ajara memberi upah
2. a-i-a
, , dhamina
menjamin menanggung
syarika bersekutuberserikat
3. a-u-a
, , ’adula
Berlaku adil
amuna jujurdapat dipercaya
4. u-i-a
, , duriba
dipukul
fusikha dibatalkan
2.2 Sintaksis
Menurut Chaer 1994:206 sintaksis adalah membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain sebagai satuan ujaran.
Menurut Nasution 2006:124 dalam bahasa Arab pengaturan kata dalam kalimat, atau antar kalimat
dalam klausa atau wacana merupakan kajian ilmu an-nahwu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut El-Dahdah dalam Nasution 2006:124 ilmu an-nahwu
adalah yubhasu fi ahwāli awākhiri al-kalimāti i’rāban wa binā’, wa fi mauqi’I
al-jumlatu “Mengkaji tentang akhiran kata baik berubah atau tidak serta menganalisis
kata dalam kalimat” Kridalaksana 2008:223 sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara
kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata.
Pada kajian bidang ilmu sintaksis penulis menggunakan teori Al-Gulayaini pada pembahasan
al- murakkabāt. Gulayaini 1992:10 menyebutkan
al-murakkabu adalah :
al- murakkabu : qaulun muallafun min kalimataini aw aksar lifāidati, sawāun
akānat al-faidatu tammatan, mislu : an-najātu fi as-sidqi “ al-murakkabu : perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih, karena adanya
faidah dalam pembicaraan, baik faidah itu sempurna seperti : keselamatan itu terletak dalam kejujuran”.
Al-murakkab terbagi menjadi enam macam yaitu : 1.
murakkabu al- isnādī
2. murakkabu al-
idāfī 3.
murakkabu al- bayāni
4. murakkabu al-‘atfi
5. murakkabu al-
mazajī 6.
murakkabu al- adadī
Dari enam jenis murakkab di atas penulis hanya menemukan empat jenis murakkab yang ada yang kaitannya dengan istilah bahasa Arab dalam perbankan
syariah yaitu murakkabu al-
isnādī, murakkabu al-
idāfī, murakkabu al-
bayāni, murakkabu al-‘atfi.
a. murakkabu al-
isnādī Ghulayaini 1992:10
Universitas Sumatera Utara
al- isnādī hua al-hukmu bisyaiin ‘alā syaiin, kā al-hukmu ‘alā “zuhair” bi
il- ijtihadi fīqaulika :zuhair mujtahid
“isnad adalah menghukumi atas sesuatu dengan sesuatu yanglain. Seperti : menghukum atas diri Zuhair dengan rajin dalam ucapanmu: Zuahir adalah
orang yang rajin” Sesuatu yang untuk menghukummengenakan itu namanya musnad, dan
sesuatu yang dihukumidikenakan dengan sesuatu itu namanya musnad ilaih. Maka yang dimaksud dengan musnad adalah sesuatu yang dengan kamu
menghukumi atas sesuatu yang lain. Dan musnad ilaih adalah sesuatu yang kamu menghukumi atasnya, dengan sesuatu.
Contoh : -
kafālatu bi an-nafsi “aqad memberikan jaminan atas diri ” -
bai’u bi samanin ājilin “pembelian barang dengan pembayaran cicilan”
Pada contoh pertama istilah kafālatu bi an-nafsi merupakan
bentuk yang tersusun dari unsur mubtadā’ dan khabar yang terdiri
dari kata kafālatu, harfu jar ba dan
an-nafsu, kata kafālatu
adalah mubtadā’, khabarnya menjadi
syibhu al-jumlah yang merupakan
jar wa m ajrūr pada kata
bi an-nafsi sehingga istilah ini merupakan bagian dari
murakkabu al- isnādī.