a. Bahan hukum primer, berupa berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan dunia usaha yang berkaitan dengan judul tesis.
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku, artikel, bahan
seminar dan bahan publikasi lainnya. 3.
Teknik Pengumpulan Data Mengingat bahwa penulisan tesis ini bersifat yuridis normatif maka
pengumpulan data akan dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan library research untuk mendapat bahan berupa perundang-undangan, Peraturan Bank Indonesia, karya
ilmiah, putusan pengadilan, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
4. Analisis data
Data yang diperoleh akan dipilah-pilah, dikelompokkan dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu rangkaian yang sistematis yang akan dipergunakan untuk
membedah dan menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini. Dari hasil analisis yang dilakukan diharapkan akan diperoleh temuan-temuan dan kesimpulan yang
dapat bermanfaat bagi dunia akademis dan juga dapat dipakai oleh para praktisi hukum dan bisnis.
BAB II PENGELOLAAN BANK DIKAITKAN DENGAN MANAJEMEN RESIKO
A. Karakteristik bisnis Bank
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
Bank merupakan bisnis yang berbeda dengan jenis bisnis lainnya karena produknya ada pada dua sisi yaitu produk penyaluran dana sisi aktiva neraca dan
produk penghimpunan dana sisi pasiva neraca. Di samping itu kegiatan Bank sangat bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak, bahkan krisis perbankan dapat
meruntuhkan suatu pemerintahan sebagaimana yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia. Kondisi ini tergambar dalam buku “BPPN The End” oleh I Putu Gede Ary
Suta yang menguraikan awal dari krisis perbankan dan moneter.
63
Sebelum krisis di tahun1997, Bank-Bank begitu gencar mengucurkan kredit. Proyek yang dibiayai tidak
dikaji kelayakannya, ditambah lagi banyak Bank-Bank tersebut yang dimiliki oleh konglomerat. Tampaknya sudah tidak ada lagi yang mengindahkan kehati-hatian dalam
menjalankan Bank. Bank tidak sungkan-sungkan utnuk mengucurkan kredit bagi perusahaan di grupnya sendiri.
Ketidak hati-hatian ini juga dilakukan oleh Bank-Bank pemerintah di dalam mengelola portofolio kreditnya. Kealpaan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian di
dalam mengelola Bank pada saat itu seolah-olah ditolerir oleh pemegang sahampemilik, manajemen, pemerintah dan Bank sentral sendiri sebagai pengawas
perbankan. Hal ini tercermin pada tingginya tingkat kredit macet yang disalurkan ke grup atau pihak terkait baik di Bank umum swasta maupun Bank milik Pemerintah.
Akibatnya, semua sektor usaha yang dibiaya Bank macet, Bank kesulitan karena dananya tidak kembali. Pada akhir tahun 1997, jumlah kredit macet di perbankan
_
63
I Putu Gede Ary Suta dan Soebowo Musa, BPPN The End, Jakarta : Yayasan Sad Satria Bhakti, 2004, hal. 11
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
mencapai sekitar Rp.234,1 triliun.
64
Sementara itu, kewajiban Bank terhadap nasabah penyimpan terus meningkat. Ketimpangan ini menyebabkan Bank semakin tergerus
modalnya dan tingkat likuiditasnya, hingga menjadi negatif. Tentunya, kemampuan Bank mengembalikan uang nasabah semakin berkurang bahkan berhenti, yang akhirnya
nasabah tidak percaya lagi kepada Bank. Akibat krisis ini banyak Bank yang ditutup dan diambil alih oleh Pemerintah dan
Bank sentral. Bahkan Bank Central Asia BCA, Bank swasta terbesar di Indonesia saat itu juga turut diambil alih oleh pemerintah. Inilah yang menyebabkan keterlibatan
pemeritnah untuk memberikan dana talangan bagi Bank-Bank yang tidak lagi dipercaya nasabahnya, baik karena Bank-Bank ditutup maupiun berubah status menjadi Bank
dalam penyehatan.
65
Oleh karena itu belajar dari pengalaman masa lalu, Direksi dituntut untuk mengelola Bank dengan prinsip kehati-hatian dan mampu mengelola risiko. Sesuai
dengan definisinya, risiko merupakan kemungkinan terjadinya hasil negatif kerugian, dan kerugian tersebut bisa diperkirakan, sehingga terkandung makna bahwa :
a. Risiko merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari bisnis Bank atau yang dikenal dengan inherent risk.
b. Risiko bisnis Bank bisa diperkirakan, sehingga Bank wajib membangunn sistem untuk mengelola risiko risk control sytem agar kelangsungan usaha dapat terjaga.
_
64
Ibid, hal. 11
65
Ibid, hal. 12
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
B. Kewajiban mengelola risiko Bank Indonesia mengatur kewajiban penerapan manajemen risiko bagi Bank
umum dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 58PBI2003. Pada Pasal 2 peraturan tersebut diuraikan ruang lingkup manajemen risiko yaitu :
a. Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. b.Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud huruf a sekurang-kurangnya
mencakup: 1 Pengawasan aktif Dewan Komisaris bdan Direksi,
2 Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, 3 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko
serta sistem informasi, dan 4 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Manajemen risiko itu sendiri merupakan suatu proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Bank Indonesia juga mewajibkan pesyaratan
wajib pada setiap tingkatan proses tersebut, antara lain : a. Pelaksanaan proses identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilakukan dengan
melakukan anlisis terhadap: 1 karakteristik risiko yang melekat pada Bank; dan
2 risiko dari produk dan kegiatan Bank. b. Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, Bank wajib sekurang-kurangnya
melakukan risiko;
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
1 evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko;
2 penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor risiko, yang bersifat material.
c. Dalam rangka pemantauan risiko, Bank wajib sekurang-kurangnya melakukan; 1. evaluasi terhadap eksposur risiko;
2. penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi
manajemen risiko yang bersifat material. d. Pelaksanaan proses pengendalian risiko wajib digunakan Bank untuk mengelola
risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank. e. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian risiko suku bunga, risiko nilai tukar, dan
risiko likuiditas, Bank sekurang-kurangnya menerapkan Assets and Liabilities management ALMA
66
C. Jenis Risiko bank dan Pengelolaannya Selanjutnya, jenis risiko yang wajib di kelola Bank ada 8 delapan jenis yaitu:
_
66
Asset Liabilities Management ALMA adalah suatu risk management yang diterapkan oleh suatu financial institution, termasuk bank.. Di dalam financial risk management ini dicakup risk
assessments dari hampir semua dimensi dalam kegiatan operasional Bank, mulai dari policy setting, pengendalian atas bank’s repricing dan maturity schedules, pengendalian atas financial hedge positions,
capital budgeting dan internal profitability measuruments, termasuk pula penetapan langkah dan kebijakan darurat contingency planning di mana Bank harus segera melakukan analisis dan tindakan
atas dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari peruahan-perubahan yang terjadi di luar Bank,seperti perubahan atas tingkat suku bunga, iklim persaingan antar Bank, pertumbuhan ekonomi dan
sebagainya.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
1. Risiko kredit Risiko kredit yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterplay
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber darii berbagai aktivitas fungsional Bank seperti perkreditan penyediaan dana, treasury dan investasi dan
pembiayaan perdagangan.
67
Undang-undang No. 7 tentang perbankan pada pasal 8 mengamanatkan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Tingkat kegagalan debitur memenuhi kewajibannya tergambar dalam kualitas
aktiva produktif Bank. Bank Indonesia memberikan klasifikasi kualitas kredit dalam lima kelas, yaitu :
a. lancar b. dalam perhatian khusus
c. kurang lancar d. diragukan; atau
e. macet.
68
struktur klasifikasi kualitas kredit yang dimiliki suatu Bank sangat menentukan tingkat kesehatan Bank. Perkreditan suatu Bank dikategorikan sehat bila Bank tersebut
memiliki ratio Non Performing Loan NPL lebih kecil dari 5 . Rasio Non Performing _
67
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, hal. 19
68
Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005, tanggal 29 Januari 2005, tentang Penilaian Kualitas Aktivita Bank Umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
Loan adalah perbandingan antara kredit lancar dengan jumlah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet di kali 100.
69
Risiko kegagalan counterplay memenuhi kewajibannya juga dapat terjadi pada investasi atas surat berharga. Khusus untuk investasi pada surat berharga, Bank dapat
menggunakan penilaian yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat sebagai indikator bonafiditas dan kelayakan lembagaperusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut issueremiten. Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran No.1019DNPNP, tanggal 30 April 2008, tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank
Indonesia. Di dalam surat Edaran ini Bank Indonesia mencantumkan lembaga pemeringkat dan peringkat investasi minimum Investment grade dalam rangka
menggolongkan surat berharga yang dimiliki Bank dalam kategori kualifikasi Qualifying atau dinilai lancar, sbb:
Tab
el 1. Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia Peringkat Investasi Minimum
Perusahaan Pemeringkat Surat berharga Jangka
Pendek Surat berharga Jangka
Menengah dan Jangka Panjang
Moody’s Standard and Poor’s
Fitch Ratings PT.Pemeringkat efek
Indonesia Pefindo PT.Moody’s Indonesia
PT.Fitch Ratings Indonesia P-3
A-3 F3
Id
A4 ID-3
F3idn Baa3
BBB- BBB-
Id
BBB- Baa3.id
BBB-idn Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia no.1019DPNP, tanggal 30 April 2008, tentang Lembaga dan Peirngkat yang
Diakui Bank Indonesia
_
69
Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004, tanggal 12 April 2004, tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP, tanggal
31 Mei 2004, tentang system Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
Keterangan : Setiap Lembaga Pemeringkat memberikan peringkat investasi yang menggambarkan tingkat risiko surat berharga dengan simbol-simbol tertentu. Bank Indonesia menyatarakan masing-masing simbol seperti y
ang tertera yang artinya simbol-simbol tersebut memiliki tingkat risiko yang setara.
Tabel tersebut harus dijadikan oleh Bank untuk mempertimbangkan investasinya terhadap surat berharga. Dengan memperhatikan tabel tersebut Bank dapat
memperhitungkan tingkat risiko yang melekat pada investasinya dan mempersiapkan Penyisihan Penghapusan Aktiva PPA yang dibuuthkan serta menyesuaikannya dengan
risk tolerance Bank terhadap risiko. Kalau peringkat ini tidak menjadi ukuran dalam melakukan investasi surat berharga maka Bank akan kesulitan untuk memilih surat
berharga yang layak untuk dibeli. Dengan perkataan lain bahwa sebelum melakukan investasi terhadap surat berharga, Bank wajib melakukan analisis yang mendalam
terutama terhadap aspek-aspek berikut ini: a.
Peringkat surat berharga karena sangat mempengaruhi besarnya risiko yang mungkin harus ditanggung Bank dan besarnya penyisihan penghapusan aktiva
yang harus dibentuk. b.
Jangka waktu investasi, yaitu meliputi surat berhaga ini akan di simpan sampai tanggal jatuh temponya hold to maturity dan berapa lama jangka
waktunya, atau akan diperdagangkan setiap saat. Hal ini penting karena akan mempengaruhi tingkat likuiditas Bank.
c. Jumlah yang akan diinvestasikan, karena akan berpengaruh kepada
struktur portofolio Bank yang akan berdampak kepada pendapatan Bank.
2. Risiko pasar
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
Risiko pasar yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel besar adverse movement dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan
Bank. Variabel pasar dari suku bunga dan nilai ukur termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options.
70
Risiko pasar merupakan risiko yang harus dipantau dengan cermat karena memiliki volitality yang cepat mengikuti
kondisi pasar yang berubah dalam hitungan detik perdetik. Untuk perbankan di Indonesia biasanya risiko pasar ini melekat pada portofolio berupa investasi pada surat berharga
atau pada aktivitas perdagangan valuta asing. 3. Risiko Likuiditas
Yaitu risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Ditinjau dari sudut kepada siapa kewajiban tersebut harus
dipenuhi, dapat dibedakan atas; a. Bank Indonesia, yaitu penyediaan sejumlah dana di rekening Bank Umum yang ada di
Bank Indonesia atau yang dikenal dengan kewajiban menyediakan Giro Wajib Minimum GMW.
71
b. Internal bank, yaitu untuk memenuhi kewajiban untuk internal baik sepert pembayaran gaji dan kewajiban intern;
_
70
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003 Lampiran I Surat Edaran bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003, Op. Cit., hal. 27
71
Peraturan Bank Indonesia Nomor 651PBI2004, tanggal 28 Juni 2004, tentang giro wajib minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing. Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7.29PBI2005, tanggal 6 September 2005, tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia Nomor 6152004 tentang giro wajib minimum Bank umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan
Valuta Asing. Peraturan bank Indonesia Nomor : 749PBI2005, tanggal 29 November 2005, tentang perubahan kedua atas Peraturan Bank Indoensia Nomor 615PBI2004 tentang giro wajib minimum Bank
Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 754DPNP tanggal 29 November 2005, tentang Giro Wajib minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
c. Nasabah, yaitu pemenuhan kewajiban kepada para deposan untuk menarik dana simpanan dan untuk keperluan pencairan kredit.
Risiko likuiditas ditinjau dari sumber penyebab kegagalan memenuhi kewajiban dapat dikategorikan sebagai berikut ;
a. Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan
offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar market disruption;
b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu
mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
72
4. Risiko operasional Risiko operasional yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak
cukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Karakteristik risiko operasional adalah : a. Dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan
kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. b. Dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan
penyediaan dana, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan,
_
72
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia NO.521DPNP, 29 September 2003, Op. Cit., hal. 36
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
73
Risiko ini memiliki cakupan yang sangat luas karena dapat terjadi dalam berbagai tingkatan kegiatan Bank. Sesuai dengan definsiinya, terjadinya operasional risk
diakibatkan oleh terjadinya kegagalan operasional, yaitu ; a. People risk, risiko operasional yang diakibatkan oleh faktor manusia berupa
incopetency, fraud, dan lain-lain. b. Proses risk, yaitu tidak kurang berfungsinya proses internal Bank. Risiko ini akan
mengakibatkan terganggunya pelayanan Bank, banyaknya komplain, ketidakpuasan pegawai dan tingginya fraud. Oleh karena itu Bank harus senantiasa melakukan review
terhadap Standar Operasional dan Prosedurnya untuk menilai apakah masih mampu mengakomodir kebutuhan intern, ekstern dan aman secure.
74
Bank harus mengindentifikasi risiko dengan memilah-milah risiko dan menggunakan kriteria sebagai berikut;
a. risiko dengan frekuensi kemungkinan terjadinya tinggi, akibat kerugiannya tinggi; b. risiko dengan frekuensi kemungkinan terjadinya tinggi, akibat kerugiannya rendah;
c. risiko dengan frekuensi kemungkinan terjadinya rendah, akibat kerugiannya tinggi; d. risiko dengan frekuensi kemungkinan terjadinya rendah, akibat kerugiannya rendah;
75
Setelah mengidentifikasi kemungkinan tersebut, Bank wajib melakukan pengendalian risiko. Untuk kemungkinan”a”, Bank harus menghindari kegiatan
_
73
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003, Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003, Op. Cit., hal. 41
74
Masyhud Ali, Op.Cit. hal.273
75
Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, Op. Cit., hal. B:67
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
operasional dengan jenis risiko ini karena akan menyebabkan Bank menderita kerugian yang cukup besar. Kalaupun Bank berupaya melakukan pengendalian, akan memerlukan
biaya yang cukup tinggi. Sedangkan untuk jenis risiko dengan ciri nomor “d”, sebaiknya diabaikan karena kerugiannya yang tidak material. Sehingga yang harus menjadi
perhatian Bank adalah jenis risiko dengan ciri-ciri nomor “b” dan “c”.
76
5. Risiko Hukum Risiko hukum yaitu yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipebuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
77
6. Risiko Reputasi Yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait
dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.
78
Risiko ini bisa disebabkan oleh dampak dari kegagalan Bank mengatasi 7 tujuh risiko lainnya. Sebagai
contoh; Bank yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah know Your Customer Principle, akan mudah dipakai oleh para teroris dan kriminal lainnya untuk mencuci
_
76
Ibid.
77
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.521DPNP, 29 September 2003 Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 521DPNP, 29 September 2003, Op.Cit, hal 46
78
Ibid, hal 49
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
uang hasil kejahatannya. Rumor ini akan berkembang di masyarakat dan sebagai akibatnya citra Bank tersebut menjadi negatif. Masyarakat akan takut untuk menyimpan
uangnya di Bank tersebut karena khawatir pada suatu saat pihak yang berwenang akan mencabut izin Bank tersebut. Disamping mengelola risiko yang ada agar tidak
menimbulkan risiko reputasi, Bank juga wajib melakukan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak kepada peningkatan citranya. Apalagi Bank adalah bisnis yang
sangat didasari oleh kepercayaan.
7. Risiko Strategik Antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Bank yang
tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya terhadap perubahan eksternal.
79
Sesuai dengan defininya, strategi adalah cara mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Sebagai contohnya adalah keputusan Bank
untuk membuka kantor cabang baru di suatu daerah. Sebelum melakukan pembukaan kantor cabang, bank harus melakukan analisa kelayakan dari berbagai aspek dan
mencantumkan rencana tersebut di dalam Rencana dan Anggaran Kerja Tahunan RKAT. Kebijakan ini mengandung risiko bila kelak setelah kantor cabang di
_
79
Ibid, hal.50.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
operasionalkan, ternyata tidak mencapai target yang sudah ditetapkan dalam RKAT. Kesalahan strategik dalam skala yang lebih besar akan menggerus modal Bank.
8. Risiko Kepatuhan Risiko yang disebabkan Bank tidak memiliki atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
80
Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten. Kegagalan
Bank didalam mengelola risiko ini akan mengakibatkan Bank terbelit masalah hukum yang tentunya memerlukan biaya besar disamping juga akan mengganggu operasional
Bank. Sedangkan ketidak npatuhan kepada ketentuan Bank Indonesia bisa mengakibatkan Bank dijatuhi denda dan penurunan tingkat kesehatan Bank atau yang
paling buruk pembekuan usaha Bank dan akhirnya dilikuidasi.
_
80
Ibid, hal.52
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III PRINSIP BUSINESS JUDGEMENT RULE DALAM PENGELOLAAN