Hasil dan Analisis Pengujian Padatan

65:25:10, 70:20:10, 75:15:10 dan Aspal Murni 100 gr terlihat jelas bahwa viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Pada uji viskositas ini terlihat jelas bahwa pengujian pada suhu rendah hasil viskositasnya cenderung lebih tinggi dibandingkan pada suhu tinggi ini disebabkan pemanasan pada suhu diatas 100 o C menyebabkan emulsi rusak dan kadar air akan menguap sehingga viskositas aspal emulsi lebih rendah. Hal ini dikarenakan aspal adalah material yang termoplastik, berati akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap jenis aspal berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu. Pengetahuan tentang kepekaan aspal terhadap temperatur adalah suatu hal yangpenting dalam pembuatan campuran dan perkerasan beraspal. Pengetahuan iniberguna untuk mengetahui pada temperatur berapa aspal dan agregat dapat dicampurdan dipadatkan. Menurut SNI 03-6441-2000 untuk persyaratan nilai viskositas aspal menggunakan viskositas Brokfild adalah 1000 cP – 20000 cP. Ini bebarti semua variasi campuran aspal emulsi yang sudah diujikan memnuhi standar untuk uji viskositas Brokfield menurut Standar nasional Indonesia.

4.2 Hasil dan Analisis Pengujian Padatan

Penentuan Padatan ini mengacu pada AOAC 1995 didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Sampel aspal emulsi ditimbang kedalam beaker glass yang terlebih dahulu diketahui berat kosongnya kemudian di panaskan pada 105 o C sampai airnya benar-benar hilang lalu didingankan dalam desikatordan ditimbang, dan padatan merupakan kelanjutan dari penentuan kadar air. Berikut ini contoh perhitungan kadar air dan padatan dari aspal emulsi dengan variasi perbandingan bb dalam 100 gram : 55:35:10; 60:30:10; 65:25:10; 70:20:10; 75:15:10 dengan menggunkan emulsifier Polivinil Alkohol . Universitas Sumatera Utara Kadar air = 100 x a b c b − − Kadar air = 100 926 . 127 96 . 227 93 . 192 96 . 227 x − − Kadar air = 35.03 Jumlah Padatan = 100 – Kadar Air = 100 – 35.03 = 64.97 Tabel 4.3 Penentuan Padatan Variasi perbandingan Aspal : Air : Surfaktan Variasi Perbandingan a b c Kadar Air Padatan gr gr gr gr Aspal : Air : PVA 55:35:10 60:30:10 65:25:10 70:20:10 75:15:10 127.96 108.02 105.92 122.61 107.26 227.96 208.02 205.92 222.61 207.26 192.93 177.92 180.51 202.1 192.14 35.03 30.10 25.41 20.51 15.12 64.97 69.90 74.59 79.49 84.88 Gambar 4.6 Grafik padatan Variasi perbandingan Aspal : Air : Surfaktan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 55:35:10 60:30:10 65:25:10 70:20:10 75:15:10 P ad at an Variasi Perbandingan 55:35:10 60:30:10 65:25:10 70:20:10 75:15:10 Universitas Sumatera Utara Penentuan padatan ini merupakan kelanjutan dari penentuan kadar air dimana kadar air diuji dengan cara memanaskan sampel aspal emulsi untuk menghilangkan kadar airnya sehingga dapat dihitung berapa kadar air yang hilang setelah itu jumlah padatan dapat dihitung dengan cara mengurangkannya dengan kadar air yang diperoleh. Pada table 4.3 memperlihatkan jumlah padatan dari variasi perbandingan diperoleh nilai padatan tertinggi pada variasi 75:15:10yaitu 84.88 karena memiliki kadar air terendah, sedangkan padatan terendah yaitu pada variasi 55:35:10 karena memiliki kadar air tertinggi, dimana dalam hal ini padatan dengan kadar air berbanding terbalik . Dari variasi perbandingan yang berbeda diperoleh hasil padatan tidak melebihi 5 pada setiap Variasi perbandingan ini terlihat jelas dalam grafik 4.6 . Hal ini disebabkan bahwa Molekul-molekul aspal memiliki ikatan dan berikatan secara kimia satu dengan yang lainnya. Ikatan ini sangat lemah dan sangat dipengaruhi oleh panas. Ikatan ini akan putus pada saat aspal dipanaskan sehingga aspal akan mencair. Ikatan ini akan segera terbentuk kembali dengan struktur yang berbeda apabila aspal tersebut telah dingin. Putus dan terbentuknya kembali ikatan kimia inilah yang memberikan sifat viskoelastis pada aspal.Karena struktur molekulnya yang kompleks dan susunan kimianya yangselalu berubah menyebabkan sulitnya memprediksi kinerja dan sifat-sifat fisik aspalberdasarkan analisa kimianya seperti dalam penentuan jumlah padatan aspal dan uji lainnya.

4.3 Hasil dan Analisis Dengan Spektroskopi FT- IR