Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan benihbibit terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan benihbibit terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama untuk: 1. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara dalam menyusun rencana pembangunan sektor pertanian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. 2. Petani padi, dalam hal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan produksi. Sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dimasa yang akan datang. 3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahun yang berhubungan dengan produksi padi. 4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan terutama yang berhubungan dengan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Produksi

Menurut Pappas 1995 Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya masukan dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan keluaran. Sementara itu, menurut Beattie dan Taylor 1994 produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan- kekuatan input, faktor, sumber daya, atau jasa – jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa output atau produk. Menurut Joesron dan Fathorrozi 2003, produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong 2002 produksi atau memproduksi menambah kegunaan nilai guna suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum. Ahyari 1997 Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut diatas. Dengan demikian produksi tidak hanya terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore 2001 produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya menjadi output berupa barang atau jasa. Manajemen produksi bertujuan mengatur penggunaan resources faktor- faktor produksi yang ada baiknya berupa bahan, tenaga kerja, mesin-mesin dan perlengkapan sedemikan rupa sehingga proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Hubungan antara Produksi Total TP, produksi rata-rata AP dan Produk Marjinal MP dalam jangka pendek untuk satu input input lain dianggap konstan dapat dilihat pada gambar berikut Nicholson 1994 : Gambar 2.1: Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah pertambahan produksi yang semakin berkurang law of diminishing marginal productivity. Titik C adalah total produksi mencapai maksimum artinya tambahan input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal MP adalah nol C 1 . Sedangkan Produksi Rata-rata AP mencapai maksimum adalah pada saat elastisitas produksi sama dengan 1 dan AP berpotongan dengan MP artinya produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan 1 unit input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan. Hubungan fungsional antara berbagai faktor produksi termasuk pengelolaannya memerlukan koordinasi yang baik sehingga dapat menghasilkan output optimal. Mubyarto 1986. Apabila keterbatasan biaya menjadi kendala maka tindakan yang dilakukan adalah dengan meminimumkan biaya cost minimization dan jika tidak dihadapkan dengan keterbatasan biaya maka dapat dilakukan melalui pendekatan memaksimumkan keuntungan profit maximazation Apabila kedua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel, maka variabel yang sering digunakan adalah pendekatan isoquant dan isocost. Isoquant adalah kurva yang menujukan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama. Jumlah produksi digambarkan oleh pergeseran kurva isoquant, jika suatu perusahaan memutuskan untuk menambah produksinya maka kurva isoquant akan bergeser kekanan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2 berikut Joesran dan Fathorrozi, 2003. Gambar 2.2: Peta Isoquant Gambar 2.2 mengilustasikan bahwa ada beberapa proses produksi sehingga kurva isoquant continue, dan sebenarnya yang ingin dituju oleh setiap perusahaan adalah titik T, namum untuk mencapai titik tersebut sangat sulit terlaksana dan tidak akan tercapai, karena titik T menggambarkan penggunaan input yang demikian banyak sehingga menciptakan output yang tak terhingga.

2.1.2 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksikan dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan Arsyad, 1993 . Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isokuan isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama Joesran dan Fathorrozi, 2003 Isoquant hanya menjelaskan keinginan perusahaan berdasarkan fungsi produksi yang ditentukan, dan tidak menjelaskan apa yang dapat diperbuat oleh perusahaan. Untuk memahami ini kita harus memasukkan faktor biaya kedalam gambar yaitu garis isocost, yang menggambarkan kombinasi biaya berbagai input dengan input konstan dan biaya itu yang tersedia. Menurut Pappas 1995 fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau, alternatif lain, jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukankeluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari kerakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan. Setiap perbaikan teknologi, seperti penambahan satu komputer pengendalian proses yang memungkinkan suatu perusahaan pabrikan untuk menghasilkan sejumlah keluaran tertentu dengan jumlah bahan mentah, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau program pelatihan yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menghasilkan sebuah fungsi produksi yang baru. Menurut Samuelson 1992 fungsi produksi adalah kaitan teknologi antara jumlah output maksimum yang bisa dihasilkan oleh masing – masing dan tiap perangkat input faktor produksi. Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi yang digunakan. Produksi sebenarnya merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit waktu. Hubungan antara kuantitas produksi dengan input yang digunakan dalam proses produksi diformulasikan sebagai fungsi produksi. Menurut Beattie dan Taylor 1994 Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material serta kekuatan faktor produksi, sumber daya dalam menghasilkan suatu barang atau jasa output atau produksi. Hubungan antara input dan output diformulasikan dalam suatu fungsi produksi sebagai berikut : Q = f K, L, M 2.1 Dimana: Q adalah jumlah output dari suatu barang yang dihasilkan selama periode tertentu, K adalah jumlah modal yang digunakan. L adalah tenaga kerja yang digunakan, dan M adalah variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi produksi Jika dalam proses produksi hanya terdapat dua kombinasi faktor input produksi yaitu modal dan tenaga kerja, maka bentuk model hubungan antara output dengan inputnya adalah Q = f K, L. Jumlah maksimum suatu barang yang dapat diproduksi Q dengan menggunakan kombinasi alternatif antara modal K dengan tenaga kerja L. Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil konstan constant returns to scale. Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika peningkatan dalam persentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama. Jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka kita dapatkan output 10 persen lebih banyak ketika kita meningkatkan modal dan tenaga kerja sampai 10 persen. Secara matematis, fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika: , zL zK F zY = 2.2 Untuk setiap angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga dikalikan dengan z. Pada bagian berikutnya kita lihat bahwa asumsi skala hasil konstan memiliki implikasi penting pada distribusi pendapatan dari produksi Mankiw, 2003:43.. Konsep fisik lain dari suatu produksi adalah Average Product AP atau produksi rata-rata yaitu perbandingan antara jumlah produk output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dengan jumlah faktor produksi input yang digunakan. L Q AP L = dimana input K dianggap konstan 2.3 K Q AP K = dimana input L dianggap konstan 2.4 Di samping itu dikenal juga konsep Marginal product MP atau produksi marjinal yaitu tambahan produksi akibat penambahan satu unit input. Fungsi ini juga merupakan slope dari produksi total. Produksi marjinal bisa diperoleh dengan melakukan derivasi parsial : L Q MP L ∂ ∂ = produksi marginal dari tenaga kerja 2.5 K Q MP K ∂ ∂ = produksi marginal dari modal 2.6

2.1.3 Faktor Produksi dan Pendapatan

2.1.3.1 Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efesien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik dan hal ini jelas memungkinkan akan tejadinya peningkatan output dimasa mendatang Todaro, 1998. Menurut Mubyarto 1994 Modal adalah barang atau uang yang secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru yaitu output. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya ketrampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi. T.W.Schultz dalam Mubyarto, 1994 mengusulkan dengan tegas perbedaan antara modal manusiawi dan modal fisik. Berhubungan dengan modal manusiawi adalah hubungan antara modal dan teknologi, disini ditekankan bahwa teknologi tidak lain adalah cara-cara atau metode yang dapat menurunkan biaya produksi dan menaikan hasil produksi. Bagi tenaga kerja pengetahuan menganai cara – cara atau metode – metode baru dapat dibedakan pengetahuan dalam bersifat teknis dan pengetahuan bersifat organisatoris atau manajerial.

2.1.3.2 Tenaga Kerja

Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan dibidang bisnisperusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian terampil. Biasanya perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan Sukartawi 2002. Di Negara-negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan tingginya produktivitas tenaga kerja, semua usaha diarahkan untuk meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling terbatas jumlahnya, dalam keadaan ini mesin-mesin penghemat tenaga kerja labor saving ditemukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas output yang dihasilkan Mubyarto 1994 Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya Nopirin, 1996. Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marginal nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga kerja lebih tinggi dari pada cost yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja.

2.2 Penelitian Terdahulu

Yusri 2005 berkesimpulan bahwa rata-rata hasil produksi petani untuk lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,56 Ha. Sedangkan hasil produksi untuk petani lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,35 Ha, produksi rata-rata sebesar 4,67 tonHa. Dari hasil estimasi diperoleh nilai t-hitung untuk variable luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik, pupuk unorganik, pestisida adalah: 6,247; 1,073; 3,358; 1,410; 3,325; dan 0,512. Sedangkan nilai t-tabel untuk n=90 pada tingkat kepercayaan 95 =0,05 adalah 1,990 maka dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan, benih, pupuk unorganik berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani padi sawah pada tingkat keyakinan 95. Yusniar 2006 dilihat dari kepekaan penggunaan faktor produksi terhadap kegiatan produksi pupuk, PT. Pupuk Iskandar Muda modal , dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi. Hasil analisis data dengan uji serempak menunjukan bahwa faktor produksi modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap output. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung = 17.992 F tabe l yaitu 2.08 dan demikian juga dengan melihat nilai sig = 0.000 = 0.05. Untuk uji parsial modal dan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan, hal ini dibuktikan oleh t hitung = 4.660 t tabel = 2.021 dan nilai sig sebesar 0.000 = 0.05, dan untuk tenaga kerja t hitung = 2.123 ≥ t tabel = 2.021 dan nilai sig = 0.039 = 0.05. Dari penggabungan koefesiensi regresi 1 + 2 diperoleh nilai sebesar 0.618 yang berarti bahwa keadaan produksi PT. Pupuk Iskandar Muda berada pada decreasing return to scale atau proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi lebih kecil, hal ini ditunjukan oleh 1 + 2 1. Penambahan input sebesar 1 akan menambah produksi 0.618. Artinya produksi pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda belum berproduksi secara optimal. Karsyno 2000 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bagi petani gurem bagian hasil misalnya untuk padi yang dikeluarkan untuk pembelian sarana produksi; bibit, pupuk, pestisida dan pengeluaran lainnya adalah sekitar 15 persen dari hasil. Untuk pembayaran tenaga kerja di luar keluarga sekitar 10 persen, sehingga petani gurem akan memperoleh surplus sekitar 75 persen dari hasil padinya, apabila berperan sebagai petani penggarap. Apabila petani menyerahkan penguasaan lahannya kepada pihak lain, maka dia akan menerima hanyalah nilai sewa tanah sekitar 35 persen dari nilai produksi, ditambah dari pendapatan sebagai buruh. Malian dan Siregar 2000 menemukan bahwa pendapatan rumah tangga yang diperoleh petani sayuran berkisar antara Rp. 13,4 – Rp. 14,8 juta per tahun, atau setara dengan Rp. 1,1 – Rp. 1,2 juta per bulan. Dari jumlah pendapatan rumah tangga tersebut, penerimaan yang diperoleh dari kegiatan on-farm berkisar antara Rp. 12,2 – Rp. 13,9 juta per tahun. tingkat pendapatan yang diterima petani sayuran ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani anggrek yang berpendapatan Rp. 10,1 – Rp. 12,4 juta per tahun dimana penerimaan yang bersumber dari on-farm antara Rp. 8,3 – 10,3 juta per tahun. Sedangkan pendapatan petani tanaman hias berkisar antara Rp. 8,4 – 12,1 juta per tahun. Sudaryanto dan Rusastra 2000 dalam penelitiannya tentang kebijakan dan pengembangan pertanian menyarankan kepada pemerintah daerah perlu mengupayakan pembangunan pertanian sebagai poros pembangunan yang didukung oleh kebijaksanaan yang kondusif sehingga dapat memberikan sumbangan nyata terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. beberapa program pembangunan yang perlu mendapatkan penekanan dan pertimbangan diantaranya adalah transformasi struktur ekonomi berbasis pertanian, peningkatan ketahanan pangan berkelanjutan, pengembangan agribisnis dan ekonomi kerakyatan dan pengembangan agropolitan yang sejalan dengan semangat otonomi daerah. Susilowati, dkk 2002 hasil penelitiannya menyebutkan secara umum sumber pendapatan rumah tangga masih tergantung pada sektor pertanian, yaitu sebanyak 51 persen yang terdiri dari 29,5 persen di bidang usahataninelayan dan 21,5 persen sebagai buruh taniburuh nelayan. Di sektor non-pertanian, sumber pendapatan rumah tangga yang sifatnya usaha sebanyak 20,6 persen yang terbanyak berupa usaha dagang yaitu 14,1 persen. Sedangkan yang bersumber pendapatan utama dari butuh non-pertanian sebanyak 21,5 persen, terutama yang dominan adalah buruh usaha jasa.

2.3 Kerangka Konseptual