Pengukuran Plot Untuk Penebangan Bambu Pemilihan Bagian Tegakan Bambu dan Penimbangan Berat Basah

Hm-1 Gambar 1. Bentuk petak pengukuran bambu Pengukuran parameter tegakan yang penting dilakukan pada setiap petak contoh penelitian PCP dengan metode jalur berpetak. Setiap PCP dibuat dengan ukuran 20mx20m dengan jarak antar petak contoh 10mx10 Kiyoshi, 2002.

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah ada sebelumnya, baik data yang dikeluarkan instansi terkait, penelitian sebelumnya, maupun literatur pendukung lainnya yaitu peta administrasi Kabupaten Deli Serdang.

2. Analisis Data di Lapangan A. Inventarisasi Luas Hutan Rakyat

Inventarisasi luas hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan data tutupan lahan Hutan Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

B. Pengukuran Plot Untuk Penebangan Bambu

1. Dibuat 3 plot berukuran masing-masing 20 m x 20 m. Peletakan setiap plot dilakukan secara Purpossive, dengan jarak antar petak 10m x 10 m. 3. Dari masing-masing plot diambil 3 tegakan bambu yaitu bambu dewasa sebagai sampel. Selanjutnya diambil data DBH, tinggi bebas ranting, dan tinggi total. A1 A2 4. Penebangan dilakukan pada ketinggian 1 m dari atas permukaan tanah. Pengukuran tinggi total bambu juga dilakukan setelah tegakan contoh bambu rebah. Tinggi total merupakan panjang total tegakan bambu contoh yang telah rebah hingga ujung tajuk

C. Pemilihan Bagian Tegakan Bambu dan Penimbangan Berat Basah

1. Sebelum dilakukan pembagian fraksi tegakan bambu, terlebih dahulu dilakukan penimbangan terhadap berat total batang dan daun. 2. Pembagian fraksi tegakan bambu contoh dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian biomassa batang, dan daun yang bertujuan agar analisa laboratorium lebih mewakili. 3. Sampel batang diambil pada ketinggian 1,3 m dari atas permukaan tanah dimulai dari tunggak yang tersisa pada permukaan tanah. 4. Masing-masing sampel batang tiap tegakan tebang dibuat 3 ulangan, dimana tiap ulangan diambil sebanyak 200 gram. 5. Untuk sampel daun dibuat 3 ulangan saja sebanyak 200 gram. 3. Pengumpulan Data di Laboratorium Pengukuran Kadar Air Pengambilan contoh tegakan dilakukan dengan menebang bambu masak dewasa di tebang sebanyak 9 batang. Bambu dipisahkan berdasarkan bagian-bagian bambu yang dibagi menjadi empat bagian utama yaitu batang sampai pada ujung dengan ukuran diameter ≥ 3 cm, bagian cabang meliputi cabang, ranting dan ujung bambu dengan diameter ≤ 3 cm, dan daun. Kemudian ditimbang sehingga diketahui berat basahnya. Setiap bagian bambu diambil contoh uji berukuran ± 4 x tebal bambu cm 2 untuk mengetahui kadar airnya. Untuk contoh uji daun, cabang, ranting diambil minimal sebanyak 200 gram selanjutnya dihitung kadar airnya. Pengukuran kadar air contoh uji dilakukan berdasarkan standar TAPPI T268 OM 88. Nilai kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 100 Bkt Bkt - Ba Ka × = Dimana : Ka = Kadar air yang diukur dalam persen terhadap berat kering tanur bambu. Ba = Berat awal contoh uji bambu sebelum dikeringkan dalam tanur. Bkt = Berat contoh uji bambu kering tanur, yaitu berat konstan contoh uji bambu setelah disimpan selama 15 menit dalam desikator. Baharuddin, 2013. Pengukuran BiomassaBerat Kering Besarnya biomassa dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan berat kering. Berat kering dapat dihitung dengan menggunakan rumus: BK = �� 1 + �� 100 Keterangan : BK = Berat kering tanur kg BB = Berat basah kg Ka = Persen kadar air . Haygreen dan Bowyer, 1996. Penentuan Kadar Zat Terbang Prosedur penentuan zat terbang yang digunakan berdasarkan American Society for Testing Material ASTM D 5832-98 adalah sebagai berikut : Sampel dari tiap bagian batang dipotong menjadi bagian-bagian kecil sebesar batang korek api, sedangkan sampel bagian daun dicincang, sampel kemudian dioven pada suhu 80 o C selama 48 jam, sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling willey mill, serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring mesh screen berukuran 40-60 mesh. Dihitung dengan rumus : Kadar Zat Terbang = �−� � � 100 Dimana : A = Berat kering tanur pada suhu 105 C B = Berat contoh uji dikurangi berat berat cawan dan sisa contoh uji berat cawan dan sisa contoh uji pada suhu 950 C Penentuan Kadar Abu Serbuk contoh uji sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselen yang ditetapkan beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu mulai 0°C - 700°C selama 5 jam. Selanjutnya cawan dikeluarkan dari tanur, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai beratnya tetap. Untuk mengetahui kadar abu dihitung berdasarkan ASTM D 28866-94. Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut : Kadar abu = ����� ��� ����� ����� ℎ ��� � 100 Penentuan Kadar Karbon Penentuan kadar karbon terikat fixed carbon ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 06-37-301995 dengan rumus sebagi berikut ini: Kadar karbon terikat arang = 100-kadar zat terbang arang-kadar abu Model Allometrik Bambu yang ditebang secara destructive sampling sebanyak 9 batang diukur diameternya dan panjangnya sebagai tinggi tegakan bambu. Hasil pengukuran diameter dan tinggi tersebut dibuat model dengan menggunakan software IBM SPSS versi 20 for windows. Model Penduga Biomassa dan Karbon Bambu Dalam penelitian ini akan dibangun dengan model persamaan allometrik dengan menggunakan program software IBM SPSS statistic Version 22 windows. Bentuk analisis regresi allometrik dan persamaan polynominal adalah sebagi berikut : Ŷ = β +β 1 D+β 2 D 2 Ŷ = β D β1 Ŷ = β + β 1 D 2 H Ŷ = β D β1 H β2 Keterangan: Ŷ = Taksiran nilai biomassa atau karbon bambu belangke khbatang D = Diameter batang Dbh cm H = Tingg total batang m β 1 β 2 β 3 = Konstanta parameter regresi Persamaan Regresi terbaik akan dipilih dari model-model hipotetik di atas dengan menggunakan berbagai kriteria statistik, seperti goodness of fit, koefisien determinasi R 2 , analisis sisaan serta pertimbangan kepraktisan untuk pemakaian. Analisis Potensi Biomassa dan Karbon Tegakan Bambu Berdasarkan persamaan model penduga biomassa yang terpilih maka kita dapat mengetahui besarnya total potensi biomassa dan karbon dari hutan bambu adapun cara mengkonversinya ke dalam kgha yaitu dari seluruh bambu yang ditemukan pada petak penelitian. � � = ∑ � � ∑ ��� � 10.000 Keterangan: W T = Total biomassa karbon seluruh tegakan Kgha ∑ � � = Jumlah biomassakarbon ke-i Kg ∑ ��� � = Total luas petak contoh penelitian ke-i m 2 Baharuddin, 2013. Bagan Pelaksanaan Penelitian Gambar 2. Bagan alur penelitian Hutan Tanaman Rakyat Pengumpulan Data Analisis Data Analisis Potensi Bambu Pengumpulan Data di Laboratorium Pemilihan Model Biomassa Bambu Analisis Kadar O 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bambu Belangke Gigantochola pruriens W. Dari hasil inventarisasi bambu di lapangan, jumlah plot yang diambil adalah sebanyak 3 plot. Masing-masing plot diambil 3 bambu dewasa dimana pengambilan sampel bambunya menggunakan metode destructive sampling. Dari ketiga plot tersebut terdapat total 29 rumpun, pada plot satu terdapat 11 rumpun, plot dua terdapat 9 rumpun dan plot tiga terdapat 9 rumpun. Dari Tabel 1. dapat dilihat diameter terkecil terdapat pada sampel tebang 1 plot 1, yaitu sebesar 5.30 cm dan tinggi total 15.60 m. Untuk diameter terbesar terdapat pada sampel tebang 2 plot 2, sebesar 6.80 cm dengan tinggi total 15.70 m. Sampel tebang paling tinggi terdapat pada sampel tebang 3 plot 3, yaitu sebesar 15.90 m dan memiliki diameter 5.4 5cm. Sampel tebang paling rendah terdapat pada sampel tebang 3 plot 1, yaitu sebesar 12.80 m dengan diameter 5.45 cm. Rataan tinggi total diperoleh 14.90 m, rataan diameter sebesar 5.61 cm, dan rataan total bobot basahnya adalah sebesar 22.77 Kg. Tabel 1. Karakteristik Tanaman Bambu Belangke Gigantochola pruriens W. No. Plot Sampel Tebang H m DBH Cm Berat Basah Kg Total Bobot Basah Kg Batang Ranting Daun 1 15,60 5,30 18,80 4,60 3,10 26,50 1 2 14,70 5,48 19,30 5,40 3,00 27,70 3 12,80 5,45 15,80 3,30 2,30 21,40 1 15,73 5,54 15,40 2,40 1,60 19,40 2 2 15,70 6,80 16,40 3,60 1,40 23,70 3 14,80 5,80 14,80 2,20 2,00 19,00 1 15,40 5,34 14,40 2,80 1,20 22,40 3 2 13,45 5,30 17,10 4,50 3,20 24,80 3 15,90 5,45 16,30 2,40 1,30 20,00 Total 134,08 50,46 148,30 31,20 19,10 204,90 Rataan 14,90 5,61 16,48 3,47 2,12 22,77 Sifat Fisis dan Kimia Tanaman Bambu Belangek Gigantochola pruriens W.

1. Kadar Air

Dokumen yang terkait

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 42 63

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 1 8

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Bambu Belangke (Gigantochola pruriens Widjaja) di Hutan Tanaman Rakyat Desa Durian Serugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

1 0 7

Model Allometrik Biomassa dan Massa Karbon Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja.) di Hutan Rakyat Desa Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

0 0 15

MODEL ALLOMETRIK BIOMASSA DAN MASSA KARBON BAMBU BELANGKE (Gigantochloa pruriens Widjaja.) DI HUTAN RAKYAT DESA SIRPANG SIGODANG, KECAMATAN PANEI, KABUPATEN SIMALUNGUN

0 2 10