Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam aL-Quran (Kajian Tafsir Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11)

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN

ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN

(Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Ujang Wahyudin 107011001128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Iman dan Ilmu Pengetahuan Dalam Quran (Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/58:11, untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung kandungan dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11, juga untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11 untuk kehidupan sehari-hari.

Skripsi ini dilakukan melalui pendekatan library research dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode content analisis (analisis isi) dengan cara menafsirkan Q.S aL-Mujadalah/58:11 dengan memaparkan berbagai nilai-nilai pendidikan integrasi iman, dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam ayat tersebut serta menjelaskan makna yang terdapat di dalamnya dan menjelaskan isi kandungannya.

Penelitian ini menyimpulkan sesuai Q.S aL-Mujadalah/ 58:11, ada nilai pendidikan yang musti dimiliki oleh seseorang agar dapat mencapai tujuan tersebut, yaitu:

a. Nilai Keharmonisan (toleransi). b. Tuntunan Akhlak.

c. keImanan.

d. keIlmuan (ilmu pengetahuan)

Nilai-nilai tersebut diatas sangat penting untuk dijadikan sebagai faktor utama dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Dalam surat aL-Mujadalah ayat 11 menunjukan adanya integrasi atau hubungan yang erat antara nilai-nilai pendidikan iman dan ilmu pengetahuan, dengan pengangkatan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT dan juga di sisi manusia (masyarakat). Seorang yang mendapatkan derajat dan kedudukan yang di sisi Allah SWT yaitu orang yang beriman dan berilmu pengetahuan disertai dengan bertakwa serta beramal saleh. Dan bahwa orang mukmin dibagi beberapa golongan diantaranya yaitu:

a. Orang yang beriman dan beramal saleh saja. b. Orang yang berilmu dan beramal saleh saja.

c. Orang yang beriman dan berilmu (pengetahuan) serta beramal saleh.

Adapun orang yang diangkat derajatnya di sisi Allah SWT adalah golongan yang golongan ketiga.

Penerapan pendidikan Integrasi antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah akan dapat membangun dan melahirkan kualitas perilaku manusia yang unggul

(insan kamil) yaitu, manusia yang memiliki ideologi, pengetahuan, idealisme, menghargai dan mentaati hukum, menghargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan (pluralisme), memiliki etos kerja memiliki cita-cita dan perjuangan, serta siap membangun dan mewujudkan tatanan dunia yang rahmatan lil 'alamin.


(7)

ii

Maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana dalam pengintegrasian ini dimana tujuan pendidikan Islam itu sendiri yang mengarah kepada terwujudnya insan kamil. Di mana manusia yang beriman dan berilmu serta beramal saleh akan diangkat kedudukannya di sisi Allah SWT dan mendapat tempat yang baik di sisi manusia (masyarakat).

Pendidikan Islam diharapkan mampu menciptakan manusia yang menjadi pengendali kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sekaligus menjadi daya tangkal terhadap dampak-dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi itu sendiri. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan pendidikan qalbiyah (afektif) yang selalu seiring dan berinteraksi dengan pendidikan aqliyah (kognitif), serta perlu diimbangi dengan nilai-nilai amaliyah (Psikomotorik), sehingga dapat menimbulkan perilaku manusia yang religius, memiliki integritas dan kecerdasan.


(8)

iii

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, Zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil„aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11)”

Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Nurlena Rifai, MA, Ph. D, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.


(9)

iv

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, M. Ag, ketua Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Dr. H. Anshori, LAL, Lc., MA, dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pembimbing Skripsi yang memberikan dukungan dan semangat serta arahan dalam penulisan skripsi ini kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda ( Nonoh) dan Ayahanda (UUD Suryadi

”Alm”) tercinta, kakak-kakakku yang tercinta, beserta seluruh keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.

7. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2007 khususnya seluruh anggota kelas E yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan; Saepul Bahri (Aep), Abdul Azis (Aconk), Ahmad Fauzi, Nur Aliyah, Asip, Dadan, Ridwanullah, Azis Hasan, Dede Badrutamam (Wisma), Lutfi Kamil Maulana (Igo), Agus Salim, Ahmad Syauqi, Abdul Haris, Revi Rohatta (Hatem), Ardi Barikli, Muhammad Rahman, Muhammad Bahrul dan banyak lagi kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan, terimakasih selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

v

Akhirnya, hanya Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan pembaca umunya. Apabila ada yang benar dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan apabila didalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu kekhilafan diri penulis sebagai seorang hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai dengan apa yang penulis harapkan dan cita-citakan. Amin.

Jakarta, Juli 2014

Ujang Wahyudin NIM: 107011001128


(11)

vi

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ABSTRAK. ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB: I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 6

F. Kajian Pustaka Yang Relevan. ... 7

BAB: II KAJIAN TEORI A. Integrasi ... 9

1. Pengertian Integrasi. ... 9

2. Teori-Teori Integrasi. ... 10

B. Iman... 11

1. Pengertian Iman. ... 11

2. Unsur-Unsur Iman. ... 12

C. Ilmu Pengetahuan. ... 15

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan. ... 15

2. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam. ... 16

a. Menurut aL-Ghazali. ... 16

b. Menurut Ibnu Khaldun. ... 16


(12)

vii

BAB: III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian ... 21

B. Metode Pengumpulan Data ... 21

C. Metode Analisis Data ... 22

D. Prosedur Penelitian... 23

BAB: IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 25

1. Pemaparan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 25

2. Munasabat Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 25

3. Teks dan Terjemahan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 26

4. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung Dalam Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 27

5. Asbabun Nuzul Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11. ... 27

6. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11 Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir). ... 28

B. Interpretasi Data. ... 35

1. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. ... 35

2. Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. ... 36

3. Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11. .... 37

BAB: V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap segala aspek kehidupan manusia dan cenderung mempercayakan nasib dunia dan umat manusia pada keampuhan ilmu pengetahuan dan penerapan-penerapannya yang disebut teknologi.

“Ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membawa kejayaan dan kebahagiaan bagi umat manusia bila manusia hanya dipimpin oleh inteleknya saja dengan menyingkirkan segala nilai-nilai keagamaan”.1

“Betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, sebab ilmu adalah makanan jiwa dan akal, dengan ilmu bertambahlah pengertian dan kemampuannya untuk menanggapi dan mengetahui sesuatu”.2

Salah satu cara yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber pokok Islam banyak sekali membicarakan keutamaan-keutamaan ilmu

1

Gunardi Prawirosudirjo, Integrasi Ilmu dan Iman, (Jakarta: Bulan Bintang. 1975), h. 1

2

Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan, Terj. Ibrahlm Hasan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h, 107


(14)

pengetahuan. Di dalam al-Qur'an, “kata al-ilm dalam kata jadinya digunakan lebih dari 780 kali”.3

Allah SWT, juga telah menurunkan wahyu yang pertama yaitu Q.S

aL-‘Alaq 1-5:

















5 : 96 /

1

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang menjadikan manusia dari segumpal darah, bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia, yang mengajarkan manusia dengan kalam (pena), mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya”. (QS. aI- Alaq/ 96: 1-5)4

Ayat ini memberikan pengertian bahwa Islam sangat mengutamakan ilmu pengetahuan, terbukti dengan adanya wahyu yang pertama diturunkan adalah berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT menyuruh manusia untuk belajar, mencari ilmu, menggali ilmu dan berpikir. Iqra' yang berarti bacalah adalah sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi umat Islam karena pendidikan merupakan masalah hidup yang mewarnai kehidupan manusia dan agama Islam mengharuskan untuk mencarinya yang tidak terbatas pada usia, tempat, jarak, waktu dan keadaan.

Manusia itu diberi kemuliaan dengan akal yang dapat digunakan untuk berpikir, mencari tahu, sebagaimana Allah SWT telah mengajarkan pada Adam nama-nama benda sehingga malaikat pun mengakui tentang kemuliaan dan kepintaran Adam, sebagai manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah SWT.

3

Mahdi Ghuslyani, Filsafat Sains Dalam AI-Qur'an, Terj. (Bandung: Mizan, 1988), h. 3

4


(15)

3

Menurut pandangan Islam kewajiban menuntut ilmu tidak kalah pentingnya dengan berjihad, dalam arti pendidikan dan pengajaran serta keimanan harus seimbang. Karena seorang mukmin yang sempurna adalah mampu mengamalkan ilmunya dengan dasar takwa kepada Allah SWT.

Apalagi pada zaman sekarang pengetahuan dan teknologi memang membawa kemudahan bagi manusia dan perkembangannya yang semakin pesat dan canggih. Serta manusia yang selalu berusaha mengembangkan ilmu dan teknologi itu yang telah membawa kejayaan bagi kehidupannya. Namun ketika manusia begitu berlimpah dengan kemajuan-kemajuan inteleknya tanpa ada pegangan tentang agama, ke-Tuhanan, maka tentu saja hal itu amat berbahaya. Seperti bahayanya alat-alat canggih buatan manusia yang berintelek yaitu atom, nuklir, mesin-mesin yang mengakibatkan pencemaran atau bahkan perang antara manusia itu sendiri. “Ajaran Islam tidak mengenal pertentangan ilmu dan iman, hal itu sama sekali tidak terdapat dalam kamus Islam tersirat maupun tersurat”.5

Islam bahkan menganjurkan untuk maju menjadi manusia yang intelek, sehingga dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kadang manusia jika terlalu sibuk dengan sains dan teknologi mereka terlena, dan yang lebih parah, manusia lebih mempercayakan dirinya pada sains serta penerapan-penerapannya. Mereka memperoleh kemudahan-kemudahan dan kemajuan sains itu, maka dalam masyarakat yang demikian, timbullah suatu mitos bahwa sains dapat memecahkan segala persoalan kehidupan manusia.

Manusia yang memuja sains menganggap sains atau ilmu dapat membuat surga di dunia ini. Seperti misalnya, dimana kekurangan tanah pertanian dapat diatasi dengan merubah gurun-gurun pasir atau jazirah yang

5

Yusuf Al Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu, Persfektif Sunnah, Terj. Kamaluddin A. Marzuki, ( Bandung: Rosda Karya, 1989), h. 9.


(16)

sebagian besar dalam setahunnya tertutup oleh salju menjadi daerah-daerah pertanian yang subur, iklim dapat dibuat, hujan dapat dibuat, kekurangan air minum dapat diatasi dengan penyulingan air laut atau pemurnian kembali air kotor.

Sepintas kemajuan sains dan teknologi memang membawa kejayaan dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia, tetapi mereka lupa pada mistik, ke-Tuhanan, keagamaan dan nilai-nilai kehidupan lain ditinggalkan, menilai kehidupan manusia dari sudut kelimpahan materi saja akan menyesatkan manusia, manusia yang hidup dalam alam kebendaan yang berlimpah-limpah tetapi hanya tunduk pada pimpinan inteleknya saja, sesungguhnya secara kualitatif hidupnya miskin. “Oleh karena itu kemajuan-kemajuan masyarakat yang didasarkan hanya atas kemajuan sains, sesungguhnya adalah kemajuan kualitatif saja”.6

Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin tidak pernah menyuruh umatnya untuk terlena dalam hal-hal di atas, tetapi menyuruh manusia untuk menjadi makhluk Tuhan yang beriman dan bertakwa dan wajib menyeimbangkan daya rohani maupun jasmani, mengintegrasikan kehidupan lahir dengan kehidupan batinnya, mengintegrasikan ilmu dan imannya.

Namun Islam telah mengajarkan kepada umatnya bahwa manusia harus terus mengembangkan kemampuannya, menggunakan akalnya untuk berpikir, dan juga untuk mengelola alam ini. Maka tidak ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbahaya jika manusia yang menguasainya itu beriman dan berpegang pada tali agama Islam.

Sudah saatnya umat Islam sekarang ini harus berjuang menggunakan akal dan ilmunya demi tegaknya agama serta mengembangkan teknologi sehingga tidak kalah dengan orang-orang Nasrani dan orang-orang Barat.

6


(17)

5

B.Identifikasi Masalah

Dari judul skripsi di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penafsiran para ulama tentang Q.S al-Mujadalah/ 58:11. 2. Asbabun nuzul Q.S al-Mujadalah/ 58:11.

3. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11. 4. Nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang

terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.

5. Penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11

6. Kendala penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.

C.Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut di atas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11. 2. Nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang

terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.

3. Penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?


(18)

2. Apa saja nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?

3. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S al-Mujadalah/ 58:11?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.

b. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan iman dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11. c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Integrasi Iman dan Ilmu

pengetahuan yang terkandung dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11. 2. Kegunaan Penelitian :

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58: 11.

b. Bagi penulis agar menambah wawasan tentang pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan, sebagai modal dasar dalam menghadapi perkembangan zaman modern sekarang ini.

c. Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan acuan dalam mengintegrasikan iman dan ilmu pengetahuan.

d. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.


(19)

7

F. Kajian Pustaka Yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buah karya yang berisi dan berkaitan dengan pembahasan pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu:

1. Dalam suatu skripsi saudara Siti Masádah dengan nomor induk 3198135 menulis tentang "konsepsi al Quran Surat aL-Ghasiyah ayat 17-20 kaitannya dengan Urgensi Ilmu pengetahuan Alam bagi Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ilmu pengetahuan alam sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, untuk membentuk insan kamil yang selain taat beribadah kepada Allah SWT, juga mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi. Karena mempelajari ilmu pengetahuan alam mempunyai manfaat yaitu: dengan akal sehatnya manusia akan berfikir bahwa semua yang diamati pasti ada yang mencipta, juga manusia diharapkan dapat mengkaji, memilih, dan mengekspresikan yang ada di sekitarnya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup dan keyakinan pada Allah SWT.7

2. Dalam bentuk skripsi, saudara Fatihatun Ni'mah Hasan membahas "Nilai-Nilai Keimanan Dalam Surat aL-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ada hubungan nilai-nilai keimanan dengan pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana untuk membentuk nilai-nilai keimanan melalui aktualisasi serta fungsi dari nilai-nilai Islam tersebut ketika ada perubahan masyarakat modern dengan kekuatan Ilmu pengetahuan dan teknologi.8

7

Siti Mas'adah, Konsepsi Al-Quran Surat al-Ghosiyah 17-20 Kaitannya Dengan Urgensi Ilmu Pengetahuan Alam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS Semarang).

8 Fatihun Ni’mah Hasan,

Nilai-Nilai keimanan Dalam Surat al-Mukminun 1-5 dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS Semarang)


(20)

Dari dua skripsi di atas, dapat ditarik persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan khususnya pendidikan Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti pertama lebih fokus terhadap perlunya ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, sedangkan peneliti kedua lebih fokus terhadap hubungan nilai-nilai keimanan dengan pendidikan. Adapun penulis sendiri lebih fokus terhadap perlunya pendidikan integrasi iman dan ilmu pengetahuan.


(21)

9

BAB II KAJIAN TEORI A. Integrasi

1. Pengertian Integrasi

Kata integrasi berasal dari bahasa latin “integer”, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Misalkan yang dimaksud dengan integrasi bangsa “adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional. Arti lainnya dari integer adalah tidak bercampur murni”.1

Sedangkan dalam bahasa inggris Integrasi adalah

”integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial misalnya, dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah “suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing”.2

1

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.

2


(22)

Adapun menurut Depdikbud dalam KBBI, “Integrasi merupakan pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat”.3 Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminta “Integrasi yaitu penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan yang utuh”.4

Dari berbagai pendapat yang terurai diatas, bahwasanya integrasi sains dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi kesadaran ke-Tuhanan. Kesadaran tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu ke-Islaman. “Oleh sebab itu, ilmu -ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah pondasi bagi pengembangan sains dan teknologi”.5

2. Teori Integrasi

Salah satu istilah yang populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata “Islamisasi”. Menurut Echols dan Hasan Sadily, “kata Islamisasi berasal dari bahasa Inggris

“Islamization” yang berarti peng-islaman. Dalam Kamus Webster,

Islamisasi bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses peng-islaman, di mana objeknya adalah orang atau

manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.”6

Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi:

Menghendaki adanya hubungan timbal balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk mengetahui nilai-nilai kewahyuan, umat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya, saat ini ilmu pengetahuanlah yang

3

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Beirut, 2000), h. 383.

4

Wjs. Poerwadarminta, Op.,Cit.), h. 384.

5

Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan, (Malang : UIN Maliki Press, 2006), h. 15

6

H. Abuddin Nata, dkk. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet 1, h. 171


(23)

11

amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat manusia.7

Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan, “yang harus

mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmu (thalib al-ilm)-nya, bukan ilmu itu sendiri. Begitu pula yang harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan secara metafisik dan aksiologis adalah manusia selaku pencari ilmu, bukan ilmu

pengetahuan.”8

Maraknya kajian dan pemikiran integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan) dewasa ini yang senter didengungkan oleh kalangan intelektuan muslim, antara lain Nauqib aL-Attas, Ismail Raji’ aL-Faruqi, mereka tidak lepas dari kesadaran berislam di tengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu teknologi. Mereka misalnya

berpendapat “bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu, atau sebaliknya, mampu memahami wahyu untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan”.9

B. Iman

1. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa “berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan hati”.10 Abul ‘Ala al-Maududi menterje

mahkan iman dalam bahasa inggris yaitu, “to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya: mengetahui, mempercayai, meyakini yang di dalamnya tidak terdapat keraguan apapun”.11

Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu‟minu

7

Ibid, h. 172

8

Ibid, h. 171

9

Ibid, h. 176

10

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18.

11

Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, (Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985), h. 18.


(24)

imanan. “Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang benar atau nyata adanya”.12

Sedangkan menurut hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin Umar bahwa Iman itu adalah:

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma‟il Ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan aL-Taimiy dari Abi Zur‟ah telah menyampaikan kepada kami dari Abi Hurairah berkata, Nabi SAW suatu hari ketika orang-orang berkumpul, maka datang seorang laki-laki dan berkata: apakah iman itu?, Nabi menjawab Iman adalah percaya kepada Allah, kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, ketentuan-ketentuan Allah SWT dan percaya kepada Hari kiamat (Berbangkit dari kubur).... (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud, aT-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal)

2. Unsur-unsur Iman

Unsur-unsur Iman juga disebut sebagai rukun Iman dan rukun Iman itu ada enam yaitu:

a. Iman Kepada Allah SWT

Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib aL-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. “Dia Maha Mengetahui dan Maha kuasaterhadap segala sesuatu, berbuat apa yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun yang

12


(25)

13

sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui”.13

Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya Allah SWT beserta seluruh ke Agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang ny ata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini beserta isinya. b. Iman Kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang mejadi perantara-perantara Allah SWT dengan para Rasul.

“Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya, pekerjaannya semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan kepada mereka masing-masing”.14

c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman kepada kitab Allah SWT ialah menyakini bahwa kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada sebagian Rasulnya. “Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya merupakan kebenaran”.15

Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada Nabi Musa, Injil

kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al Qur’an kepada Nabi

Muhammad SAW. d. Iman Kepada Para Rasul

Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq,

13

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998), h. 113.

14

Kaelany HD, Op.Cit., h. 76.

15


(26)

Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli Daud,

Sulaiman, Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir

e. Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba‟ts),

yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala ada di dunia”.16

f. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar)

Iman kepada QodhadanQodhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah SWT.17

Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu pasti sesuai dengan porsi kita masing-msing, tidak ada yang kurang atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya Allah SWT yang akan menentukan.

Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun

Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa Allah SWT lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, aL-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada agama Islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah SWT.

16

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Op. Cit., h. 201.

17


(27)

15

C. Ilmu Pengetahuan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Menurut Jujun S. Suriasumarti, “Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan lainnya”.18 Dalam ensiklopedi Indonesia yang dikutip oleh Endang Saefuddin Anshori:

Didapati pengertian Ilmu pengetahuan sebagai suatu sistem dari berbagai pengetahuan-pengetahuan masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.19

Sedangkan Endang Saifuddin Anshari sendiri berpendapat bahwa

“ilmu pengetahuan ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian, dan hukum-hukum tentang hal ikhwal daya pikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperiman”.20

Dari semua pendapat para ahli tersebut, pada intinya adalah sama walaupun berbeda dari segi redaksinya dan kesemuanya dapat saling melengkapi karena tidak ada pendapat yang sempurna. Jadi antara satu pendapat dengan pendapat yang lain harus saling melengkapi. Dilain pihak pengetahuan akan dapat disebut Ilmu jika memenuhi 4 syarat yaitu:

a. Memiliki obyek yang dikaji atau dipelajari b. Mempunyai tujuan

c. Diperoleh melalui metode ilmiah d. Sistematis.21

18

Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), h. 4.

19

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 49.

20

Ibid., h. 50.

21


(28)

2. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam

Di sini akan dibahas klasifikasi ilmu pengetahuan menurut aL-Ghazali dan Ibnu Khaldun;

a. Menurut al- Ghazali

Al-Ghazali mengklasifikan ilmu pengetahuan berdasarkan tiga kriteria: 1). Berdasarkan tingkat kewajibannya

Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut tingkat kewajibannya yaitu:

a). Ilmu pengetahuan Fardu’ain b). Ilmu pengetahuan Fardu kifayah 2). Berdasarkan sumbernya

Adapun Klasifikasi Ilmu pengetahuan menurut sumbernya yaitu: a). Pengetahuan syariah yang terdiri dari empat bagian yaitu ushul

)pokok atau asal(, Furu’ )cabang(, mukaddimah )pengantar/ pendahuluan), dan Mutammimat (penyempurna).

b). Pengetahuan ghairu syariah 3). Berdasarkan fungsi sosialnya.

Adapun Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut fungsi sosialnya yaitu:

a). Ilmu pengetahuan yang terpuji (Mahmud) b). Ilmu pengetahuan yang tercela (Madzum).22 b. Menurut Ibnu Khaldun

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun dapat disimpulkan sebagai berikut :

1). Ilmu-ilmu filsafat („Ulumul „Aqlyah) yaitu buah dari aktivitas pikiran manusia dan perenungannya. Ilmu-ilmu itu tidak bersifat alamiah bagi manusia, dengan pandangan bahwa ia adalah homo sapiens (makhluk yang punya akal).

Ilmu-ilmu ini tidak khusus bagi suatu agama lain, dan

22

Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 34.


(29)

17

mereka sama dalam menerima pengetahuan dan bahasanya. Ilmu-ilmu ini terdiri dari: logika, fisika, Ilmu-ilmu dalam, metafisika, geometri, ilmu ukur, aljabar, angka-angka, faroid dan optika serta astronomi.

2). Ilmu tradisional, konvensional (al „ulumu An Naqlyah al wadliyah),

meliputi: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu Qiroat, ushul Fiqh, Fiqh

(Taklif), badan dan qolbi, keimanan, aqidah, tasawuf, dan taa’bir mimpi, ilmu kalam.

3). Ilmu Alat, ini terbagi dua yaitu, Ilmu alat yang membantu syariat seperti Ilmu lughot, ilmu nahwu, balaghoh dan lainnya, serta ilmu alat yang membantu ilmu aqliyah seperti Ilmu Mantiq.23

D. Pendidikan Islam

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai “suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam

kehidupan bermasyarakat”.24

Pendidikan ialah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat yang diperlukan dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan secara perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.25

Menurut M. J lengeveld “pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak yang merupakan lapangan atau suatu keadaan dmn pekerjaan mendidik itu berlangsung”.26

23

Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldur, Suatu Analisa Fenomenologi, (Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999), h. 54-55.

24

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke-3, h 79

25

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: aL-Huda: 2006), h 5

26


(30)

Adapun menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah “bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani

dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”27

Secara umum dari beberapa pengertian diatas bahwa pendidikan berarti perbuatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan maksud agar anak yang dididik itu akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, bahkan seluruh kepribadiannya. Walaupun pendidikan diartikan berbeda-beda dari beberapa kalangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunianya masing-masing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam satu titik, bahwa pendidikan merupakan suatu proses persiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi kebutuhan dan tujuannya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan, kata ini juga diletakkan kepada Islam telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam kesimpulan awal, “bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya lebih efektif dan efisien”.28

Penerapan pendidikan Islam memang harus dilakukan secara sadar dan berencana serta terus menerus diberikan kepada setiap orang. Artinya, dalam agama Islam dikenal adanya teori pendidikan seumur hidup. Hal ini didasarkan atas ungkapan yang oleh sementara orang dianggap sebagai hadits Nabi SAW, yang berbunyi:

Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”.29

27

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, )Bandung: PT. al_ma’arif,

1989), cet. Ke-8, h 19

28

Yusuf Qardhawi, Al-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 91.

29

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,


(31)

19

“Menurut Quraish Shihab benar tidaknya penisbahan ungkapan tersebut kepada Nabi, yang jelas teori itu sejalan dengan konsep aL-Quran tentang keharusan menusia menuntut ilmu dengan memperoleh pendidikan

sepanjang hayat”.30

Pendidikan sumur hidup mewajibkan setiap orang untuk menuntut ilmu sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi SAW yang berbunyi:

“Dari Annas ibn Malik, Rasulullah SAW berkata bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap oang muslim”.31

(HR. Ibn Majah)

Menurut A.D Marimba pendidikan Islam adalah “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.32 Menurut M. Chabib Thoha pendidikan Islam adalah “pendidikan yang berfalsafah, dasar dan tujuannya serta tori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam

aL-Qur’an dan hadist Nabi”.33

Menurut Muhammad S.A Ibrahimy, sarjana pendidikan islam Bangladesh, yang dikutip H. Muzayyin Arifin pengertian pendidikan Islam adalah:

Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that the may easily mould his life in accordance with tenets of Islam. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of the demands of the age and the development of science and theology, its scope has also widened. Pendidikan Islam dalam pengertian yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupanya sesuai dengan ideologi Islam (cita Islami), dengan demikian akan mudah mencetak hidupnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan menurut

30

Ibid, h. 23

31

Ibid, h. 23

32

A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), h. 41.

33

M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), h. 99.


(32)

tuntutan waktu yang berbeda-beda. Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi, ruang lingkup pendidikan Islam itu juga makin luas.34

Sedang menurut Achmadi Pendidikan Islam adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan

kamil) sesuai dengan Islam”.35

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani yang berlandaskan hak-hak agama Islam menuju terbentuknya insan kamil.

34

H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 36.

35

Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), h. 20.


(33)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul "NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL-Mujadalah/ 58:11) ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan pengaturan waktu sebagai berikut : bulan desember 2013 sampai dengan bulan agustus 2014 digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber - sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah “menggunakan metode berfikir deduktif, artinya menganalisis data yang bersifat umum menuju kepada peristiwa yang

khusus”.1

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pendekatan kepustakaan (library reseach). Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis mengumpulkan bahan kepustakaan, dengan cara membaca, menelaah buku-buku, surat kabar, majalah, dan bahan-bahan informasi lainnya terutama yang

1


(34)

berkaitan dengan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam dan beberapa sumber diantaranya sebagai berikut:

Secara sederhana upaya yang dilakukan dalam pengumpulan data yang ada dalam buku diklasifikasikan menjadi dua yaitu, buku-buku yang merupakan sumber primer dan buku-buku yang merupakan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber pokok yang diperoleh dari aL-Qur’an surat aL-Mujadalah ayat 11.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber penunjang dan pembanding data yang dianggap relevan, seperti hadits dan kitab-kitab yang berkaitan dengan Integrasi Iman dan Ilmu pengetahuan.

C. Metode Analisis Data

Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Tafsir Tahlily

Metode Tafsir Tahlily (analisis) adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat aL-Qur’an dari seluruh aspeknya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh menurut aL-Farmawy sebagai berikut :

Mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf, penafsiran melalui uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat-ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu juga penafsir membahas mengenai sebab aL-Nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal

dari Rasul, atau sahabat atau para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur dengan pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami, nash aL-Qur’an tersebut.2

2

Abd. Al-Hayy al-Farmawy, Metode Tafsir Maudhu'y Suatu Pengantar, Terj. Surya A. Jarman, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 12.


(35)

23

2. Metode Kontekstual

Metode kontekstual adalah keterhubungan antara yang sentral dan yang perifier. Studi secara kontekstual “adalah mendukung nash aL-Qur'an dan hadits sebagai sentral, dan terapan masa lampau, kini dan mendatang sebagai perifiernya”.3

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Iman, Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah materi, nilai-nilai dan penerapan pendidikan integrasi Iman dan Ilmu Pengetahua. Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah menjelaskan tentang pengertian, maksud, tujuan, materi, dari sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang, dan pembanding terhadap judul yang akan di teliti.

3. Prosedur Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif analitik, metode yang dilakukan adalah :

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri, menelaah dan mengkritisi buku-buku atau tulisan lain yang menjadi rujukan utama serta buku-buku dan tulisan lain yang mendukung pendalaman dan ketajaman analisis.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

3

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), h. 47.


(36)

3. Analisis Data

Selanjutnya dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu teknik analisa data yang menggunakan, menafsirkan serta mengklasifikasikan dengan membandingkan fenomena-fenomena pada masalah yang diteliti melalui langkah mengumpulkan data, menganalisa data dan menginterpretasi data

dengan metode berfikir: “Deduktif merupakan teknik berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, lalu menyimpulkan

sebagai hal yang sifatnya khusus”. 4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini berpedoman pada Pedoman Penulisan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.


(37)

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Pemaparan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11

“Surat aL-Mujadalah terdiri dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan sesudah surat aL-Munafiqun. Surat ini dinamai aL- Mujadalah (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang wanita. Dan dinamai juga aL-Mujadalah yang berarti perbantahan”.1

2. Munasabat Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11

a. Hubungan dengan surat al-Hadiid (sebelumnya).

Pada surat aL-Hadiid disebutkan beberapa Asmaul Husna, di antaranya "al-Bathin" dan "mengetahui segala sesuatu" sedang pada aL-Mujadalah disebutkan bahwa Allah SWT mengetahui pembicaraan-pembicaraan yang dirahasiakan. Dan di akhir surat aL-Hadiid disebutkan “bahwa Allah SWT mempunyai karunia-Nya kepada wanita, yaitu dengan menghilangkan hal-hal yang merugikan pihak wanita pada hukum zhihar yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyah”.2

b. Hubungan dengan surat aL- Hasyr (sesudahnya)

Pada akhir surat al-Mujadalah Allah SWT menyatakan bahwa agama Allah SWT akan menang, sedang pada permulaan surat aL-

1

A. Soenarjo, dkk, Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Thoha Putra, 1971), h. 885.

2


(38)

Hasyr diterangkan salah satu kemenangan itu, yaitu pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.

Dalam surat al-Mujadalah Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat kebinasaan. Sedang dalam surat aL-Hasyr Allah SWT menyebutkan “bahwa orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat azab yang sangat”.3

Menurut A. Soenarjo , pokok-pokok isi surat aL-Mujadalah adalah : 1) Hukum Zhihar dan sangsi-sangsi bagi orang yang melakukannya

bila ia menarik kembali perkataannya, larangan menjadikan musuh Allah SWT menjadi teman.

2) Menjadi adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan, adab sopan santun terhadap Rasulullah SAW.

3. Teks dan Terjemahan Q.S. Al-Mujadalah/ 58: 11































































/

58

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(QS.aL-Mujadalah/ 58: 11).4

3

Ibid, h. 910.

4

Departemen Agama RI, aL-Quran dan Terjemahnya (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006) h. 793


(39)

27

4. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung Dalam Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11

1.

)

(

Lapangkanlah, dan hendaknya sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain.

2. ( ) Allah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu.

3. ( ) Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.

4. ( ) Bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.

5. ( ) Allah meninggikan orang-orang yang beriman

6. ( ) Dan Allah meninggikan orang-orang yang

berilmu di antara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian kedudukan.5

5. Asbabun NuzulQ.S. aL-Mujadalah/ 58: 11

Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai

“perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin”.6

5

Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Thoha Putra, tt), h.22-23.

6


(40)

6. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11 Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir)

Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:

a. Menurut Ibnu Katsir

Allah Ta'ala berfirman guna mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman dan memerintahkan kepada mereka agar satu sama lain bersikap baik di majlis.

























/

58

Karena siapa yang menanam kebaikan maka ia juga akan memperoleh kebaikan. Karena ayat ini turun berkenaan dengan majlis- majlis zikir, yaitu apabila mereka mempersempit tempat duduk di samping Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk melapangkan tempat duduk satu sama lain.7

Telah dikukuhkan pula bahwa para sahabat Nabi tidak pernah berdiri untuk menyambut kedatangan beliau, sebab mereka tahu bahwa beliau sangat tidak menyukai hal itu.





























/

58

Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu janganlah kamu mengira bila kamu memberikan kelapangan kepada saudaramu yang datang atau bila ia diperintahkan untuk keluar, lalu dia keluar, akan mengurangi haknya. Bahkan itu merupakan ketinggian dan perolehan

7

M. Nasib Ar-Rifai, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (jakarta: Gema Insani, 2000), h. 629.


(41)

29

martabat di sisi Allah SWT. Sedang Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat. Karena orang yang merendahkan diri karena Allah SWT,

“maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu, Maha Mengetahui orang yang berhak untuk mendapatkan hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya”.8

b. Dalam tafsir aL-Mishbah,

Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni “yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu”.9

Yang dimaksud dengan yang diberi pengetahuan adalah

mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, “yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan”.10

Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan aL-Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang menunjukan “bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT, yang pada

8

Ibid., h. 632.

9

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 79.

10


(42)

gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan mahkluk”.11

c. Dalam tafsir aL-Maraghi

Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT “akan meninggikan derajat orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan”.12

d. Dalam tafsir Shafwah at-Tafaasir

Ayat ini menjelaskan untuk saling mamberi kelapangan yaitu “pada apa-apa yang dibutuhkan manusia pada tempat, rizki, hati dan juga menunjukan bahwa setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah kepada Allah SWT, maka Allah akan membuka pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dan Allah akan meluaskan baginya di dunia dan akherat”.13

Allah SWT akan mengangkat orang-orang mukmin dengan perumpamaan dan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-orang yang pandai di antara mereka pada khususnya tingkatan yang tinggi.

“Allah SWT memberi derajat yang tinggi sampai dengan surga”.14

Ayat ini sebagai pujian kepada para ulama yang mempunyai kelebihan dengan ilmunya, dalam arti Allah SWT mengangkat orang yang beriman dan berilmu di antara orang mukmin. Sebagaimana syafaat kepada tiga orang yaitu para Nabi, ulama, syuhada. “Dan keutamaan ilmu dalam keimanan sebagai simbol manusia yang mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT”.15

11

Ibid., h. 83.

12

Ahmad Mustafa Al Maraghi, Op.,Cit., (Semarang: Thoha Putra, tt), h.26

13

M. Ali al-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir Juz III, (Beirut Libanon: Dar Qur'an al-Karim, 1981/1401 H), h. 340.

14

Ibid. , h. 341.

15


(43)

31

e. Dalam tafsir Fakhrur Razi

“Ayat ini menunjukan pada setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah kepada Allah SWT dan dibukakan beberapa pintu kebaikan dan kebahagiaan, berupa kebaikan di dunia dan akherat”.16

Dan Allah SWT mengangkat orang yang beriman dengan perumpamaan perintah Rasul-Nya dan orang-orang alim di antara mereka khususnya dalam hal derajat. Karena keutamaan ilmu adalah “bagaimana cara beribadah dengan khusyu' dan menjalankan perintah dan larangannya”.17 Dan keutamaan orang yang berilmu dan beriman adalah bertambah derajat di sisi Allah SWT dan di sisi manusia akan mendapatkan tempat yang baik.

f. Dalam aL-Qur'an dan tafsirnya

Dalam ayat ini menerangkan bahwa jika disuruh Rasulullah SAW berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu agar ia dapat duduk, atau kamu disuruh pergi dahulu hendaknya kamu pergi, “karena Rasul ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang atau beliau ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan”.18

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat-derajat orang yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat, demikian pula orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT. Dari ayat ini dipahami “bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya”.19

16

IM.ar-Razi Fakhruddin, Tafsir al-Fakhr al-Razi, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, Tt), h 1

17

Ibid. , h. 270.

18

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), h. 26.

19


(44)

g. Dalam tafsir aL-Azhar

Ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesamanya dengan memberi kesenangan dan kebajikan, maka Allah SWT akan memberi kelapangan di dunia dan di akhirat.





































/

58

Ayat inipun mengandung dua tafsir, pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut duduk dimuka, janganlah berkecil hati, melainkan hendaklah dia berlapang dada, karena orang yang berlapang dada itulah kelak orang yang akan diangkat Allah SWT Iman dan Ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua, memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana”.20

Iman memberi cahaya pada jiwa, sedangkan ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap, agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri.

Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah SWT, padahal mendurhakai Allah SWT. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi

20


(45)

33

sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk memusnahkan sesama manusia, karena jiwanya yang tidak terkontrol oleh iman kepada Allah SWT.

Ayat tersebut di atas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majlis ilmu. “Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT”.21

Dan berbicara tentang etika atau akhlak. Ketika berada di majlis ilmu, etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk terciptanya ketertiban, kenyamanan, dan ketenangan suasana selama dalam majlis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan tinggi dalam pandangan Allah SWT.

Dari berbagai pendapat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebagai umat Islam yang taat pada Rasulullah SAW, harus menjaga sopan santun, etika, dan akhlak kita di manapun kita berada dan bagaimanapun keadaan kita. Dan juga sebagai seorang muslim hendaknya kita saling tolong-menolong, memberi keluasan hati kepada saudara kita jika mereka membutuhkannya.

Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orang-orang yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman, disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu umum maupun ilmu agama.

Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang dibutuhkan

21

Abuddin Nata, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 157.


(46)

manusia, khususnya umat Islam agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi karena sejak awal mula aL-Qur'an diturunkan sudah mulai memerintahkan agar membaca (berpikir) dengan menyebut nama Allah SWT (berzikir).













1 :96 /

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. (Q.S. aL-„Alaq/ 96: 1)”.22

Perintah Allah SWT "bacalah" berarti berpikirlah secara teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya. Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu dengan zikir.23 Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi kewajiban bagi umat Islam sebagaimana firman Allah SWT:











































122 :9 /

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menyadari dirinya.” dalam (Q.S. at-Taubah/ 9:122).24

Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus mengajarkannya pada orang lain, karena perbuatan ini juga mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata melawan musuh.

22

A.Soenarjo dkk, Op.Cit., h. 1079.

23

R.H.A.Sahirul Alim, Menguak keterpaduan Sains, Teknologi, dan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999), h. 102.

24


(47)

35

B.Interpretasi data penelitian

1. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11

Sebagaimana dijelaskan pada penafsiran diatas, bahwasanya dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11 terdapat beberapa nilai pendidikan yang perlu diketahui. Diantara nilai-nilai tersebut adalah:

a. Perintah bersikap baik (Toleransi) terhadap sesama, misalnya dalam suatu majlis, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis,’ maka lapangkanlah,

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Artinya akan ada balasan setimpal dari Allah AWT. Sebagaimana dalam hadits sahih dikatakan:

“Barang siapa yang membangun sebuah masjid untuk Allah maka

Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di dalam syurga”.25

b. Ayat diatas masih merupakan perintah tuntunan akhlak, yaitu menyangkut perbuatan dalam suatu majlis, bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam suatu majlis.26

c. Pentingnya memiliki ke-Imanan yang tinggi, bahwa iman memberi cahaya pada jiwa dan Allah SWT akan angkat derajat orang beriman. d. Nilai lainnya adalah wajibnya ber-Ilmu pengetahuan, sebab ilmu

pengetahuan memberi sinar pada mata, dalam arti ilmu pengetahuan

“terbatas pada materi yang dapat ditangkap oleh panca indera atau

masalah-masalah rasional yang dapat dipahami oleh akal saja. Mereka tidak mempercayai berbagai sumber ilmu pengetahuan yang lain selain

kedua sumber diatas”.27

25

Muhammad Nasib aR-Rifai, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibu Katsir,

(Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 629

26

M. Quraish Shihab, Op.,Cit, h. 77

27

Yusuf Qardhawi, Fiqih Peradaban (Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan), (Surabaya, Dunia Ilmu, 1997), h. 103


(48)

Jika dicermati dalam ayat 11 pun masih merupakan nilai tuntunan akhlak. Jika dalam ayat 10 menyangkut pembicaraan rahasia, maka dalam ayat 11 adalah menyangkut etika perbuatan di muka umum (majlis). Maksudnya adalah nilai tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu, oleh siapa pun:

“berlapang-lapanglah” yakni berupayalah dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan tempat untuk duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu, maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain dengan suka rela.28

2. Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11

Dari kerangka pemikiran diatas, maka ada beberapa nilai terkandung, diantaranya:

a. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang “beriman”, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat.29 Maka nilai-nilai Ilahi, agama dan wahyu didudukan sebagai sumber konsultasi, sementara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukan sebagai nilai-nilai insani yang mempunyai relasi horisontal lateral atau lateral sekuensal yang harus berhubungan vertikal linear dengan nilai-nilai Ilahi atau agama”.30 b. Demikian pula, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang

“berilmu” yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah

SWT. “Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan

28

Ibid., h. 77

29

Departemen Agama Republik Indonesia., Op.,Cit, h. 26

30

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Disekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 47.


(49)

37

tinggi dalam pandangan Allah SWT. Orang yang mendapatkan ilmu itu

selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT”.31

c. Kemudian orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah “orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya”.32 Memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana. Akan tetapi kalau tidak diamalkan sesuai perintah Allah maka akan sia-sia saja”.33

3. Penerapan Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah/ 58:11

Di dalam pendidikan Islam sarat dengan nilai dalam arti mencakup nilai keimanan dan juga nilai ilmu pengetahuan tetapi ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam prakteknya yaitu adanya dikotomi antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum. 34

Jadi antara ilmu agama dan ilmu umum harus diseimbangkan melalui sistem yang terencana. Sebagaimana Fazlur Rahman yang menawarkan salah satu pendekatan yaitu, dengan menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara umum di dunia barat, dan mencoba MengIslamkannya.35

Pendekatan yang ditawarkan ini mempunyai dua tujuan yaitu, upaya membentuk watak pelajar dan mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Para ahli berpendidikan modern

“untuk menamai bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam

31

Abuddin Nata, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 157.

32

Departemen Agama Republik Indonesia., h. 27.

33

Ibid., h. 7226.

34

Abuddin Nata., Op.,Cit, h 4

35


(50)

pada perangkat-perangkat yang lebih menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka”.36

Sedangkan Ismail Razi al-Faruqi juga menyatakan pandangan yang sama yaitu “sistem pendidikan Islam harus dipadukan dengan sistem pendidikan sekuler, perpaduan kedua sistem pendidikan tersebut diharapkan kan lebih banyak dilakukan dari pada sekedar memakai cara-cara sistem Islam dan cara-cara-cara-cara otonomi sistem sekuler”.37

Dari pandangan kedua tokoh tesebut pada dasarnya ada tiga pendekatan pembaharuan pendidikan Islam yaitu: “Pertama

mengIslamkan pendidikan sekuler modern, artinya menerima pendidikan sekuler modern. Kedua menyederhanakan silabus-silabus tradisional, artinya mereformasi silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi tambahan yang tidak perlu. Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan lama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru”.38

Untuk melakukan integrasi ilmu perlu melalui uji kebenaran ilmu dan metodologi yang selama ini disebut sekuler. Dalam pelaksanaannya pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan pendidikan Qalbiyah

(afektif) yang selalu seiring dan berinteraksi dengan pendidikan Aqliyah

(Kognitif) serta perlu diimbangi dengan nilai-nilai amaliyah (Psikomotorik), sehingga dapat menimbulkan perilaku manusia yang religius, memiliki integritas dan kecerdasan”.39

Dengan perpaduan itu Islam akan benar-benar ditempatkan sebagai akar semua ilmu, sistem pendidikan dan sistem sosial dan kedua sistem itu harus dipadukan secara integral dari rumusan filosofis, sistem metodologi, kurikulum, materi, manajemen. Kemudian sistem pendidikan itu harus diisi semangat Islam dan berfungsi sebagai bagian integral dari program

36

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas dan Transformasi Intelektual, Terj., Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka Pelajar 1985), h. 160.

37

Ismail Razi al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, (Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman Institut Teknologi, 1984), h. 21.

38

Muhaimin, dkk, Op.,Cit h. 39. 39


(1)

Shaleh, Qomaruddin dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1986.

Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Cet. I

Siregar, Marasudin, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun Suatu Analisa Fenomenologi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999. SM, Ismail, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo, 2000.

Soenarjo dkk, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1971.

Suriasumarti, Jujun S, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001.

Suyitno, Amin dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Semarang: Wicaksana, 2002.

Thoha, M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan, Malang : UIN Maliki Press, 2006.

Yunus, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Citra Sarana Grafika, 1999.

Zain, Habib bin Ibrahim bin Sumaith, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatiddin, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu, A.Bayan, 1998.

Zaini, Syahriman, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1996.

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghozali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Zarkasyi, Abdullah Syukri Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ujang Wahyudin

Tempat/ Tgl Lahir : Sukabumi, 29 Mei 1988 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam Orang Tua

-Ayah : UUD Suryadi (Alm)

-Ibu : Nonoh

Alamat : Kp. Leuwinanggung RT 006/003, Des. Bojongsari, Kec. Jampangkulon, Kab. Sukabumi

Pendidikan :

1. SDN Bojonggenteng IV lulus tahun 2001 2. SMP-Terpadu Darul ‘Amal lulus tahun 2004 3. SMA-Terpadu Darul ‘Amal lulus tahun 2007

4. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lulus 2014