Kadar Karbon Helai Daun Dan Pelepah Daun

4. Kadar Karbon

Tabel 5. Nilai Rata-rata Kadar Karbon Sampel Tebang Pada Berbagai Bagian Tanaman Bambu Belangke Gigantochloa pruriens W. Kadar Karbon No. Plot Sampel Tebang Batang Ranting Daun 1 42,90 31,11 19,34 1 2 41,16 32,70 20,92 3 36,62 33,45 21,00 1 38,13 32,00 19,97 2 2 37,77 30,75 17,77 3 40,15 32,80 18,93 1 41,46 31,35 20,17 3 2 34,26 31,54 21,30 3 39,88 32,05 20,74 Total 352,33 287,75 180,14 Rataan 39,15 31,97 20,02 Kadar karbon bagian bambu dari lokasi penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara bagian batang, ranting, dan daun bambu. Kadar karbon tertinggi terdapat pada bagian batang dengan rataan sebesar 39,15 disusul dengan bagian ranting dengan rataan sebesar 31,97. Kadar karbon terendah terdapat pada bagian daun dengan rataan sebesar 20,02. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Suprihatno 2012 dimana jumlah kadar karbon pada batang lebih tinggi yaitu dengan rataan sebesar 53,84. Hal ini menunjukkan adanya selisih yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,69. Hal lain yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar karbon pada bagian batang adalah dengan meningkatnya umur dan tinggi bambu. Rata-rata cadangan karbon tertinggi pada tanaman biasanya setelah bambu mencapai tinggi 11 m atau berumur lebih dari 10 minggu. Selanjutnya bila dibandingkan dengan penelitian lain, penelitian ini juga sejalan dengan Yuniawati 2011 yang melakukan penelitian pada tegakan A. crassicarpa dan memperoleh hasil kadar karbon tertinggi terdapat pada batang umur 5 tahun sebesar 60,20 dan terendah terdapat pada bagian daun berumur 2 tahun sebesar 37,02. Perbedaan umur pada tegakan dapat mempengaruhi kadar karbon dimana semakin dewasa umur suatu tegakan maka kadar karbon juga akan semakin tinggi dikarenakan bertambah besarnya selulosa dan lignin pada kayu. Aalisis Biomassa dan Karbon Tanaman Contoh 5. Biomassa Berat Kering Pada umumnya biomassa dinyatakan sebagai kandungan berat kering bahan, karena setiap bagian tumbuhan memiliki kandungan air yang berbeda. Dalam penelitian ini biomassa bambu diperoleh dari hasil penjumlahan kandungan biomassa tiap bagian bambu yang merupakan gambaran total material organik dari hasil fotosintensis yang dilakukan pada daun. Sutaryo 2009 mengatakan bahwa biomassa bambu memiliki tingkat variasi yang berbeda-beda tergantung dari jenis, tempat tumbuh, dan pengelolaannya. Secara spesifik setiap jenis bambu yang tumbuh di tempat tumbuh yang berbeda dan pengelolaan yang berbeda akan menghasilkan biomassa yang berbeda juga. Tabel 6. Nilai Rata-rata Berat Kering Biomassa Sampel Tebang Pada Berbagai Bagian Tanaman Bambu Belangke Gigantochloa pruriens W. Batang Ranting Daun Total Biomassa Kgbtg No. Plot Sampel Tebang BB Kg BK Kg BB Kg BK Kg BB Kg BK Kg 1 21,80 9,18 3,40 2,46 1,30 0,93 12,57 1 2 22,30 8,83 3,60 1,67 1,80 0,98 11,48 3 18,80 8,06 2,00 1,77 1,60 0,69 10,51 1 17,00 7,30 1,40 1,15 1,00 0,49 8,94 2 2 18,70 6,59 3,60 1,86 1,40 0,51 8,96 3 16,80 7,23 1,20 1,06 1,00 0,71 9,01 1 18,40 7,78 2,80 1,42 1,20 0,39 9,59 3 2 19,10 8,67 3,70 2,53 2,00 0,87 12,07 3 17.70 7.47 1.40 1.31 0.90 0.46 9.24 Rataan 7,90 1,70 0,67 10,26 Dari Tabel 6. dapat dilihat perbedaan biomassa dari tiap bagian bambu tersebut. Rataan biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 7,90 kg, disusul dengan bagian ranting sebesar 1,70 kg. Untuk rataan biomassa terendah terdapat pada daun bambu yaitu sebesar 0,67 kg. Selanjutnya untuk rata-rata total biomassa perbatang diperoleh rataan sebesar 10,26 kgbtg. Berat biomassa tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Baharuddin 2013 yang melakukan penelitian pada bambu parring dan medapatkan rataan biomassa sebesar 14,3 kgbtg. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan diameter, tinggi, dan tempat tumbuh yang berbeda. Hal ini juga sesuai pendapat Sutaryo 2009 yang mengatakan bahwa adanya perbedaan biomassa dapat disebabkan oleh perbedaan tempat tumbuh.

6. Massa Karbon

Dokumen yang terkait

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 42 63

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 1 8

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

1 0 7

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 0 15

MODEL ALLOMETRIK BIOMASSA DAN MASSA KARBON BAMBU BELANGKE (Gigantochloa pruriens Widjaja.) DI HUTAN RAKYAT DESA SIRPANG SIGODANG, KECAMATAN PANEI, KABUPATEN SIMALUNGUN

0 2 10