K Q
AP
K
= dimana input L dianggap konstan 2.4
Di samping itu dikenal juga konsep Marginal product MP atau produksi
marjinal yaitu tambahan produksi akibat penambahan satu unit input. Fungsi ini juga merupakan slope dari produksi total. Produksi marjinal bisa diperoleh dengan
melakukan derivasi parsial :
L Q
MP
L
∂ ∂
= produksi marginal dari tenaga kerja
2.5
K Q
MP
K
∂ ∂
= produksi marginal dari modal
2.6
2.1.3 Faktor Produksi dan Pendapatan
2.1.3.1 Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi
yang efesien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada
produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan
di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku
meningkatkan stock modal secara fisik yakni nilai riil atas seluruh barang modal
produktif secara fisik dan hal ini jelas memungkinkan akan tejadinya peningkatan output dimasa mendatang Todaro, 1998.
Menurut Mubyarto 1994 Modal adalah barang atau uang yang secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang
yang baru yaitu output. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya ketrampilan dan kecakapan pekerja
juga menaikkan produktivitas produksi. T.W.Schultz dalam Mubyarto, 1994 mengusulkan dengan tegas perbedaan antara modal manusiawi dan modal fisik.
Berhubungan dengan modal manusiawi adalah hubungan antara modal dan teknologi, disini ditekankan bahwa teknologi tidak lain adalah cara-cara atau
metode yang dapat menurunkan biaya produksi dan menaikan hasil produksi. Bagi tenaga kerja pengetahuan menganai cara – cara atau metode – metode baru
dapat dibedakan pengetahuan dalam bersifat teknis dan pengetahuan bersifat organisatoris atau manajerial.
2.1.3.2 Tenaga Kerja
Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan dibidang bisnisperusahaan penggunaan
tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula
membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian terampil. Biasanya perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan
sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan
mempunyai keahlian. Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat
alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan
Sukartawi 2002. Di Negara-negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan
tingginya produktivitas tenaga kerja, semua usaha diarahkan untuk meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling terbatas
jumlahnya, dalam keadaan ini mesin-mesin penghemat tenaga kerja labor saving ditemukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
output yang dihasilkan Mubyarto 1994 Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih
ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya Nopirin, 1996. Pengusaha cenderung menambah
tenaga kerja selama produk marginal nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga kerja lebih tinggi dari pada cost yang dikeluarkan
untuk upah tenaga kerja.
2.2 Penelitian Terdahulu