kehidupannya. Pemahaman bahwa keberhasilan dan kesuksesan anak dapat diraih dan ditentukan oleh aspek pendidikan, membuat keinginan orangtua semakin kuat
untuk menyekolahkan anak. Anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi bukan berarti
mereka tidak punya potensi. Mereka mempunyai potensi besar untuk tumbuh dan menjadi manusia yang baik. Namun hal ini tergantung lingkungan yang
mempengaruhinya. Tentunya akan disesuaikan dengan bakat dan minat yang dibawanya sejak lahir.
Adalah kewajiban orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, karena orangtua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orangtualah anak-anak pertama kali menerima pendidikan.
6
Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orangtua dalam pendidikan anak-anaknya. Apalagi kalau kita melihat bahwa
tujuan pendidikan dalam islam ialah terbentuknya insan kamil dengan pola takwa. Dalam menerapkan suatu konsep pendidikan anak yang digunakan maka
bagi setiap orang tua perlu kiranya untuk memperhatikan perkembangan psikis anak. Sehingga dalam menetapkan materi, metode dan tujuan pedidikan sesuai
dengan kondisi kejiwaan anak. Dengan kata lain, dalam melaksanakan pendidikan anak dalam keluarga, perlu memilih metode yang baik dan bijakga serta materi
yang sesuai ajaran Islam. Sebagai umat Islam, yang menganggap pelaksanaan pendidikan sebagai
upaya menginformasikan, menstranformasikan dan menginternalisasikan nilai- nilai mestinya tidak terlepas dari nilai-nilai yang ada di al-Qur’an dan al-Hadis
tidak terkecuali nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan anak. Kalau kita tilik dalam tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 36.
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tnggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
7
Alasan kesibukan, keterbatasan waktu, dan kemampuan orang tua terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga
pendidikan, yang
ditambah dengan
kurangnya pengetahuan
tentang perkembangan anak dan sumber belajar yang tidak memadai. Adanya tuntutan
lembaga pendidikan setingkat di atasnya, juga mendorong orangtua untuk menyekolahkan anak. Begitu tinggi harpan orangtua. Lembaga pendidikan
terkadang tidak lagi mempertimbangkan factor-faktor kejiwaan anak didik. Akibatnya, anak dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang
terkadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Ironisnya, hal ini biasanya terjadi tanpa disadari oleh orangtua dan penyelenggara pendidikan. Sikap kurang
proporsional dalam medidik anak seakan melahirkan kesan bahwa pendidikan telah melakukan “penindasan” terhadap anak.
Aspek lain menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi di era globalisasi dewasa ini hampir menjadikan dunia
tidak ada batas antar wilayah dan Negara. Hal ini berdampak masuknya budaya dan informasi dari Negara lain ke dalam budaya lokal dengan sangat mudah,
bahkan tidak dapat dihindarkan, baik melalui televise, internet, maupun media lainnya. Hal ini disadari atau tidak berpengaruh terhadap moralitas anak yang
tentu saja dilanda krisis. Krisis moralitas itu dengan mudah dapat diketahui melalui layanan
informasi, pemberitaan, dan surat kabar. Indikasi krisis moral terlihat dari dua aspek. Pertama, krisis moral yang dilakukan oleh anak sehingga memposisikan
anak sebagai subjek kejahatan. Kedua, krisis moral terhadap anak yang dilakukan orang dewasa, sehingga menjadikan anak sebagai objek tindak kejahatan.
Realitas-realita inilah yang mendorong penulis untuk mencermati lebih dalam tentang objek penelitian pada aspek epistemology pendidikan anak, dan
menjadikan al-Qur’an sebagai fokus kajian. Kenapa harus tema pendidikan anak?.
7
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya Semarang: Aneka Ilmu, 1992, h. 9.
Karena diyakini sepenuhnya bahwa keberhasilan pendidikan anak merupakan dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Tidak ada yang lebih mempercepat suatu
kemajuan bangsa tanpa diimbangi kesuksesan dalam menciptakan generasi penerus bangsa itu sendiri, yang dilakukan melalui jalur pendiikan. Dengan kata
lain tidak ada hambatan yang lebih besar dalam membangun bangsa melebihi kegagalan dalam pendidikan anak.
Berangkat dari pemaparan tersebut di atas, peneliti akan mencari epistemologi pendidikan anak yang dinarasikan oleh al-Qur’an dalam bentuk
kisah-kisah teladan para Nabi dan orang shalih yang dipandang penting untuk diperhatikan. Dari alasan-alasan tersebut peneliti memilih suatu tema pendidikan
anak yang ada dalam ayat al-Qur’an dengan sebuah penelitian berjudul : “Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur’an Kajian Tafsir Muqoran Q.S
Luqman Ayat 12-15”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan
penelitian ini yaitu:
1. Terjemahan dan masih banyak Mufasir yang belum menyinggung tentang konsep pendidikan anak usia ini yang terkandung secara
tersirat maupun tersurat dalam Qs. Luqman Ayat 12-15 2. Aplikasi surat Luqman ayat 12-15 dalam pendidikan anak usia dini
3. Proses sosialisasi yang pertama yang dilakukan orang tua terhadap anak sudah mulai bergeser.
4. Krisis moralitas dengan mudah dapat diketahui melalui layanan informasi, pemberitaan, dan surat kabar sehingga anak mudah
terpengaruhi oleh budaya luar yang tidak baik 5. Banyaknya kegiatan dan pekerjaan menyebabkan orangtua kurang bisa
memberikan perhatian secara maksimal kepada anaknya sehingga pendidikan dan akhlaknya tidak dikontrol secara baik dan benar
6. Keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini mendorong orang tua mempercayakan putra-putrinya untuk dititipkan dilembaga pendidikan
anak. 7. Krisis moral dikarena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi yang dipengaruhi oleh pemberitaan media, internet.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dibahas dibatasi pada :.
1. Terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-15
2. Konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-15
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas, maka
dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman
ayat 12-15 ?
2. Bagaimana konsep pendidikan anak usia dini dalam Q.S Luqman ayat 12- 15 ?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan-tujuan yang ingin
dicapai diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman ayat 12-15
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan anak usia dini secara baik dan benar dengan merujuk pada Al-Qur’an dan pendapat pakar ulama
F. Manfaat Penelitian
Dalam peneltian konsep pendidikan anak usia dini dalam surat Luqman
ayat 12-15 ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya:
1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan, wawasan, serta bahan dalam konsep
pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Qs Luqman ayat 12- 15
2. Manfaat Praktis Di antara manfaat-manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademik Dapat memotivasi bagi pengembangan keilmuan di bidang tafsir,
membuka kemungkinan penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali hasil pengkajian ini. Dan secara tersurat memberikan
petunjuk bagaimana mengajarkan pendidikan pada seorang anak yang sesuai konsep Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-15.
b. Bagi Masyarakat Mengetahui
dan dapat
diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat bagaimana pendidikan yang harus dilakuka
orangtua terhadap anaknya khususnya pada anak usia dini c. Bagi Orang tua dan Anak
1 Bagi Orang Tua Untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak usia
dini sehingga anak mendapatkan pendidikan yang layak dan benar
2 Bagi Anak Untuk mengetahui betapa penting dan wajib untuk merasakan
pendidikan sejak dini kala
10
BAB II KAJIAN DESKRITIF KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Isitilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” hal, cara dan sebagainya. Isitilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “Paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
9
Definisi pendidikan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bab I ayat I
dikemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
10
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, h.13.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994,
Edisi Kedua, h.232.
10
Lif Khoiro Ahmadi, Hendro, Sofan, Pembelajaran Akselerasi, Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 1998, Cet. Ke.1 h.204.
Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitas
kegiatan belajar mereka.
11
Sedangkan arti pendidikan dalam islam kita kenal dengan istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Kata tarbiyah menurut Abdurrahman al-Nahlawi berasal dari
tiga kata yaitu: raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya- yarba yang berarti besar, dan yang ketiga rabba-yurabbu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.
12
Sedangkan kata ta’lim berasal dari kata ‘allama-yu’allimu-ta;liman yang berarti mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang agar memiliki pengetahuan
tentang sesuatu. Seseorang mengajarkan tentang ilmu pengetahuan kepada orang lain agar orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan. Konteks ta’lim ini lebih
mengacu kepada aspek kognitif.
13
Istilah ta’dib menurut al-Attas merupakan istilah yang paling tepat dalam menunjukan pendidikan Islam, al-Attas mengacu kepada hadist Nabi saw. Ta’dib
diartikan olehnya sebagai pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur yang ditanamkan ke diri manusia atau pesert didik tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembingbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang lebih tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.
14
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Di dalam buku filsafat karangan Zuhairini yang mengutip dari buku “Modern Philosophies of Education”, John S. Brubacher mengemukakan bahwa:
11
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h.13.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007 , Cet. VII, h.29.
13
A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press, 2008, Cet.I, h.8.
14
Al-Rasyid Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005,h.30.