleh masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang

No Hasil Aren Memanfaatakan (orang) Persentase (%) Namo Sialang Sei Serdang

1 2 3 4

Air Nira Gula Merah

Gula Pasir Tuak

15 21 10 7

8 10 10 3

30 40 26 13

Di Tapanuli Selatan, masyarakat sekitar memanfaatkan aren untuk bahan pembuatan gula merah. Masyarakat bekerja pagi dan sore dalam pengambilan air nira untuk bahan pembuatan gula merah, Setiap malam, aren harus dimasak.


(41)

Sedangkan air aren yang dimasak malam harinya adalah aren pada pagi dan sore hari. Namun, air aren yang diambil pada pagi hari harus tetap dipanasi hingga digabung dengan aren yang diambil pada sore harinya, ini dilakukan agar aren tidak basi.

1. Air Nira

Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang multifungsi, karena hampir dari setiap bagiannya dapat dimanfaatkan. Pohon aren mulai bisa di sadap pada usia 5 tahun dan puncak produksi antara 10-20 tahun dan subur. Pohon aren dewasa memiliki garis tengah batang bisa mencapai 65 cm, sedang tingginya 15m. Jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya mencapai 20 m (Soeseno, 1995).

Hasil pohon aren yang dimanfaatkan masyarakat desa Namo Sialang dan Sei Serdang yaitu berupa air nira. Pengambilan (penyadapan) air nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Pengambilan nira pohon aren memerlukan ketrampilan, kesabaran dan ketekunan yang amat sangat, hal ini berguna untuk mendapatkan air dengan mutu yang tinggi dan jumlah yang banyak. Cara untuk mendapatkan air nira terlebih dahulu dilakukan beberapa perlakuan seperti memukul tandan dengan tujuan untuk memperlancar keluarnya nira. Ada juga kepercayaan masyarakat dalam proses pengambilan nira harus menyanyikan lagu tertentu, agar hasil air nira yang keluar banyak.

Pengambilan air nira dilakukan pada pagi dan sore hari. Air nira ditampung dalam satu wadah yang berbentuk tabung yang terbuat dari bambu dengan panjang lebih kurang 1 m dan berdiameter 20 cm. Satu pohon aren dapat


(42)

menghasilkan air nira 5 – 20 liter dalam satu hari. Air nira umumnya dijual di rumah saja, pembeli datang ke rumah dengan harga Rp1,600/liter.

Pekerjaan mengambil air nira sangat terikat, di mana masyarakat harus rutin dalam perawatan dan pengambilan airnya, jika tidak pohon aren akan rusak. Itu sebabnya masyarakat sedikit yang memanfaatkanya selain sebab kurang mengetahui cara pemanfaatnya juga. Pohon aren yang dimanfaatkan masyarakat merupakan pohon aren yang tumbuh di tanah miliknya atau di kebun masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan 23 orang atau 30% dari jumlah responden yang memanfaatkan pohon aren, yang mengambil air nira. Rata-rata pengambilan air nira dalam satu bulan berkisar 270 liter/bulan.

2. Gula Merah

Air nira juga di manfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan gula merah. Air nira yang telah diambil dimasukkan ke dalam satu wadah (wajan) yang diletakkan di atas tungku api kemudian dimasak. Pemasakan dilakukan hingga air nira menjadi kental dan berubah warna dari bening menjadi merah. Proses pemasakan ini membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Setelah masak, air nira yang kental dimasukkan kedalam cetakan. Cetakan ini terbuat dari bambu yang dipotong melebar dengan tinggi sekitar 10 cm dan ditunggu hingga mengeras. Biasanya proses ini membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Harga gula merah Rp12.500/kilogram merupakan harga yang cukup mahal.

Di Tapanuli Utara, Harga gula aren atau gula kelapa di Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara naik Rp1.500 per kilogram (kg) dari Rp9.500 menjadi Rp11.000 per kg.


(43)

Gambar 5. Proses pembuatan gula merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau 40% dari jumlah responden penduduk Desa Namo Sialang dan Sei Serdang ikut memanfaatkan pohon aren, yang memanfaatkannya menjadi gula merah. Rata-rata pembuatan gula merah dalam sebulan sekitar 68 kg/bulan.

3. Gula Pasir

Air nira dapat juga dijadikan gula pasir, proses pembuatannya hampir sama dengan proses pembuatan gula merah. Masyarakat mengungkapkan bahwa air nira yang digunakan dalam pembuatan gula pasir harus air nira kualitas nomor satu. Air nira dimasak di wajan, kalau air nira kualitas baik, apabila terus diaduk perlahan akan membentuk seperti ampas tebu, kemudian dengan sendirinya menjadi seperti pasir. Air nira yang dimasak harus terus diaduk tidak boleh berhenti untuk mendapatkan hasil yang baik.

Masyarakat mengatakan bahwa gula pasir yang terbuat dari nira aren lebih manis dari gula pasir yang terbuat dari tebu, walaupun gula pasir yang terbuat dari tebu lebih terlihat menarik karena berwarna putih bersih, beda dengan gula pasir


(44)

yang terbuat dari nira aren, berwarna putih sedikit kecoklatan jadi kelihatan sedikit kotor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang atau 26% dari jumlah responden penduduk Desa Namo Sialang dan Sei Serdang ikut memanfaatkan pohon aren, yang memanfaatkannya menjadi gula pasir. Rata-rata pembuatan gula pasir dalam sebulan berkisar 64 kg/bulan.

4. Tuak

Tuak adalah minuman beralkohol yang terbuat dari air nira aren. Minuman ini pembuatanya masih tradisional dan hanya sedikit masyarakat yang memanfaatkan air nira menjadi tuak. Ini di sebabkan karena untuk sebagian agama, minuman ini haram untuk dikonsumsi, selain itu minuman ini juga berdampak tidak baik untuk kesehatan. Tuak biasanya paling enak diminum saat malam dan lagi berkumpul dengan teman-teman. Efek dari tuak, sama saja dengan minuman beralkohol yang lainnya, memabukkan dan memberikan rasa panas di badan.

Pembuatan tuak tidak terlalu sulit, air nira di biarkan lebih kurang satu hari saja pasti menjadi tuak. Sunanto (1993) mengatakan nira aren segar yang manis itu jika dibiarkan masih di dalam bumbung bambu akan mengalami proses fermentasi. Akan tetapi kualitas atau rasa tuak kurang enak, ada beberapa bahan yang harus dicampurkan. Salah satu bahan yang digunakan adalah kulit pohon, biasanya kulit pohon yang digunakan adalah kulit pohon kayu manis.


(45)

Air nira yang rasanya manis jika sudah dijadikan tuak, rasa nira berubah total menjadi sepat atau pahit juga. Air nira yang berwarna bening menjadi kuning kecoklatan, harumnya pun juga berubah.

Tuak juga memberikan efek ketergantungan, sehingga orang yang sering meminum tuak, akan selalu ingin meminumnya lagi. Masyarakat yang telah ketergantungan tuak mengatakan, jika tidak meminum tuak maka efek yang di dapat antara lain tidak selera makan dan tidak enak tidur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang atau 13% dari jumlah responden penduduk Desa Namo Sialang dan Sei Serdang ikut memanfaatkan pohon aren, yang memanfaatkannya menjadi tuak. Rata-rata pembuatan dalam sebulan sekitar 82 botol/bulan.

Gambar 6. Tuak

Nilai Ekonomi Hasil Aren

Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil aren dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil aren yang


(46)

dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Aren juga termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonomi yang sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

Nilai ekonomi hasil aren diperoleh dari perkalian total pengambilan per jenis pertahun dengan harga perjenis. Hasil penelitian (lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan aren oleh masyarakat Desa Namo sialang dan Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan sebesar Rp 617,400,000di tahun 2010. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil aren seperti air nira, gula merah, gula pasir dan tuak.

Jenis pemanfaatan aren yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat adalah gula merah dengan nilai ekonomi sebesar Rp 333.600.000,- atau persentase jenis sebesar 35,01 %dari jumlah total keseluruhan nilai hasil aren yang dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan sebanyak 48 kali dalam setahun dan harga jual gula merah juga sangat tinggi Rp 12.500,- persatuan unitnya (kg). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2

Pemanfaatan aren yang memiliki kontribusi yaitu : air nira sebesar Rp 80.240.000,- atau 8,42 %, gula pasir sebesar Rp 163.800.000,- atau 17,19 %. Sementara hasil pemanfaatan aren yang relatif kecil kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat (kurang dari 10 %) yaitu : tuak sebesar Rp 39,360.000,- atau 4,13 %


(47)

Tabel 4. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Aren yang Dimanfaatkan Masyarakat No Jenis Pemanfaatan

Aren

Jumlah (Rp) Persentase NE (%)

1 2 3 4

Air Nira Gula Merah Gula Putih Tuak

80.240.000 333.600.000 163.800.000 39.360.000

8,42 35,01 17,19 4,13

Total 617.000.00

0

Hal ini juga dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 2. Besar dan kecilnya nilai ekonomi hasil pemanfaatan aren tergantung kepada jumlah pengambilan, frekuensi pengambilan dan harga tiap satuan jenis hasil aren.

Jalur Pemasaran Hasil Aren oleh Masyarakat

Nilai ekonomi juga tercipta karena adanya pasar. Bahkan besar dari pada nilai tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi pasar, dalam artian banyak permintaan atau penawaran yang ada. Hal ini didukung oleh pernyataan Wirakusumah (2003), pasar merupakan jawaban terhadap masalah-masalah ekonomi yang secara konsekuensi ditempuh dalam sistem ekonomi bebas karena di pasarlah terjadi interaksi antara produsen dan konsumen secara leluasa. Setiap


(48)

pihak memutuskan sendiri berapa banyak komoditi yang akan dibeli atau dijual dan pada tingkat harga yang mana transaksi pembelian/penjualan itu diputuskan yang biasanya disebut harga pasar.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah tengkulak, pedagang besar, agen penjualan dan pengecer (Soekartawi, 2002). Jalur pemasaran manfaat hasil aren pada kawasan Desa Namo Sialang dan Sei Serdang tidak terlalu banyak melibatkan lembaga atau pelaku pasar. Umumnya jalur pemasaran pemanfaatan hasil aren pada kawasan Desa Namo Sialang dan Sei Serdang hanya melibatkan pengumpul pertama, pengumpul kedua dan pengecer. Jumlah masyarakat yang menjadi pengumpul cukup banyak, baik itu pengumpul pertama atau pengumpul kedua. Akan tetapi bedanya pengumpul pertama dengan pengumpul kedua adalah pengumpul kedua sudah mengolah hasil aren seperti menjadi gula merah, gula pasir atau tuak. Sedangkan pengumpul pertama hanya berupa air nira saja. Pada tingkat pengecer hasil pemanfaatan nira yang diperoleh sudah dalam bentuk olahan seperti menjadi gula merah, gula pasir atau tuak. Pengecer ada yang dari dalam desa ada juga yang dari luar desa.

1. Air Nira

Adapun pengumpulan dan pemasaran air nira dilakukan dalam setiap hari. Proses terjadinya pemasaran umumnya terjadi di rumah pengumpul air nira saja, pembeli biasanya datang ke rumah pengumpul air nira.

Konsumen dari air nira ini tidak saja mereka-mereka yang mengolah air nira menjadi gula merah, gula pasir ataupun menjadi tuak. Akan tetapi masyarakat umum juga, biasanya untuk di konsumsi sehari-hari karena rasa dari air nira yang


(49)

manis, dapat juga dijadikan obat misalnya mencegah masuk angin, panas-dingin, rematik, persendian yang kaku, dan lemah jantung. Bisa juga meningkatkan stamina seseorang dengan cara dicampur kuning telur yang didinginkan secara alami selama semalam ( Soeseno, 1995).

Gambar 6. Jalur Pemasarn Air Nira

Air nira dipasarkan dengan harga Rp 1.600/liter oleh pengumpul kepada pengecer. Terkadang konsumen juga membeli secara langsung ke pengumpul, tapi hanya dalam jumlah kecil saja.

2. Gula Merah dan Gula Pasir

Sementara itu rantai pemasaran untuk air nira yang telah diolah menjadi gula merah dan gula pasir, dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa sebahagian pembuat gula merah juga pembuat gula pasir. Pengumpul mendapatkan gula merah atau gula pasir di rumah pembuat gula, pengumpul lalu memasarkanya ke pengecer, proses ini terjadi di pasar dari pengecer lalu gula di pasarkan ke konsumen.

Pengumpul Air Nira

Pengecer


(50)

Gambar 7. Jalur Pemasaran Gula merah dan Gula Putih

Pengumpul merupakan individu yang memiliki modal besar, karena dia akan mengumpulkan barang-barang yang dibelinya lalu dijual kembali kepengecer atau pedagang kecil. Biasanya yang menjadi pengumpul di sebut sebagai toke. Toke bukan penduduk asli desa, melainkan orang luar yang datang membeli. Dari toke inilah lalu gula aren di pasarkan ke pengecer atau pedagang kecil, yang di sebut pengecer adalah warung-warung atau kedai-kedai kecil.

Air nira yang telah diolah menjadi gula merah dipasarkan dengan harga Rp12.500/kilogram, sedangkan air nira yang telah diolah menjadi gula pasir dipasarkan dengan harga Rp10.500/kilogram.

3. Tuak

Untuk air nira yang diolah untuk minuman beralkohol atau biasa di sebut sebagai tuak, dipasarkan hanya didalam desa saja. Terkadang tidak ada perantara antara pembuat tuak dan konsumen. Konsumen biasanya membeli tuak langsung ke pembuat tuak tersebut. Hal ini terjadi karena masih jarangnya warung tempat berjualan khusus untuk tuak, makanya konsumen langsung membeli langsung ke rumah pembuat tuak.

Pengumpul air nira

Pembuat gula merah/gula pasir

Pengumpul

Konsumen Pengecer


(51)

Gambar 8. Jalur Pemasaran Tuak

Tuak juga di pasarkan lewat pengecer, yang menjadi pengecer adalah kedai tuak. Biasanya ramai pada malam hari, ada juga yang membelinya untuk dibawa pulang, di minum di tempat lain. Konsumen tuak ini umumnya meminum tuak dengan makanan lain seperti kacang atau daging atau sering di sebut juga dengan tambul.

Tuak dipasarkan dengan harga Rp 4.000 per botol, umumnya yang menjadi konsumen adalah orang dewasa Tuak biasanya diminum di saat lagi berkumpul sambil bernyanyi, katanya agar suara bisa keluar. Tuak umumnya di minum saat malam hari.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat juga beberapa manfaat aren yang belum dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan. manfaat aren tersebut antara lain daun aren, rambut aren (ijuk), batang aren dan akar aren. Berdasarkan hasil wawancara manfaat aren ini tidak dimanfaatkan karena kurangnya pengetahuan mengenai pengolahannya dan harga jualnya yang relatif rendah di bandingkan dengan manfaat aren yang telah dimanfaatkan serta ada juga masyarakat yang mengatakan bahwa kebutuhan masyarakat dari hasil aren yang tidak dimanfaatkan masih sangat kecil.


(52)

KESEMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pola sebaran aren (Arenga pinnata) kawasan Taman Nasional Gunung Leuser adalah berkelompok di mana populasi aren terdapat pada ketinggian 0-300 mdpl sebanyak 9 pohon aren.

2. Jenis – jenis hasil aren yang dimanfaatkan masyarakat Desa Namu Sialang dan Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan adalah ; Air nira, gula merah, gula pasir, dan tuak.

3. Nilai ekonomi hasil aren yang paling besar adalah pemanfaatan gula merah dengan persentase nilai jenis sebesar 35,01 % yaitu Rp 333.600.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 31 orang dan nilai ekonomi yang paling kecil adalah pemanfaatan tuak dengan persentase nilai jenis sebesar 4,13 % yaitu Rp 39.360.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 10 orang.

4. Jalur pemasarn dari setiap hasil aren yang dimanfaatkan adalah sama, pelaku/lembaga yang terlibat didalam pemasaran adalah dimulai dari pengumpul nira, pembuat gula merah dan pasir serta tuak, agen pengumpul dan konsumen.

Saran

Potensi yang di miliki pohon aren masih sangat banyak, di harapkan kepada lembaga pemerintahan yang terkait lebih serius dalam mendukung


(53)

pemanfaatan hasil aren dan di harapkan juga kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam pemanfaatan aren tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O. dan Patana, P., 2002. Penelitian Perhitungan Nilai Ekonomi

Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. USU. Medan

Allorerung, David., 2007. Aren Tanaman Serbaguna. Dari http://www.Google.com/ Workshop/Aren_Tanaman_Serbaguna.htm. 27 September 2010

Aredhieanverne. 2010. Pengaruh Ketinggian Tempat. Dari http://aredhieanverne. blogspot.com/2010/12/pengaruh

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta

Depertemen Kehutanan., 2007. Rencana Makro Pemberdayaan Masyarakat Di Dalam Dan Sekitar Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan.


(54)

Hardjosoediro, S., 1980. Pemilihan jenis Tanaman Reboisasi dan penghijauan

hutan alam dan Hutan rakyat. Lokakarya Pemilihan Tanaman

Reboisasi.Yokyakarta.Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan UGM

Ichwandi, I. 1996. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Mulyadi. 2004. Sekilas Tentang Hutan Tangkahan. e-mail:

Nazzaruddin dan F. Muchlisah., 1994. Buah Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Pasaribu, Mulyadi., 2005. Sekilas Tentang Hutan Tangkahan. Dari http://www.Google.com/2005_07_01/Archive_html

Prasetyo, Bambang dan Jannah, LM .2007. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Reksohadiprodjo, S., 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Penerbit BPFE. Yogyakarta

Soeseno, S., 1995. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunanto, Hatta. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Viklund, A. 2008. Potensi Besar Agribisnis Aren.


(55)

Wikipedia. 2007. Ekosistem Antar komponen biotik dan abiotik. Dari http://id. wikipedia.org/wiki/Ekosistem#Antar_komponen_biotik_dan_abiotik

Wirakusumah, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumber Daya Hutan Bagi

Sebesar-Besarnya Kemakmuran Rakyat. Indonesia University Press.

Jakarta

Wiratno,M.Sc, Ir. 2005. Leuser, Warisan Dunia. Dar Artikel/leuser_warisan_dunia_htm . 25 Oktober 2010

Zain, A.S., 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Sertifikasi Hutan Rakyat. PT. Rineka Cipta. Jakarta


(56)

Lampiran 1. Jenis Hasil Aren yang Dihasilkan Masyarakat Desa Namo Sialang dan Sei Serdang

No Nama Responden Produk Hasil

Aren

Total Pendapatan Hasil Aren (Rp/Tahun)

A B C D

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring Putra Tarigan Nasib Sitepu 10,800,000 12,000,000 9,600,000 19,200,000 12,000,000 9,600,000 12,000,000 12,000,000 9,000,000 18,000,000 12,000,000 30,000,000 6,000,000 18,000,000 30,000,000 24,000,000 14,400,000 12,000,000 14,400,000


(57)

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Aginta Ginting Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren Jauhari Ginting Ali 18,000,000 18,000,000 6,000,000 6,000,000 12,000,000 9,600,000 14,400,000 9,600,000 9,000,000 9,000,000 10,800,000 12,000,000 18,000,000 12,000,000 14,400,000 9,000,000 9,600,000 9,600,000 12,000,000 10,800,000 24,000,000 9,600,000 12,000,000 18,000,000 9,600,000


(58)

45 46

Masana Tarigan

Eka Purba

6,000,000

12,000,000

Lampiran 1. (Lanjutan)

No Nama Responden Produk Hasil Aren Total Pendapatan Hasil

Aren (Rp/Tahun)

A B C D

47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 Margana Ketaren Arifin Septo Kaban Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang Tulis Bukit 6,000,000 10,800,000 10,800,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,000,000 6,000,000 24,000,000 14,400,000 10,800,000 12,000,000 12,000,000 9,000,000 6,000,000 12,000,000 9,000,000 30,000,000 18,000,000


(59)

66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren Musim Pelawi Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring Total 23 31 20 10 12,000,000 9,000,000 12,000,000 9,000,000 9,600,000 14,400,000 9,000,000 9,000,000 9,600,000 15,000,000 952,800,000 Keterangan

A : Nira Aren : Tanda Ikut Memanfaatkan B : Gula Merah

C : Gula Pasir D : Tuak


(60)

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Ekonomi Produk Hasil Aren

A. Air Nira

No Nama Responden Air Nira

Jlh (Hari)

F TP Harga(Rp) NE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring 15 10 10 5 15 240 240 240 240 240 3,600 2,400 2,400 1,200 4,800 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 5,760,000 3,840,000 3,840,000 1,920,000 5,760,000


(61)

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Putra Tarigan Nasib Sitepu Aginta Ginting Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren 5 10 10 8 10 8 10 10 240 240 240 240 240 240 240 240 1,200 2,400 2,400 1,920 2,400 1,920 2,400 2,400 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,920,000 3,840,000 3,840,000 3,072,000 3,840,000 3,072,000 3,840,000 3,840,000


(62)

44 45 46 47 48

Jauhari Ginting Ali

Masana Tarigan Eka Purba

Margana Ketaren Arifin


(63)

Lampiran 2A. (Lanjutan)

No Nama Responden Air Nira

Jlh (Hari) F TP Harga(Rp) NE

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Septo Kaban Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang Tulis Bukit Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren 5 8 5 10 8 240 240 240 240 240 1,20 0 1,92 0 1,20 0 2,40 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,920,00 0 3,072,00 0 1,920,00 0 3,840,00


(64)

69 70 71 72 73 74 75 Musim Pelawi Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring 8 10 10 15 240 240 240 240 0 1,92 0 1,92 0 2,40 0 2,40 0 3,60 0 1,600 1,600 1,600 1,600 0 3,072,00 0 3,072,00 0 3,840,00 0 3,840,00 0 5,760,00 0

Total 80,640,000

Ket F : Frekuensi Pengambulan / Tahun TP :Total Pengambilan / Tahun ( Jlh x F)


(65)

B.Gula Merah

No Nama Responden Gula Merah

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp) NE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring Putra Tarigan Nasib Sitepu 15 13 18 10 15 20 18 25 20 48 48 48 48 48 48 48 48 48 720 624 864 480 720 960 864 1,200 960 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 9,000,000 7,800,000 10,800,000 6,000,000 9,000,000 12,000,000 10,800,000 15,000,000 12,000,000


(66)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Aginta Ginting Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren Jauhari Ginting Ali 25 20 13 18 10 13 15 30 15 20 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 1,200 960 624 864 480 624 720 1,440 720 960 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 15,000,000 12,000,000 7,800,000 10,800,000 6,000,000 7,800,000 9,000,000 18,000,000 9,000,000 12,000,000


(67)

46 47 48 49

Masana Tarigan Eka Purba

Margana Ketaren Arifin

Septo Kaban


(68)

Lampiran 2B.(Lanjutan)

No Nama Responden Gula Merah

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp

) NE 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang Tulis Bukit Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren Musim Pelawi 13 15 15 18 15 15 15 30 20 48 48 48 48 48 48 48 48 48 624 720 720 864 720 720 720 1,44 0 960 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 7,800,000 9,000,000 9,000,000 18,000,00 0 9,000,000 9,000,000 9,000,000 18,000,00 0 12,000,00 0


(69)

70 71 72 73 74 75

Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring

18

10

48

48

864

480

12,500

12,500

18,000,00 0

6,000,000

Total 333,600,00

0 Ket F : Frekuensi Pengambulan / Tahun TP :Total Pengambilan / Tahun ( Jlh x F)


(70)

C. Gula Pasir

No Nama Responden Gula Pasir

Jlh (minggu)

F TP Harga(Rp) NE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring Putra Tarigan Nasib Sitepu 15 20 15 25 10 30 48 48 48 48 48 48 720 960 720 1,200 480 1,440 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 7,560,000 10,080,000 7,560,000 12,600,000 5,040,000 15,120,000


(71)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Aginta Ginting Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren Jauhari Ginting Ali 10 15 10 20 15 10 10 48 48 48 48 48 48 48 480 720 480 960 720 480 480 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 5,040,000 7,560,000 5,040,000 10,080,000 7,560,000 5,040,000 5,040,000


(72)

46 47 48 49

Masana Tarigan Eka Purba

Margana Ketaren Arifin

Septo Kaban

20

20

48

48

960

960

10,500

10,500

10,080,000


(73)

Lampiran 2C.(Lanjutan)

No Nama Responden Gula Pasir

Jlh F TP Harga(

Rp) NE 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang Tulis Bukit Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren Musim Pelawi 10 25 20 20 15 48 48 48 48 48 480 1,20 0 960 960 720 10,500 10,500 10,500 10,500 10,500 5,040,000 12,600,000 10,080,000 10,080,000 7,560,000


(74)

70 71 72 73 74 75

Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring

Total 163,800,000

Ket F : Frekuensi Pengambulan / Tahun TP :Total Pengambilan / Tahun ( Jlh x F)


(75)

D. Tuak

No Nama Responden Tuak

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp) NE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring Putra Tarigan Nasib Sitepu Aginta Ginting 50 30 50 50 24 24 24 24 1,200 720 1,800 1,200 4,000 4,000 4,000 4,000 4,800,000 2,880,000 4,800,000 4,800,000


(76)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren Jauhari Ginting Ali Masana Tarigan 30 50 35 24 24 24 720 1,800 840 4,000 4,000 4,000 2,880,000 4,800,000 3,360,000


(77)

46 47 48 49

Eka Purba

Margana Ketaren Arifin


(78)

Lampiran 2D.(Lanjutan)

No Nama Responden Tuak

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp) NE

50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang Tulis Bukit Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren Musim Pelawi 50 30 24 24 1,800 720 4,000 4,000 4,800,000 2,880,000


(79)

70 71 72 73 74 75

Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring

35 24 840 4,000 3,360,000

Total 39,360,000

Ket F : Frekuensi Pengambulan / Tahun TP :Total Pengambilan / Tahun ( Jlh x F)


(80)

KUISIONER

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

Umur (Tahun) :

Tempat Kelahiran : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan Utama :

Pekerjaan Sampingan : Jumlah Anggota Keluarga : ………orang

1. Berapa penghasilan Bapak/Ibu dalam 1 bulan ?

2. Adakah tambahan penghasilan, jika ada berapa penghasilan tersebut per bulannya ?

3. Dari penghasilan yang Bapak/Ibu peroleh berapa jumlah anggota keluarga yang Bapak/Ibu ?

4. Apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan dari Aren (Arenga pinnata) ? 5. Apa alasan yang mendorong Bapak/Ibu memanfaatkan hasil dari Aren ? 6. Apakah hasil dari pemanfaatan Aren seluruhnya dijual atau sebahagian saja

yang Bapak/Ibu jual ?

7. Jika hasil dari Aren yang Bapak/Ibu ambil dipakai sendiri, bagaimana bentuk pemanfaatannya dan di gunakan untuk apa ?

8. Jika hasil dari Aren yang Bapak/Ibu ambil tersebut dijual, berapa harga dari masing-masing jenis hasil Aren tersebut ?

9. Dimana Bapak/Ibu menjual hasil yang di peroleh dari Aren ?

10. Kendala atau permasalahan apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam pemanfaatan Aren selama ini ?


(1)

D. Tuak

No Nama Responden Tuak

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp) NE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Arihta Pinem Asmanjaya Semangat Sinulingga Selamat Sembiring Arasta Sinulingga Malem Purba Hendi Pinem Erwin Sembiring Samin bru Karo Jenda Sembiring Danang Harapan Sitepu Budi Sinulingga Kisah Sinulingga Edi Sembiring Saidi Iman Sembiring Putra Tarigan Nasib Sitepu Aginta Ginting 50 30 50 50 24 24 24 24 1,200 720 1,800 1,200 4,000 4,000 4,000 4,000 4,800,000 2,880,000 4,800,000 4,800,000


(2)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Mendra Ismail Takdir Sembiring Jendral Karo Yuda Ginting Putra Sembiring Tongat Sitepu Arihta Purba Bangga Tarigan Bujur sembiring Manis Tarigan Biring Karo Martin Tarigan Semon Sinulingga Bukti Surbakti Iman Purba Bidin Ketaren Denna Dodi Edi Pasaribu Fii Kaban Juli Ketaren Jauhari Ginting Ali Masana Tarigan 30 50 35 24 24 24 720 1,800 840 4,000 4,000 4,000 2,880,000 4,800,000 3,360,000


(3)

46 47 48 49

Eka Purba

Margana Ketaren Arifin


(4)

Lampiran 2D.(Lanjutan)

No Nama Responden Tuak

Jlh (Minggu)

F TP Harga(Rp) NE

50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69

Agung Tarigan Dosti Tarigan Zaenal

Petrus Bangun Tawar Pelawi Ponten Sembiring Sehat bru Sitepu Amri Ginting Jopri Ginting Teridah Pelawi Ngalowi Tarigan Mantap Sinulingga Rejeki Karo Nasib Sembiring Nandang

Tulis Bukit Jusia Ginting Maret Surbakti Parman Ketaren Musim Pelawi

50

30

24

24

1,800

720

4,000

4,000

4,800,000

2,880,000


(5)

70 71 72 73 74 75

Nerangi Pelawi Abdi Barus Mulih Sitepu Persadaan Pinem Nasir Ketaren Pen Sembiring

35 24 840 4,000 3,360,000

Total 39,360,000

Ket F : Frekuensi Pengambulan / Tahun TP :Total Pengambilan / Tahun ( Jlh x F)


(6)

KUISIONER

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

Umur (Tahun) :

Tempat Kelahiran :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan Utama :

Pekerjaan Sampingan : Jumlah Anggota Keluarga : ………orang

1. Berapa penghasilan Bapak/Ibu dalam 1 bulan ?

2. Adakah tambahan penghasilan, jika ada berapa penghasilan tersebut per bulannya ?

3. Dari penghasilan yang Bapak/Ibu peroleh berapa jumlah anggota keluarga yang Bapak/Ibu ?

4. Apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan dari Aren (Arenga pinnata) ? 5. Apa alasan yang mendorong Bapak/Ibu memanfaatkan hasil dari Aren ? 6. Apakah hasil dari pemanfaatan Aren seluruhnya dijual atau sebahagian saja

yang Bapak/Ibu jual ?

7. Jika hasil dari Aren yang Bapak/Ibu ambil dipakai sendiri, bagaimana bentuk pemanfaatannya dan di gunakan untuk apa ?

8. Jika hasil dari Aren yang Bapak/Ibu ambil tersebut dijual, berapa harga dari masing-masing jenis hasil Aren tersebut ?

9. Dimana Bapak/Ibu menjual hasil yang di peroleh dari Aren ?

10. Kendala atau permasalahan apa saja yang Bapak/Ibu alami dalam pemanfaatan Aren selama ini ?