BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Salah satu amanat dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan bahwa tujuan dibentuknya Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum
dan asas keadilan sosial. Untuk memajukan kesejahteraan umum, Todaro 2000 mengartikan dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan,
antara lain dengan meningkatkan pendapatan. Sehingga pendapatan per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolok ukur tingkat
kesejahteraan penduduk suatu Negara. Secara umum sejak kemerdekaan, kesejahteraan penduduk Indonesia terus
mengalami peningkatan. Hal ini lebih terasa pada masa Orde Baru, terlepas dari berbagai persoalan yang dialami Negara mulai dari Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme KKN sampai kepada permasalahan hutang Negara, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan secara teratur, dari Gross National Product
GNP per kapita US 70 tahun 1967 menjadi US 1.110 pada tahun 1997. Negara ini diakui sebagai perekonomian industrialisasi baru, dengan Gross
Domestic Product GDP riel tumbuh rata-rata di atas 4,6 persen per tahun selama tiga dasawarsa Todaro, 2000.
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD sendiri pertumbuhan ekonomi non migas tercatat 7,4 persen per tahun pada periode 1970-1997.
Keadaan ini melambat pada periode 1998-2001 seat atau pasca krisis moneter
yaitu hanya -0,41 persen per tahun. Kemudian kembali menunjukkan kenaikan pada periode 2001-2004 yaitu 3,12 persen per tahun BPS, 2004.
Kondisi ekonomi NAD membawa pengaruh kepada ekonomi kabupaten- kabupaten dalam wilayahnya. Sebagaimana ekonomi di Aceh Tenggara.
Perekonomian di Aceh Tenggara secara umum meningkat dari tahun sebelumnya, walaupun dalam kurun waktu selama tahun 2004 terjadi beberapa musibah besar,
baik yang terjadi di daerah seperti banjir bandang di Kecamatan Badar, maupun musibah yang terjadi di luar daerah seperti Tsunami yang terjadi di Banda Aceh
dan beberapa kabupaten lainnya. Menurut perhitungan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar
harga konstan, pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara tahun 2004 mencapai 6,03 persen, lebih baik dibandingkan tahun 2003 yang hanya mengalami pertumbuhan
5,56 persen dan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan kabupaten lain yang ada di NAD. Keadaan ini disebabkan kondisi keamanan di Aceh Tenggara relatif
lebih stabil dan kondusif, sehingga semua aktivitas perekonomian berjalan dengan lancer. Selain itu, membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara
disebabkan adanya peningkatan pertumbuhan dibeberapa sektor ekonomi antara lain; sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan dan sektor jasa
BPS, 2005. Sektor pertanian pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,10 persen, sedangkan
pada tahun sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,48 persen. Semua sub sektornya juga mengalami pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan karena
masyarakat Aceh Tenggara sebagian besar mata pencahariannya di sektor
pertanian. Selain itu, harga komoditi pertanian yang juga semakin membaik mendorong para petani meningkatkan produksi pertaniannya. Kondisi iklim
selama kurun waktu 2004 juga sangat mendukung dalam usaha pertanian BPS, 2005.
Harga komoditi pertanian ikut membaik disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk melindungi petani. Salah satu bentuk intervensi pemerintah
dalam menstabilkan harga adalah dengan menetapkan harga dasar gabah. Dengan kebijakan ini pemerintah mengharapkan adanya perlindungan terhadap para petani
yang sebagian besar berada di pedesaan, peningkatan produksi hasil pertanian, dan pada akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Faktor lain yang turut mempengaruhi produksi padi adalah tenaga kerja, bagi petani tradisional biasanya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak efisien.
Hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja dengan luas lahan tidak seimbang. Selain itu, banyak dari waktu yang harusnya digunakan untuk menggarap sawah
digunakan untuk hal-hal lain, sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan menjadi terlantar. Selain faktor sumberdaya manusia di atas, faktor penting yang
turut menentukan produksi padi adalah penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat. Kelebihan dalam penggunaan pupuk dan pestisida akan berdampak pada
peningkatan biaya produksi, sementara bila kekurangan pupuk dan pestisida akan menyebabkan penurunan produksi.
Selain harga, sumberdaya manusia, pupuk dan pestisida, faktor lain yang sangat menentukan produksi hasil pertanian adalah iklim. Dimana sebagaimana
diketahui bahwa di Kabupaten Aceh Tenggara sebagaimana umumnya daerah lain
yang ada di NAD memiliki dua iklim yaitu; kemarau dan penghujan. Pada umumnya pada saat kemarau, tingkat produksi padi mengalami penurunan,
disebabkan kekurangan air. Sementara pada saat musim penghujan akan terjadi peningkatan dalam produksi hasil pertanian. Kondisi iklim ini sangat berdampak
bagi petani padi karena sebagian dari sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan.
Letak Goegrafis Kabupaten Aceh Tenggara adalah disebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Selatan. Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan
Provinsi Sumatera Utara.. Daerah Kabupaten Aceh Tenggara terletak diketinggian ± 600 m diatas permukaan laut yang merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser. Luas Kabupaten Aceh Tenggara adalah 4.231,41 KM
2
, yang terdiri dari 11 kecamatan, 249 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang
terluas adalah Kecamatan Babul Rahmah 1.159,08 KM
2
, sedangkan wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Semadam 35,34 KM
2
BPS, 2005 Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, yang
terbanyak adalah suku Alas disamping suku yang lain seperti Aceh, Gayo, Singkil, Jawa, Karo dan Batak. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara
pada akhir tahun 2004 berjumlah 169.409 jiwa dengan kepadatan penduduk 40 jiwa per KM
2
yang terdiri dari 77.385 laki-laki dan 92.024 perempuan. Penduduk terbesar ditemui pada Kecamatan Babussalam yaitu 24.925 jiwa, sedangkan yang
terkecil terdapat pada Kecamatan Darul Hasanah yaitu sebanyak 9.335 jiwa. Dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah yang terpadat penduduknya adalah
Kecamatan Babussalam sebesar 575 JiwaKM
2
, sedangkan yang terjarang penduduknya terdapat di Kecamatan Babul Rahmah yakni 8 jiwa KM
2
. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara berkisar 1,67 persen per
tahun. Rendahnya angka pertumbuhan penduduk ini disebabkan banyaknya penduduk yang pindah ke daerah lain untuk bekerja, sekolah dan lain sebagainya.
Keadaan ini terjadi karena kurangnya fasilitas pendidikan dan kurangnya lapangan kerja BPS, 2005.
Sumberdaya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung dari jumlah
sumberdaya manusia saja, namun lebih menekankan pada efisiensi mereka. Peningkatan pendapatan per kapita berkaitan erat dengan pengembangan faktor
manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitasnya. Terlepas dari adanya manusia sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan, yang
terasa lebih penting lagi bagaimana sumberdaya manusia yang ada dapat dikerahkan untuk mengisi lapangan pekerjaan yang ada. Upaya penting yang perlu
dilakukan adalah menciptakan lapangan kerja yang mampu untuk menampung angkatan kerja. Salah satu lapangan kerja yang sangat terbuka adalah sektor
pertanian. Luas lahan persawahan di wilayah Aceh Tenggara sebesar 17.224 Ha yang
terdiri dari sawah beririgasi 2.500 Ha, sawah berpengarian sederhana 13.972 Ha dan sawah tadah hujan 752 Ha. Dengan luas yang sedemikian itu, wilayah ini
mampu menghasilkan 107.153 ton gabah kering panen selama tahun 2004 dengan produktivitasnya 5,51 ton per hektar.
Tabel I.1 Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi
di Kabupaten Aceh Tenggara
SAWAH BERPENGAIRAN Ha No
KECAMATAN Setengah
Tehnis Seder
hana Pedesaan
Sawah Tadah
Hujan LUAS
AREAL Ha
PRODUKSI TON
1 2 3 4 6 5 6
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
Lawe Alas Babul Rahmat
Lawe Sigala Gala Babul Makmur
Semadam Bambel
Bukit Tusam Babussalam
Lawe Bulan Badar
Darul Hasanah -
- -
- -
500 -
- 1.160
840 -
3.080 1.676
1.160 1.294
960 1.782
853 624
915 678
950 35
154 83
186 17
181 34
- -
- 62
3.115 1.830
1.243 1.480
977 2.463
887 624
2.075 1.518
1.012 18.832,0
10.498,8 8.199,5
9.262,4 5.269,6
16.784,2 5.643,0
3.442,8 14.649,0
9.150,75 5.421,3
JUMLAH 2.500 13.972
752 17.224 107.153,4
Sumber: BPS Aceh Tenggara, 2005
Wilayah yang menghasilkan produksi gabah terbesar adalah kecamatan Lawe Alas total hasil panen selama tahun 2004 sebesar 18.832 ton. Selain
tanaman Padi, terdapat juga jagung yang luas tanamnya 27.054 Ha dengan produksi sebesar 151.092,85 ton tahun 2004 BPS, 2005. Namun demikian
berdasarkan laporan yang diterbitkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 terjadi penurunan produktivitas
produksi sebesar 0,09 tonha. Jika pada tahun 2004 produktivitasnya sebesar 5,51 tonha, namun pada tahun 2005 produktivitasnya hanya 5,42 tonha.
1.2 Perumusan Masalah