Analisis Istilah Bahasa Arab Dalam Bank Syariah

(1)

ANALISIS ISTILAH BAHASA ARAB

DALAM BANK SYARIAH

SKRIPSI SARJANA D

I S U N OLEH :

RAHMATSYAH PUTRA 050704004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah Nama : Rahmatsyah Putra

Nim : 050704004 Program studi : Bahasa Arab S1

Disetujui Oleh,

Drs.Aminullah M.A.,Ph.D

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Mahmud Khudri, M.Hum

Mengetahui,

Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D Ketua Departemen Bahasa Arab


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini berjudul “Analisis Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah”. Penulis tertarik memilih judul ini karena pada masa sekarang ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup menggembirakan. Kebutuhan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah dari tahun ke tahun cukup signifikan, sehingga masyarakat dihadapkan kepada istilah-istilah perbankan Islam yang sebagian besar menggunakan bahasa Arab. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2010


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat ridho dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa kedua orangtua tercinta, Ayahanda Baharuddin Ahmad,SH dan Ibunda Rusminah,S.Ag yang telah mengasuh, mendidik, dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Hanya doa yang dapat penulis berikan sebagai balasan atas ketulusan dan keikhlasan yang tiada terhingga. “Allahumma igfir

żunūba humā wa arhamhumā kamā rabbayanī șagīran, amin”

2. Bapak Prof. Syaifuddin,M.A.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.

3. Ibu Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

5. Drs.Aminullah M.A.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

6. Bapak Alm.Prof.Dr.Marjuni Rangkuti,MA selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ini, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan serta bang Andika sebagai staf tata usaha di Program Studi Bahasa Arab.


(5)

8. Teman-teman stambuk ’05 (Boim, Dawie, Faisal, Fauzi, Habibi, Hafizh, Izala, Lubis, Mukhlis, Novri, Zuber, Surya, Amah, Ape, Aqmalia, , Elly, Fitra, Fitri, Hafni, Kak Syam, Lira, Mbak Linda, Puteri, Qie_Qie, Reje, Sanah, Tini, Yunita. (Jazakumullahu khairan katsiran yach…)

9. Kakanda-kakanda Alumni dan teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra USU, serta adik-adik stambuk ’07-’09 (tetap semangat yach kuliahnya..!)

10.Kawan-kawan seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam terkhusus HMI Komisariat Fakultas Sastra USU Ketua Umum Dedy Rahmat Sitinjak, Zulfan Lubis,SS. Kakanda Ansor Harahap,Amd. Izala Abdillah, Sri Apediani, beserta kakanda Alumni Junaidi, Eko Maulizar,SE, Budi Alimuddin,SS, dll.

11.Kawan-kawan seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Medan Dedy Andika (Ketua Umum), Putra Halaomoan, SH, Irwansyah Nasution, SH, Edi Gunawan,SH,Iwat Banget dll.

12.Sahabat-sahabatku tersayang dan tercinta : Faisal Arbi (syukran y sal atas pengajarannya) Ahmad Fauzi & Putra Halomoan Hasibuan (syukran ya penginapan gratisnya coy) Izala Abdillah, Ahmad Zuber,SS,

13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. Syukran

Katsiran.

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan.

Medan, Juni 2010


(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Sa ś Es (dengan titik di atas)

Jim j Je

Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)

Kha kh Ka dan ha

Dal d De

Zal ż Zet (dengan titik di atas)

Ra r Er

Zai z Zet

Sin s Es

Syin sy Es dan ye


(7)

Dad ḍ De (dengan titik di bawah)

Ta ṭ Te (dengan titik di bawah)

Za ẓ Zet (dengan titik di bawah)

‘Ain ‘ Koma terbalik (di atas)

Gain g Ge

Fa f Ef

Qaf q Ki

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em

Nun n En

Waw w We

Ha h Ha

Hamzah ` Apostrof

Ya y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh :

= muqaddimah

= al-Madīnah al-munawwarah

C. Vokal

1. Vokal Tunggal


(8)

--- (kasrah) ditulis “i”, contoh :

= raima

--- (dammah) ditulis “u”, contoh :

= kutubun 2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

---

(fathah dan ya) ditulis “ai ” Contoh :

= zainab

= kaifa

Vokal rangkap

---

(fathah dan waw) ditulis “au” Contoh :

= ḥaula

= qaulun

D. Vokal Panjang (maddah)

---

dan

---

(fathah) ditulis “a”, contoh :

= qāma

= qaā

---

(kasrah) ditulis “i”, contoh : = raīmun

---

(dammah) ditulis “u”, contoh : = ‘ulūmun

E. Ta Marbutah

a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf “h” Contoh : = makkah al-mukarramah

= al-syarī‘ah al-islāmiyyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t” Contoh : = al-ukūmatu al-islāmiyyah

= al-sunnatu al-mutawātirah

F. Hamzah

Huruf hamzah ( ) di awal kata dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof. Contoh

: = imānun

G. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah (kata ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah. Contoh : = ‘Abdullah


(9)

= ḥablullah

H. Kata Sandang “al”

1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf

qamariyah maupun syamsiyah.

Contoh : = al-amākinu al-muqaddasah

= al-siyāsah al-syar‘iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

Contoh : = al-Māwardi

= al-Azhar

3. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT, Qur’an” ditulis dengan huruf kapital.

Contoh : Al-Afgani adalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca Al-Qur’an al-Karim


(10)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN……….i

KATA PENGANTAR………..ii

UCAPAN TERIMAKASIH………iii

PEDOMAN TRANSLITERASI………iv

DAFTAR ISI………v

ABSTRAKSI………vi

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1 Latar Belakang………....5

1.2 Perumusan Masalah………4

1.3 Tujuan Penelitian………4

1.4 Metode Penelitian………5

BAB II TINJUAN PUSTAKA……… 2.1 Morfologi……… 2.2 Sintaksis………1

BAB III HASIL DAN PEMBA………..2

3.1 Analisis Pembentukan Istilah Bahasa Arab yang digunakan Dalam Bank Syariah dari Segi Morfolog……… 3.2 Analisis Pembentukan Istilah Bahasa Arab yang digunakan Dalam Bank Syariah dari Segi Sintaksis………3

BAB IV PENUTUP………..

4.1 Kesimpulan……….

4.2 Saran………...


(11)

ABSTRAK

Rahmatsyah Putra,2010. Analisis Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah.

Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang proses morfologis istilah-istilah bahasa Arab dalam bank syariah melalui proses afiksasi dan proses sintaksis melalui segi

murakkabāt.

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Kamus Perbankan Syariah karya Isriani,SS dan Muh.H.Giharto yang terdiri dari 147 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Marja, dari kamus tersebut terdapat 142 istilah bank syariah.

Permasalahan yang diteliti adalah istilah-istilah bahasa arab apa saja yang digunakan dalam bank syariah,bagaimanakah proses pembentukan istilah bahasa arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada proses afiksasi dan bagaimanakah proses pembentukan istilah ditinjau dari segi sintaksis pada proses murakkab.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui istilah-istilah bahasa arab yang digunakan dalam bank syariah, mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada poses afiksasi dan mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi sintaksis pada proses

murakkab.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode desktiptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data. Dalam penelitian ini pada proses morfologis penulis menggunakan teori chaer dan teori Kridalaksana sebagai teori pendukung untuk menganalisis istilah melalui proses afiksasi. Pada proses sintaksis penulis menggunakan teori Al-Gulayaini pada pembahasan

/al-

murakkabāt/.

Adapun hasil dari penelitian pada proses afiksasi terdapat enam puluh lima

istilah perbankan syariah yang dikelompokkkan kedalam enam jenis proses afiksasi yaitu sembilan istilah, infiks dua puluh sembilan, suffiks satu istilah, konfiks dua puluh empat istilah, serta transfiks, sedangkan proses interfiks belum dapat ditemukan dan tanpa afiks dua puluh enam istilah. Sedangkan pada proses sintaksis terdapat lima puluh satu istilah perbankan syariah yang dikelompokkan kedalam enam jenis

/al-

murakkabāt/ yaitu

/murakkabu

al-isnādī/ lima belas istilah, /murakkabu al-idāfī/ dua puluh istilah , /murakkabu al-bayānī/ sepuluh istilah , /murakkabu

al-aţfī/ tiga istilah, sedangkan /murakkabu al-mazaji/ dan

/murakkabu al-

‘adadī/ bulum ditemuka n.


(12)

.


(13)

ABSTRAK

Rahmatsyah Putra,2010. Analisis Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah.

Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang proses morfologis istilah-istilah bahasa Arab dalam bank syariah melalui proses afiksasi dan proses sintaksis melalui segi

murakkabāt.

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Kamus Perbankan Syariah karya Isriani,SS dan Muh.H.Giharto yang terdiri dari 147 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Marja, dari kamus tersebut terdapat 142 istilah bank syariah.

Permasalahan yang diteliti adalah istilah-istilah bahasa arab apa saja yang digunakan dalam bank syariah,bagaimanakah proses pembentukan istilah bahasa arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada proses afiksasi dan bagaimanakah proses pembentukan istilah ditinjau dari segi sintaksis pada proses murakkab.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui istilah-istilah bahasa arab yang digunakan dalam bank syariah, mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada poses afiksasi dan mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi sintaksis pada proses

murakkab.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode desktiptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data. Dalam penelitian ini pada proses morfologis penulis menggunakan teori chaer dan teori Kridalaksana sebagai teori pendukung untuk menganalisis istilah melalui proses afiksasi. Pada proses sintaksis penulis menggunakan teori Al-Gulayaini pada pembahasan

/al-

murakkabāt/.

Adapun hasil dari penelitian pada proses afiksasi terdapat enam puluh lima

istilah perbankan syariah yang dikelompokkkan kedalam enam jenis proses afiksasi yaitu sembilan istilah, infiks dua puluh sembilan, suffiks satu istilah, konfiks dua puluh empat istilah, serta transfiks, sedangkan proses interfiks belum dapat ditemukan dan tanpa afiks dua puluh enam istilah. Sedangkan pada proses sintaksis terdapat lima puluh satu istilah perbankan syariah yang dikelompokkan kedalam enam jenis

/al-

murakkabāt/ yaitu

/murakkabu

al-isnādī/ lima belas istilah, /murakkabu al-idāfī/ dua puluh istilah , /murakkabu al-bayānī/ sepuluh istilah , /murakkabu

al-aţfī/ tiga istilah, sedangkan /murakkabu al-mazaji/ dan

/murakkabu al-

‘adadī/ bulum ditemuka n.


(14)

.


(15)

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. (Sugihastuti, 2000:8).

Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Allah SWT. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan manusia bila tidak ada bahasa yang berperan sebagai alat komunikasi. Kebudayaan dan peradaban tentunya tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak ada bahasa. (Pratama, 2009 : 1 ).

Bahasa Arab merupakan salah satu dari sekian ribu bahasa yang ada di dunia ini dan merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan. (Arsyad, 2004 : 1).

Allah SWT. secara khusus meletakkan keutamaan bahasa Arab melalui firman-Nya sebagai berikut :

/Innā anzalnāhu qur ‘ānan ‘arabiyyan la ‘allakum ta’qiluna/

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya”. (QS. Yusuf/ 12:2)

Bahasa Arab adalah bahasa pemersatu bangsa Arab dan umat Islam yang telah memberikan kontribusi yang besar dalam memperkaya bahasa lain termasuk bahasa Indonesia dimana banyak ditemukan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab.

Bahasa digunakan di semua lapangan kehidupan manusia baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya maupun dalam hubungan sesama manusia termasuk termasuk bidang perbankan yang berkaitan dengan ekonomi.


(16)

Menurut KBBI (1991: 390) istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam dibidang tertentu.

Chaer (2007:390) membedakan pengertian istilah dengan kata. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang maknanya sudah tetap dan pasti serta hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Sedangkan kata, masih memiliki makna yang belum pasti sebab sangat tergantung pada konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

Bank secara etimologis berasal dari bahasa Italia, yaitu kata banca yang berarti bangku atau tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad pertengahan orang-orang memberikan pinjaman melakukan usahanya di atas bangku-bangku (Wibowo,2005:16).

Dilihat dari segi statusnya bank terbagi menjadi dua jenis yaitu bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah

Bank konvensional berdasarkan pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Secara konsep menurut Laksamana (2009: 10) Bank syariah adalah bank yang beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam, yaitu mengedepankan keadilan, kemitraan, keterbukaan, dan universalitas bagi seluruh kalangan.

Menurut Karim (2004 : 25), di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Maka pada Maret 2007 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 105 unit pada periode yang sama.


(17)

Pada masa sekarang ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup menggembirakan. Kebutuhan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah dari tahun ke tahun cukup signifikan, sehingga masyarakat dihadapkan kepada istilah-istilah perbankan Islam yang sebagian menggunakan bahasa Arab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk meneliti dan menganalisis istilah-istilah tersebut yang berkaitan dalam bidang morfologi dan sintaksis yang merupakan bagian dari linguistik.

Kata linguistik (berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris,

linguistique dalam bahasa Perancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda)

diturunkan dari kata bahasa Latin lingua yang berarti ‘bahasa’. (Chaer, 1994:2). Linguistik sebagai ilmu dalam mengkaji bahasa tentunya dapat membantu untuk dapat meneliti dan menganalisis bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. Fonologi ( /’ilmu wazāifi al-aşwāti/), Morfologi ( /’ilmu

aş-şarfi/), Sintaksis ( /’ilmu an-nahwi/), dan Semantik ( /’ilmu

ad-dilālati), merupakan bagian dari linguistik yang digunakan seorang peneliti dalam mengkaji suatu bahasa dari sisi yang diinginkannya ( Pratama, 2009 : 3).

Dari empat tataran ilmu linguistik di atas yang akan diteliti adalah morfologi dan sintaksis. (KBBI,1991:666) morfologi adalah cabang linguistik tentang morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata.

Di dalam bahasa Arab, kajian tentang morfologi dapat disejajarkan dengan ilmu aş-şarfi/. Sebagaimana Dahdah (1992:2) dalam Nasution

(2006:98), mendefenisikan ilmu aş-şarfi sebagai berikut :

/yubhasu fī siyagi al-kalimati wa tahwīlihā ilā şuwarin mukhtalifatinbihasbi al-ma’nā al-maqşūdi/

“pembahasan tentang proses pembentukan kata dan perubahannya ke


(18)

Menurut Chaer (1994: 206) sintaksis adalah membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain sebagai satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi secara etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama, kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Menurut Nasution (2006:124) dalam bahasa Arab ,pengaturan antar kata dalam kalimat, atau antar kalimat ( ) dalam klausa atau wacana merupakan kajian /’ilmu an-nahwu/.

Menurut El-Dahdah dalam Nasution (2006:124) /ilmu an-nahwu/ adalah :

/yubhasu fi ahwāli awākhiri al-kalimāti i’rāban wa binā’, wa fī mauqi’u al-mufradāt fī al-jumlati/

“mengkaji tentang akhiran kata baik berubah atau tidak serta menganalisis posisi kata dalam kalimat.”

Dalam penelitian ini, objek penelitian dibatasi pada istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam perbankan syariah yang terdapat dalam buku Kamus Perbankan Syariah karya Isriani Hardini,SS dan Muhammad H. Giharto tahun 2007. Buku ini terdiri dari 147 halaman dan terdapat 142 istilah. Pemilihan objek penelitian tersebut dilakukan untuk membatasi objek penelitian agar tidak terlalu luas.

Penelitian tentang istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah dalam operasionalnya belum pernah diteliti di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Agar penyajian suatu karya ilmiah tidak menyimpang dari pokok bahasan yang dikehendaki, maka perlu adanya rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Istilah-istilah bahasa Arab apa saja yang digunakan dalam bank syariah? 2. Bagaimanakah proses pembentukan istilah bahasa Arab yang digunakan

dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada proses afiksasi? 3. Bagaimanakah proses pembentukan istilah bahasa Arab yang digunakan

dalam bank syariah ditinjau dari segi sintaksis pada proses murakkab?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah.

2. Untuk mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi pada poses afiksasi.

3. Untuk mengetahui proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi sintaksis pada proses

murakkab.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah.

2. Menambah kosakata baru yaitu istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah.

3. Menambah dan memperluas wawasan peneliti khususnya dan para peminat bahasa Arab pada umumnya dalam istilah yang digunakan oleh bank syariah.


(20)

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya (Pratama,2009:1 ).

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Peneliti mengambil data untuk diteliti dari Kamus Istilah Perbankan Syariah sebagai data primer. Sebagai data sekunder, peneliti mengumpulkan buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, peneliti menggunakan Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

Pengumpulan data melalui perpustakaan, dilakukan dengan menseleksi sumber data dari buku-buku bahasa Arab yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah yang ditinjau dari segi morfologi dan sintaksis.

Adapun metode pengambilan sampel atau subjek pada penelitian ini penulis mengutip pendapat Prof.Dr.H.Mukhtar dalam bukunya yang berjudul ”Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah” halaman 79 yang mengatakan bahwa secara umum pandangan tentang populasi lebih disepakati untuk sebuah penelitian di mana populasi yang dipandang relatif homogen, maka populasi dapat ditarik sejumlah minimal 5% dan maksimal 30%. Jika sebuah penelitian, populasinya di bawah 150 subjek, maka hampir seluruh pakar penelitian sepakat, sebaiknya diambil seluruhnya.

Data yang diambil menggunakan metode deskriptif sinkronik (descriptive

synchronic), maksudnya data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya kemudian

dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah naskah itu (Djajasudarma, 1993: 6). Adapun tahapan dari penelitian ini adalah :


(21)

1. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data-data serta literatur yang berhubungan dengan istilah-istilah perbankan syariah pada ”Kamus Perbankan Syariah” karya Isriani Hardini, S.S dan Muh. H. Giharto.

2. Membaca dan memahami buku-buku bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan istilah-istilah bahasa Arab yang ada perbankan syariah mengklasifikasi data-data yang diperoleh dalam istilah perbankan syariah pada ”Kamus Perbankan Syariah” karya Isriani Hardini, S.S dan Muh. H. Giharto dalam bidang ilmu morfologi dan sintaksis.

3. Menganalisis data yang telah diperoleh sebagai hasil laporan awal lalu menyusunnya kembali secara sistematis dalam bentuk laporan akhir yaitu skripsi


(22)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi

Morfologi merupakan salah satu dari tataran ilmu linguistik yang mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk serta klasifikasi kata. Di dalam bahasa Arab kajian dari morfologi ini disebut dengan /taşrīf/ yaitu perubahan satu bentuk kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda dan tanpa ada perubahan tersebut makna yang berbeda itu tidak akan diperoleh (Alwasilah, 1993: 110).

Kridalaksana (2001: 142) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Ditambahkannya juga bahwa morfologi merupakan bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagiannya.

Syahrin (1980: 80) dalam Nasution (2006: 116), juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi di dalam bahasa Arab adalah:

/akhżu şīgatin ukhrā ma`a infāqihā māddah aşliyyah wa ma`nā/ “Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”.

Chaer (2007: 88) membedakan pengertian istilah dengan kata. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang maknanya sudah tetap dan pasti; serta hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Sedangkan kata, masih memiliki makna yang belum pasti sebab sangat tergantung pada konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

Menurut KBBI (1991: 390) istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam dibidang tertentu

Dalam bahasa Arab kata disebut dengan /al-kalimah/. Gabungan dari dua kata atau lebih disebut dengan /al-jumlah/.


(23)

Al-Jurjani dalam Nasution (2006: 100) menjelaskan, /al-jumlah/ adalah:

/`ibāratun `an murakkabi min kalimataini usnidat ihdāhumā ila

al-ukhrā sawā'un afāda kaqaulika ”zaidun qāimun”, aw lam yafid, kaqaulika”in yukrimunī”/

"Sebuah ungkapan yang tersusun dari dua kata, yang satu di

isnad-kan kepada yang lain, apakah sempurna, seperti ”si zaid berdiri” atau belum, seperti “jika ia memuliakan saya”".

Bahasa Arab memiliki sistem yang sangat variatif dalam pembentukan katanya. Dari satu akar kata dapat dikembangkan menjadi beberapa kata, sehingga tidak mengherankan jika kosa kata bahasa Arab sangat banyak. (Pratama, 2009: 17).

Chaer (2003: 159) menyebutkan bahwa sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi.

Fuad (1968:12) dalam Ues (1999:12) muncul perbedaan pendapat tentang asal kata antara ahli bahasa Kufah dan ahli bahasa Basrah. Ahli bahasa dari Basrah berpendapat bahwa asal kata adalah dari masdar. Sedangkan ahli bahasa Kufah berpendapat bahwa asal kata berasal dari fi’il. Keduanya memiliki argument yang kuat.

Adapun pendapat ahli Basrah menyatakan bahwa asal pembentukan kata itu dari masdar adalah :

1. Masdar merupakan isim, yang menunjukkan zaman mutlak (tanpa waktu).

Sementara fi’il menunjukkaan keterangan waktu tertentu dan terikat. Jadi, yang mutlak lebih umum dan mendasar dari pada yang terikat.


(24)

2. Masdar merupakan isim, yang dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan fi’il.

Sementara fi’il tidak dapat berdiri sendiri tapi membutuhkan isim dari lain. 3. Masdar disebut demikian karena fi’il berasal dari masdar.

4. Masdar hanya menunjukkan satu hal yaitu kejadian. Adapun menunjukkan

dua hal kejadian dan waktu. Jadi, satu merupakan asal dari dua, dan masdar merupakan asal dari fi’il.

5. Masdar mempunyai satu bentuk seperti /darbun/ dan /qatlun/. Sedangkan fi’il mempunyai berbagai tiga mcam bentuk seperti :

/daraba – yadribu idrib/ , dan /qatala – yaqtilu - uqtul/. 6. Fi’il dengan keutuhannya dapat menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh

masdar seperti /daraba/ menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh /darbun/.

Adapun pendapat ahli Kufah antara lain sebagai berikut :

1. Masdar itu sohih karena kesohihan fi’il dari huruf illat dan begitu juga

sebaliknya. Contoh : /qāma wa qiyāman qawama qawāman/, Maka, masdar harus mengikuti fi’il dan hal ini berarti fi’il adalah asal masdar. 2. Sesungguhnya fi’il berpengaruh bagi masdar. Contoh: /darabtu

darban/, lafadz /ad-darbu/ pada contoh tersebut tergantung dari fi’il /daraba/, Artinya, posisi Āmil lebih asli dan utama dari pada yang

ma’mūl.

3. Masdar merupakan ta’kid (penegasan) bagi fi’il. Contoh: /darabtu

darban/, lafadz /darban/ menegaskan pada fi’il /daraba/

4. Masdar maknanya tidak dapat tergambarkan selama tidak dilakukan oleh

seorang fa’il (subjek). Oleh karena itu masdar selalu tergantung pada fi’il.

Penulis menyimpulkan bahwa asal pembentukan kata adalah dari fi’il dengan alasan sebagai berikut :

- Kebanyakan dari fi’il mempunyai beragam masdar, tidak logis dikatakan jika yang masdar yang banyak (beragam) adalah asal dari yang tunggal. Adapun


(25)

contoh masdar tersebut dapat dilihat dari fi’il /fa’’ala/ masdarnya adalah /taf’īlān – taf’īlatan – tif’ālān – mufa’’alān/.

- Masdar merupakan isim bagi fi’il. Isim ini sangat sulit muncul tanpa

kehadiran (adanya) fi’il, sebagai contoh lafadz /julūsun/ tidak akan kelihatan tanpa diketahui terlebih dahulu fi’il /jalasa/.

- Pembentukan isim musytaq yang lain terlihat jelas dari fi’il dan lebih mudah dikatakan mustaqqat berasal dari fi’il ketimbang jika kita menyatakan bahwa Pembentukan isim musytaq yang lain berasal dari masdar. Apalagi jika fi’il itu bukan sulasi (ruba’i, khumasi, sudasi) seperti pembentukan isim fa’il dan isim

maf’ul dari fi’il /ijtama’a/ yang fi’il mudari’nya kemudian huruf

mudari’nya diganti dengan huruf mim yang dhammah, dan harkat sebelum

akhir berbaris kasrah isim fa’ilnya menjadi /mujtami’an/, dan baris huruf sebelum akhir fathah isim maf’ul sehingga menjadi /mujtama’an/.

Proses Morfologis (morphological process): proses yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem adalah input dan kata merupakan

output. (Kridalaksana, 2001: 180).

Proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. (Parera, 1994: 18).

Chaer (1994: 177) membagi proses morfemis ke dalam 7 (tujuh) bagian, yaitu melalui proses:

1. Afiksasi 2. Reduplikasi 3. Komposisi 4. Konversi,

5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi

7. Pemendekan

Penulis menggunakan pendapat Chaer sebagai landasan teori untuk menganalisis proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi melalui bagian yang pertama saja yaitu afiksasi. Di samping itu pendapat Kridalaksana sebagai teori pendukung.


(26)

Chaer (1994:177) afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.

Afiksasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

/az-zawāid/. Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiksasi dalam istilah bahasa Arab adalah:

––––––– /az-zawāidu: idāfatu zā'idatin qabla al-juzri aw ba`dahu aw

dākhiluhu li isytiqāqi kalimatin jadīdatin/.

"Afiksasi: penambahan satu huruf tambahan yang diletakkan di awal akar kata atau setelahnya atau diantaranya dengan tujuan membentuk kata yang baru".

Menurut Chaer (1994:177) dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) Dasar atau bentuk dasar, (2) Afiks, dan (3) Makna gramatikal yang dihasilkan.

Chaer menyatakan (1994:177) afiks adalah sebuah bentuk biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.

Dalam KBBI (1991: 10) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal (spt. prefiks, konfiks, atau sufiks): imbuhan.

Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

prefix

infix suffix

superfix

/az-zāidatu: murfīmun yudāfu qabla al-juzri fayusammā sābiqatan, aw dākhiluhu fayusammā dākhilatan, aw ba`dahu fayusammā lāhiqatan, aw fauqahu fayusammā `āliyatan. Wa hakazā, fainna az

-zāidata wa al`āliyatu suffix wa al-lāhiqatu infix wa ad-dākhilatu prefix arba`atu anwā`in hiya as-sābiqatu/.


(27)

"Afiks: morfem yang ditambahkan atau diletakkan sebelum akar kata yang asli dinamakan sābiqah, atau tambahan yang dimasukkan ke tengah-tengah akar kata disebut dākhilah, atau tambahan yang diletakkan setelah akar kata disebut lāhiqah, atau yang diletakkan di atasnya disebut `āliyah. Maka afiks ada empat macam, yaitu

sābiqah atau prefiks, dākhilah atau infiks, lāhiqah atau sufiks, dan

`āliyah atau superfiks".

Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar afiksasi biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. (Chaer, 2003: 178).

Berikut diuraikan bagian-bagian dari afiksasi beserta contohnya:

a. Prefiks

Menurut Chaer (1994:178) prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.

Al-Khuli (1982: 224) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Prefiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

un-unkind

suffix infix

superfix

/fī -un as-sābiqatu: murfīmun muqaiyyadun yasbiqu al-jizri wa yukawwinu ma`ahu kalimatan wāhidatan, mislu -`āliyati infix wa ad-dākhilati suffix. . Wa hiyā takhtalifu `an al-lāhiqati unkind

superfix/.

"Prefiks: morfem yang terikat dan mendahului akar kata dan membentuk bersamanya satu kata yang baru, seperti penambahan –

un pada unkind. Hal ini berbeda dengan lāhiqah sufiks, dākhilah

infiks, dan `āliyah superfiks".

Dalam bahasa Arab prefiks dinamai dengan istilah ( /as-sābiqah/) Contoh :


(28)

- /musqā/ ‘yang diberi minum’

Pada contoh yang pertama kata /muflis/ bentuk dasarnya adalah dengan pola /af’ala/ yaitu kata /aflasa/ yang merupakan fi’il şulāşī

mujarrad dengan kata /falasa/. Kemudian hamzah yang berada pada awal kata tersebut diganti dengan konsonan /mim/ yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga membentuk kata /muflis/ berupa nomina pelaku ( /isim fā’il/). Dengan demikian konsonan /mim/ merupakan prefiks pada kata /muflis/ tersebut.

Pada contoh kedua kata /musqā/ bentuk dasarnya adalah /asqā/ dengan pola /af’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /saqiya/. Huruf hamzah diawal kata tersebut diganti dengan konsonan /mim/ (prefiks) yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat fathah sehingga membentuk kata /musqā/ dengan mengikuti pola /muf’al/ berupa nomina yang menyatakan sesuau yang dikenai pekerjaan ( /isim maf’ūl/).

b. Infiks

Menurut Chaer (1994:178) infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar.

Al-Khuli (1982: 131) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Infiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

ee feet a ran

prefix suffix

/ad-dākhilatu: murfīmun yudāfu wasaţa al-kalimati, mislu ee fī feet

wa a fī ran. Wa ad-dākhilatu nau`un min az-zawāidi. Wa 'ammā anwa`u al-ukhrā fahiya as-sābiqatu prefix wa al-lāhiqatu suffix/. "Infiks: morfem yang ditambahkan ditengah kata, seperti ee di dalam feet dan a di dalam ran. Infiks merupakan salah satu dari bagian afiksasi. Adapun bagian dari afiksasi yang lain ialah

as-sābiqah prefiks dan al-lāhiqah sufiks".


(29)

Contoh :

- /rāhinun/ ‘yang menggadaikan’ - /kafīlun/ ‘yang menjamin’

Pada contoh yang pertama kata /rāhinun/ bentuk dasarnya adalah /rāhana/ dengan pola /fā’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /rahana/. Kata /rahana/ diberi infiks /alif/,dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga menjadi /rāhinun/dengan mengikuti pola /fā’ilun/. Kemudian infiks ini membentuk nomina pelaku /isim fā’il/.

Pada contoh kedua kata /kafīlun/, kata dasarnya adalah /kafula/ yang yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafala/. Kemudian kata /kafula/ dengan pola /fa’ula/ diberi infiks /ya/ dengan mengikuti pola /fa’īl/ sehingga menjadi /kafīlun/ yang merupakan bagian dari

/şifatu al-musyabbahah/.

c. Sufiks

Menurut Chaer (1994:178) sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.

Al-Khuli (1982: 273) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sufiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

–en blacken

affixes

prefixes infixes

inflectional

derivational boys

–ment movement

/al-lāhiqatu: murfīmun muqaiyyadun yudāfu ilā ākhiri al-kalimati

litakwīni kalimatin musytaqqatin zāti ma`nā mukhtalifin mislu –en

fī blacken. Wa al-lāhiqatu nau`un min az-zawāidi affixes, wa al

-anwā`u al-ukhrā hiya as-sawābiq prefixes wa ad-dawākhil infixes. Wa al-lāhiqatu immā taşrīfiyyah aw isytiqāqiyyah. Wa al -farqu


(30)

al-kalimatu wa lā tugayyiru nau`ahā, mislu lāhiqatu al-jam`u fī

boys. Fī hina anna lāhiqata al-isytiqāqiyyata tugayyiru ma`na al

-kalimatu wa tugayyiru nau`ahā, mislu al-lāhiqatu –ment fi movement/.

"Sufiks: morfem terikat yang ditambahkan di akhir kata untuk membentuk kata yang berbeda seperti –en pada kata blacken. Adapun sufiks merupakan bagian dari afiksasi affixes, adapun jenis yang lain dari afiksasi adalah as-sawābiq prefiks, dan ad-dawākhil infiks. Sufiks bisa berbentuk infleksi dan derivasi. Adapun perbedaan antara keduanya adalah bahwa infleksi bisa merubah makna tetapi tidak dapat merubah kategorinya, seperti bentuk sufiks pada kata boys, adapun derivasi merubah makna kata dan merubah kategorinya, seperti halnya sufiks –ment pada kata

movement.

Menurut Kridalaksana (2001: 205) sufiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata. Sufiks sering disebut dengan akhiran, misalnya morfem -an pada kata ajaran, morfem -kan pada kata usahakan dan morfem -i pada kata datangi merupakan bentuk-bentuk sufiks.

Dalam bahasa Arab sufiks dinamai dengan istilah ( /al-lāhiqah/). Contoh :

- /kufalā’/ “yang menjamin”

Pada contoh yang pertama kata /kufalā’/ merupakan bentuk jama’ dari kata /kafīlun/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafula/. Kata /kafula/ dengan pola /fa’ula/ diberi suffiks /alif/ dan /hamzah/ sehingga menjadi /kufalā’/ dengan mengikuti pola /fu’alā’/ yang merupakan bagian dari /şifatu al-musyabbahah/.


(31)

d. Konfiks

Menurut Chaer (1994:179) konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.

Kridalaksana (2008:130) konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua bagian terpisah.

Contoh :

- /takāful/ “pertanggungan yang saling berbalasan atau salin menanggung”

- /musāhamah/ “saling memberikan saham/bagian” Pada contoh yang pertama kata /takāful/, bentuk dasarnya adalah /takāfala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafula/. Kata

/kafula/ mendapat konfiks /ta/ dan /alif/ sehingga menjadi /takāful/ dengan mengikuti pola /tafā’ula/. Kemudian konfiks ini membentuk masdar.

Pada contoh yang kedua kata /musāhamah/, bentuk adasarnya adalah kata /tasāhama/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata

/sahama/. Kemudian kata /sahama/ mendapat konfiks /mim/ dan /alif/, sehingga menjadi /musāhamah/ dengan mengikuti pola /mufā’alatu/ dan konfiks tersebut membentuk masdar.

.

e. Interfiks

Chaer (1994:181) interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Interfiks banyak dijumpai dalam bahasa-bahasa Indo German.

Contoh: Unsur 1 Unsur 2 Gabungan Makna Tag Reise Tag.e.reise day’s journey Menurut Kridalaksana (2001: 84) yang dimaksud dengan interfiks (interfix) adalah afiks yang muncul di antara dua dasar; mis -o- dalam


(32)

f. Transfik

Chaer (1994:181) transfiks adalah afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.

Dalam bahasa Arab transfiks dinamai dengan istilah (

/al-'idāfatu al-harakāti/). Proses transfiks dalam bahasa Arab yaitu dengan meletakkan harakat (baris) yang berupa vokal di antara huruf konsonan.

Al-Khuli (1982: 303) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan transfiks dalam istilah bahasa Arab adalah:

/idāfatu al-harakāti: idāfatu rumūzi aş-şawā'itu al-qaşīratu ilā al-kalimāti al-maktūbati, ay idāfatu fathati wa ad-dammati wa al-kasrati ilā al-kalimāti al-maktūbati, kamāfī al-`arabiyyati/

"penambahan harakat (baris): penambahan bunyi yang pendek ke dalam kata yang tertulis, atau penambahan fathah, dhammah, dan

kasrah ke dalam kata yang tertulis, sebagaimana yang terdapat di

dalam bahasa Arab"

Menurut Kridalaksana (2008: 245) yang dimaksud dengan transfiks (transfix) adalah afiks terbagi yang muncul tersebar dalam dasar: misalnya Ar.

a-a-a , a-i-a, a-u-a 'persona ketiga', jantan, perfektum, muncul dalam leksem k-t-b, sy-r-b; h-s-n, menjadi kataba 'ia menulis', syariba 'ia minum' hasuna 'ia bagus'.

Adapun beberapa contoh istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian transfiks antara lain sebagai berikut :

No. Transfiks

Contoh

1. a-a-a , , /’aqada/


(33)

/ajara/ (memberi upah)

2. a-i-a , ,

/dhamina/

(menjamin / menanggung)

/syarika/ (bersekutu/berserikat)

3. a-u-a , ,

/’adula/ (Berlaku adil)

/amuna/

(jujur/dapat dipercaya)

4. u-i-a , ,

/duriba/ (dipukul)

/fusikha/ (dibatalkan)

2.2 Sintaksis

Menurut Chaer (1994:206) sintaksis adalah membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain sebagai satuan ujaran.

Menurut Nasution (2006:124) dalam bahasa Arab pengaturan kata dalam kalimat, atau antar kalimat ( ) dalam klausa atau wacana merupakan kajian


(34)

Menurut El-Dahdah dalam Nasution (2006:124) /ilmu an-nahwu/ adalah

/yubhasu fi ahwāli awākhiri al-kalimāti i’rāban wa binā’, wa fi mauqi’I al-jumlatu/

“Mengkaji tentang akhiran kata baik berubah atau tidak serta menganalisis kata dalam kalimat”

Kridalaksana (2008:223) sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata.

Pada kajian bidang ilmu sintaksis penulis menggunakan teori Al-Gulayaini pada pembahasan /al-murakkabāt/. Gulayaini (1992:10) menyebutkan

/al-murakkabu/ adalah :

/al-murakkabu : qaulun muallafun min kalimataini aw aksar lifāidati, sawāun

akānat al-faidatu tammatan, mislu : an-najātu fi as-sidqi/

“ al-murakkabu : perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih, karena adanya faidah (dalam pembicaraan), baik faidah itu sempurna seperti : keselamatan itu terletak dalam kejujuran”.

Al-murakkab terbagi menjadi enam macam yaitu :

1. /murakkabu al-isnādī/ 2. /murakkabu al-idāfī/ 3. /murakkabu al-bayāni/ 4. /murakkabu al-‘atfi/ 5. /murakkabu al-mazajī/ 6. /murakkabu al-adadī /

Dari enam jenis murakkab di atas penulis hanya menemukan empat jenis

murakkab yang ada yang kaitannya dengan istilah bahasa Arab dalam perbankan

syariah yaitu /murakkabu al-isnādī/, /murakkabu

al-idāfī/, /murakkabu al-bayāni/, /murakkabu al-‘atfi/.


(35)

/al-isnādī hua al-hukmu bisyaiin ‘alā syaiin, kā al-hukmu ‘alā “zuhair” bi il-ijtihadi fīqaulika :zuhair mujtahid/

“isnad adalah menghukumi atas sesuatu dengan sesuatu yanglain. Seperti : menghukum atas diri Zuhair dengan rajin dalam ucapanmu: Zuahir adalah orang yang rajin”

Sesuatu yang untuk menghukum/mengenakan itu namanya musnad, dan sesuatu yang dihukumi/dikenakan dengan sesuatu itu namanya musnad ilaih. Maka yang dimaksud dengan musnad adalah sesuatu yang dengan kamu menghukumi atas sesuatu yang lain. Dan musnad ilaih adalah sesuatu yang kamu menghukumi atasnya, dengan sesuatu.

Contoh :

- /kafālatu bi an-nafsi/ “aqad memberikan jaminan atas diri ”

- /bai’u bi samanin ājilin/ “pembelian barang dengan pembayaran cicilan”

Pada contoh pertama istilah /kafālatu bi an-nafsi/ merupakan

bentuk yang tersusun dari unsur /mubtadā’/ dan /khabar/ yang terdiri dari kata /kafālatu/, harfu jar /ba/ dan /an-nafsu/, kata /kafālatu/ adalah /mubtadā’/, khabarnya menjadi /syibhu al-jumlah/ yang merupakan /jar wa majrūr/ pada kata /bi an-nafsi/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari /murakkabu al-isnādī/.

Pada contoh kedua istilah /bai’u bi samanin ājilin/ merupakan bentuk yang tersusun dari unsur /mubtadā’/ dan /khabar/ yang terdiri dari kata kata /bai’u/ harfu jar /ba/, /tsaman/ dan /ājilin/, kata /bai’u/ adalah /mubtadā’/, khabarnya menjadi /syibhu al-jumlah/ yang merupakan /jar wa majrūr/ pada kata /bitsaman/ sedangkan kata /ājilin/ merupakan /na’at majrūr/ dari kata /tsaman/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari /murakkabu al-isnādī/.


(36)

/murakkabu al-idāfī : mā tarkabu min al-mudāfun wa al-mudhafun ilaihi, mislu : “kitābu at-tilmīji”/

“murakkabu al-idāfī : kata yang tersusun dari mudhaf dan mudhafun

ilaihi. Seperti : Buku murid, cincin perak,”

Lafadz kata yang kedua dari contoh tersebut di atas adalah : bahwa sanya

kata itu di-jar-kan untuk selama-lamanya, sebagai mana contoh di atas. Contoh :

- /baitu al-māl/ “ rumah harta/bank” - /baitu at-ta’jīr/ “sewa guna usaha”

Istilah /baitu al-māl/, kata /baitu/ adalah /mudhāf/ sedangkan kata /al-māl/ merupakan /mudhāf ilaih/ sehingga bagian istilah ini merupakan bagian dari murakkabu al-idāfī,

Istilah /baitu at-ta’jīr/, kata /bai’u/ adalah adalah

/mudhāf/ sedangkan kata merupakan /mudhāf ilaih/ sehingga bagian istilah ini merupakan bagian dari murakkabu al-idāfī,

c. /murakkabu al-bayānī/ Ghulayaini (1992: 12)

/Murakkabu al-bayānī : kullu kalimataini kānat sāniatuhumā muwaddhatan

ma’nā al-ūlā. Wa hua salasatu aqsāmin : - murakkabu washfī :wa hua mā ta allafa min al shifati wa al-mausūf, mislu “fā ja at-tilmīja al-mujtahida”, “akramtu at-tilmīja al-mujtahida”. – murakkabu taukidī : mā ta allafa min

muakkidu wal muakkaidu minhu, mislu “jā’a al-qaumu kulluhum” , “ahsantu

al-qaumu kulluhum”. Murakkabu badalī : huwa mā ta allafu min badali wal


(37)

“Murakkabu al-bayānī :tiap dua kata, dimana kata yang kedua berfungsi sebagai penjelasan atau menerangkan makna kalimat yang pertama. terbagi menjadi tiga macam yaitu murakkabu washfī : adalah kata yang tersusun dari sifat dan yang disifati, seperti “beruntung murid yang bersungguh-sunggu”, “aku memuliakan murid yang rajin”. - murakkabu taukidī : kata yang tersusun dari muakkad (yang dikuatkan) dan muakkid (yang menguatkan), seperti “kaum itu sudah dating keseluruhannya”, “aku memuliakan kaum itu keseluruhannya”. Murakkabu badalī

: kata yang tersusun dari badal (kata pengganti) dan mubaddal minhu (yang

digantikannya), seperti : “Khalil telah tiba, yaitu saudara lelakimu” , “aku melihat Khalil, yaitu saudara lelakimu”

Contoh :

- /hawālatun muqayyadatun/ “pemindahan utang yang saling mengikat”

- /hawālatun mutlaqatun/ “pemindahan utang kepada yang berutang”

Pada contoh yang pertama istilah /hawālatun muqayyadatun/,

kata /hawālatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan /man’ūt/ yang /marfū’/, sedangkan kata sesudah /hawālatun/ tersebut yaitu kata /muqayyadatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi /na’at/. Oleh karena itu maka kata /muqayyadatun/ haruslah sesuai dengan

/man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /hawālatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya

dammah, maka kata /muqayyadatun/ juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinnga istilah ini merupakan bagian dari

/murakkab bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/.

Pada contoh yang kedua istilah /hawālatun mutlaqatun/, kata /hawālatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan /man’ūt/ yang

/marfū’/, sedangkan kata sesudah /hawālatun/ tersebut yaitu kata /muthlaqatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi /na’at/. Oleh karena itu maka kata /muthlaqatun/ haruslah sesuai dengan /man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /hawālatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya dammah, maka kata


(38)

juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinga istilah ini

merupakan bagian dari /murakkab bayāni ‘alā qismi

murakkab waşfi/.

d. /murakkabu al-‘athfi/ Ghulayaini (1992:12)

/murakkabu al-athfī : mā ta allaa min al-ma’thūfun wa al-ma’thūfun

ilaihi, bitawaşşuti harfu al-ma’thūf bainahumā, mislu : yanālu at

-tilmījatu al-hamda wa as-sinā’ /

“murakkabu al-athfī : kata yang tersusun dari ma’tuf (yang di ‘athafkan), dan ma’thuf ‘alaih (yang diathafi) dengan diselingi dengan huruf ‘athaf keduanya, seperti : “murid laki-laki dan perempuan mendapat pujian, dan sanjungan bila mereka tabah, dan bersungguh-sungguh dalam belajar”

Contoh :

- /ījābu wa al-qabūl/ “pernyataan melakukan ikatan”

- /ijāratu wa iqtinā’/ “akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa”

Pada contoh yang pertama istilah /ījābu wa al-qabūl/, kata /ījābu/ merupakan /ma’thuf ‘alaih/, huruf /waw/ adalah /harfu ’athaf/ sedangkan kata /qabūl/ /ma’thūf/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari /murakkabu al-‘athfi/.

Pada contoh yang kedua istilah /ijāratu wa iqtinā’/, kata /ijāratu/ merupakan /ma’ţuf ‘alaih/, huruf /waw/ adalah /harfu ’athaf/ sedangkan kata /iqtinā’/ /ma’ţūf/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari /murakkabu al-‘athfi/.


(39)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data representatif yang diperoleh dari Kamus Perbankan Syariah karya Isriani Hardini, S.S dan Muh.H.Giharto, peneliti membedakan istilah-istilah tersebut menjadi dua bagian yang sesuai dengan bidang ilmu yang akan dikaji yaitu morfologi dan sintaksis. Adapun istilah-istilah Perbankan Syariah tersebut antara lain sebagai berikut :

A. Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah melalui proses morfologi yaitu : a. Prefiks

1.

/muajjir/ “pemilik barang”

2.

/muflis/ “bangkrut”

3.

/

muhāl/ “pihak yang dialihkan piutangnya” 4.

/muqidh/ “pemberi pinjaman”

5.

/

musqā/ “bentuk yang lebih sederhana dari muzāra’ah, yaitu si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan”

6.

/muslam/ “pembeli”

7.

/muwakkil/ “yang memeberi kuasa”

8.

/musta’jir/ “penyewa”

9.

/

mustaşni’/ “pemesan”

b. Infiks

1. /’ādil/ "yang adil"

2.

/

fāsid/ “rusak”

3.

/

salām/ “penyerahan” 4.

/

şāni’/ “pekerja/buruh”

5.

/

wāqif/ “orang yang mewakafkan” 6.

/’

āmil/ “pekerja”


(40)

7.

/

rāhin/ “pihak yang menyerahkan barang jaminan” 8.

/

bātil/ “yang batil”

9.

/b

āi’/ “penjual”

10. /jawāj/ ”kebolehan bank meminta uang muka kepada nasabah dalam aqad jual beli”

11.

/

khiyār/ “pilihan”

12. /qirādh/ “pemberian modal untuk berdagang dengan memperoleh bagian laba”

13.

/

simsār/ “makelar” 14.

/

kafīl/ “penjamin”

15.

/

wadī’/ “yang menerima titipan”

16.

/

wakīl/ “mempercayakan menjadi wakil” 17.

/syari’ah/ “peraturan”

18. /wadī’ah/ “titipan murni dari satu pihak kepihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki” 19.

/

şukūk/ “surat berharga”

20.

/

buyū’/ “jual beli” 21.

/

’urbūn/ “uang muka” 22.

/’

āriyah/ “pinjaman”

23. amānah/ “dapat dipercaya”

24.

/

hawālah/ “pengalihan hutang”

25. /ijārah/ “aqad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pemabayaran upa sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri”

26.

/

iqālah/ “pembatalan

27. /ju’ālah/ “member imbalan atau bayaran kepada seseorang sesuai dengan jasa yang diberikan”


(41)

28.

/

kafālah/ “mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang kepada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin”

29. /wakālah/ “perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga/sesorang kepada pihak lain sebagai wakil dalam melaksanakan urusan tertentu”

c. Suffiks

1.

/

kufalā’/ “yang menjamin”

d. Konfiks

1.

/amw

āl/ “kekayaan”

2. /ihtikār/ “monopoli” 3.

/

iqtişād/ “ekonomi”

4.

/

istişnā’/ “meminta dibuatkan”

5.

/

mubī’/ “barang yang akan diperjual belikan” 6.

/

maisīr/ “sesuatu yang mengandung unsure judi” 7.

/

ma’jūr/ “barang atau obyek sewaan”

8.

/

makfūl/ “hak yang boleh diwakilkan kepada orang lain” 9.

/

marhūn/ “barang yang digadaikan”

10.

/

maşnū’/ “proyek atau usaha atau barang yang dipesan” 11. /mudārabah/ “aqad kerjasama antara pemilik modal dengan

orang yang ahli dalam mengelola uang perdagangan/usaha” 12.

/

mudārib/ “pengusaha”

13.

/

mudī’/ “orang yang menitipkan harta (nasabah)” 14.

/

muhīl/ “pihak yang melakukan pengalihan piutang”

15. /mukhābarah/ “kerjasama di bidang pertanian antara pemilik lahan dengan petani penggarap ”


(42)

17. /murābahah/ “akad jual-beli atas barang tertentu, di mana penjual menyebutkaan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/keuntungan dalam jumlah tertentu”

18.

/murtahin/ “yang menerima gadai”

19.

/

musāhamah/ “saling memeberikan saham/bagian”

20. /musyārakah/ “akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan”

21.

/

musytarī/ “pembeli”

22.

/

muzāra’ah/ “kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.”

23. /takāful/ “pertanggungan yang saling berbalasan atau salin menanggung”

24.

/

taukīlan/ “hal atau perkara yang diwakilkan” e. Tanpa Afiks

1.

/’aqad/ “perjanjian”

2.

/bai’/ “penjualan”

3.

/barakah/ “kebahagian”

4.

/dain/ “hutang”

5.

/faskh/ “membatalkan”

6.

/ghabn/ “penipuan dalam jual beli”

7.

/gharar/ “penjualan sesuatu yang tidak terang rupa dan sifatnya”

8.

/hisbah/ “menghitung”

9.

/

māl/ “harta”

10.

/nafaqah/ “”


(43)

12.

/nisbah/ “porsi pembagian”

13.

/qardh/ “pinjaman”

14.

/rahn/ “penyerahan barang/harta nasabah kepada bank sebagai jaminan atau gadai”

15.

/

ribā/ “kelebihan atau tambahan”

16.

/

ridhā/ “rela”

17.

/risywah/ “sogokan”

18.

/salaf/ “pinjaman tanpa bunga”

19.

/

şarf/ “penukaran mata uang dengan mata uang yang lain”

20.

/

şīghah/ “ucapan”

21.

/bai’/ “penjualan”

22.

/syirkah/ “perserikatan dagang”

23.

/saman/ “harga/nilai suatu barang”

24.

/ujrah/ “upah/gaji”

25.

/waqaf/ “sesuatu pemberian yang diberikan dengan ikhlas”

26.

/qīmah/ “nilai tukar suatu barang atau jasa yang diukur secara

kuantitatif dengan jumlah satuan barang atau uang”

B. Istilah-Istilah Bahasa Arab dalam Bank Syariah melalui proses sintaksis yaitu :

a.

/murakkabu al-

isnādī/

1.

/bai’atan fi bai’atin/ “harga ansur lebih tinggi dari pada

harga tunai”

2. /bai’u bidamanin ājilin/ “jual beli dengan pembayaran cicilan”

3. /ijāratu muntahiyyah bi at-tamlīk/ “sewa guna usaha”

4.

/

kafālatu bi an-nafsi/ “jaminan diri sendiri”


(44)

6.

/

kafālatu bi al-māl/ “jaminan harta”

7.

/

makfūl ‘anhu/ “orang yang dituntut atas jaminan” 8.

/

marhūn bihi/ “utang yang disebabkan pegadaian”

9.

/

dāribu fī al-māl/ “kerja sama dalam harta” 10.

/

ihtāla ‘alaihi bi ad-dain/ “pemindahan utang”

11. /muhālun ‘alaihi/ “orang yang bertanggung jawab untuk mengembalikan utang/piutang”

12.

/

muhālun bihi/ “objek pengalihan utang/piutang” 13.

/

muslam fīhi/ “barang yang dipesan”

14.

/muslam ilaihi/ “penjual”

15.

/

wakālatu fī al-bai’/ “mewakilkan dalam jual beli”

b. /murakkabu al-idāfī/

1.

/

bai’u al murābahah/ “jual beli dengan kesepakatan” 2.

/bai’u al-salam/ “jual beli pesanan umum”

3. /bai’u al-istişnā’/ “jual beli pesanan dengan pembayaran diawal”

4. /bai’u al-wafā/ “kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang”

5.

/bai’u at-

ta’jīr/ “sewa guna usaha” 6.

/baitu al-

māl/ “rumah harta / bank”

7.

/

hawālatu al-haq/ “pemindahan utang dengan hak”

8.

/

hawālatu ad-dīn/ “pemindahan utang”

9.

/qardu al-hasan/ “pinjaman untuk kebaikan”

10.

/

ribā al-qard/ “tambahan dari pinjaman”

11.

/

ribā al-jāhiliyyah/ “tambahan melebihi jangka waktu” 12.

/

ribā al-fadl/ “tambahan surplus”

13.

/

ribā an-nasīah/ “tambahan pembelian secara kredit”


(45)

15.

/

şāhibu al-māl/ “pemilik modal”

16.

/syirkatu al-amlak/ “persekutuan kepemilikan ”

17. /syirkatu al-‘uqūd/ “kerjasama antara dua orang atau lebih dengan kontrak atau perjanjian”

18. /syirkatu al-‘inān/ “kerjasama antara dua orang atau lebih yang setiap pihak memberikan kontribusi berupa dana keahlian dan tenaga akan tetapi porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja tidak harus sama dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan”

19.

/syirkatu al-

a’māl/ “Asosiasi pekerja/buruh”

20. /syirkatu al-abdān/ “kerja sama antara dua orang atau lebih yang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu”

21. /syirkatu al-wujūh/ “kerja sama antara dua orang atau lebih untuk memebeli sesuatu tanpa modal uang tapi hanya berdasarkan kepercayaan para penguasa dengan perjanjian yang disepakati”

22. /wadī’atu yadi ad-damānah/ “titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan dana atau barang yang dititipkan”

23. /wadī’atu al-amānah/ “titipan dimana si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut”

c. /murakkabu al-bayānī/

1.

/

hawālatu mutlaqah/ “pemindahan utang bebas” 2.

/

hawālatu muqayyadah/ “pemindahan utang terikat”


(46)

3. /kafālatu al-munjazah/ “jaminan yang tidak ada masa

waktu tertentu”

4.

/

kafālatu al-mu’allaqah/ “jaminan yang tidak terikat”

5.

/

mudāribu al-mu’allaqah/ “kerja sama dalam harta”

6.

/

mudāribu al-muqayyadah/ “kerja sama yang terikat”

7. /syirkatu al-mufāwadah/ “kerjasama antara dua orang atau lebih dimana setiap pihak memberikan kontribusi yang sama baik berupa dana, tenaga dan keahlian, sehingga porsi bagi hasil didistribusikan secara merata kepada setiap pihak”

8.

/

wakālatu mutlaqah/ “mewakilkan tanpa batasan” 9.

/

wakālatu miqayyadah/ “perwakilan yang terikat” 10.

/

wakālatu ‘ammah/ “perwakilan yang bersifat umum”

d. /murakkabu al-‘athfi/

1.

/baitu al-māl wa at-tamwīl/ “lembaga keuangan mikro yang operasionalnya berdasarkan syariah Islam dan bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil/golongan ekonomi lemah.”

2.

/

ījābu wa al-qabūl/ “serah terima”

3.

/

ijāratu wa iqtinā’/ “sewa guna usaha”


(47)

3.1. Proses Pembentukan Istilah Bahasa Arab yang Digunakan dalam Bank Syariah Ditinjau dari Segi Morfologi Pada Proses Afiksasi

a. Prefiks

Adapun beberapa istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian prefiks antara lain sebagai berikut :

-

/muflis/ ‘bangkrut’

-

/

musqā/ ‘yang diberi minum’ -

/muwakkil/ ‘pemberi kuasa’

-

/muslam/ ‘pembeli’

-

/

mustaşni’/ “pemesan”

Pada contoh yang pertama kata /muflis/ bentuk dasarnya adalah dengan pola /af’ala/ yaitu kata /aflasa/ yang merupakan fi’il şulāşī

mujarrad dengan kata /falasa/. Kemudian hamzah yang berada pada awal kata tersebut diganti dengan konsonan /mim/ yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga membentuk kata

/muflis/ berupa nomina pelaku (

/

isim fā’il/). Dengan demikian konsonan /mim/ merupakan prefiks pada kata

/muflis/ tersebut.

Pada contoh kedua kata

/

musqā/ bentuk dasarnya adalah

/

asqā/ dengan pola /af’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /saqiya/. Huruf hamzah diawal kata tersebut diganti dengan konsonan /mim/ (prefiks) yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat fathah sehingga membentuk kata /musqā/ dengan mengikuti


(48)

pola /muf’al/ berupa nomina yang menyatakan sesuau yang dikenai pekerjaan (

/

isim maf’ūl/).

Pada contoh ketiga kata /muwakkil/ bentuk dasarnya adalah kata /wakkala/ dengan pola /fa’’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /wakala/. Prefiks /mim/ yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga membentuk kata /muwakkil/ dengan mengikuti pola /mufa’’il/ yang merupakan nomina pelaku ( )

Pada contoh keempat kata /muslam/ bentuk dasarnya adalah /aslama/ dengan pola /af’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata . /salima/. Kemudian hamzah yang berada pada awal kata /aslama/diganti dengan konsonan

/mim/ yang berharkat dammah dan konsonan

ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat fathah sehinnga membentuk kata /muslam/ berupa nomina yang menyatakan sesuatu yang dikenai pekerjaan (

/isim maf’ūl/). Huruf /mim/ yang terdapat pada kata /muslam/ tersebut merupakan prefiks.

Pada contoh kelima kata /mustaşni’/ bentuk dasarnya adalah /istaşna’a/ dengan pola /istaf’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī

mujarrad dengan kata /şana’a/ . Hamzah yang berada pada awal kata /istaşna’a/ diganti dengan konsonan /mim/ yang berharkat dammah, dan konsonan kelima (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehinnga membentuk kata

/

mustaşni’/ berupa nomina pelaku (

/

isim fā’il/). Huruf

,

dan

/mim, sin dan ta/ yang terdapat pada kata

/mustaşni’/ tersebut merupakan prefiks. b. Infiks

Adapun beberapa istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian infiks antara lain sebagai berikut :


(49)

-

/

kafīlun/ ‘yang menjamin’ -

/

simsārun/ ‘makelar’ -

/di

mān/ “jaminan hutang”

- /ju’ālah/ “memberi imbalan atau bayaran kepada seseorang sesuai dengan jasa yang diberikan”

Pada contoh yang pertama kata /rāhinun/ bentuk dasarnya adalah /rāhana/ dengan pola /fā’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata

/rahana/. Kata

/rahana/ diberi infiks /alif/,dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga menjadi /rāhinun/dengan mengikuti pola /fā’ilun/. Kemudian infiks ini membentuk nomina pelaku

/

isim fā’il/.

Pada contoh kedua kata /kafīlun/, kata dasarnya adalah /kafula/ yang yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafala/. Kemudian kata /kafula/ dengan pola /fa’ula/ diberi infiks /ya/ dengan mengikuti pola

/

fa’īl/ sehingga menjadi

/

kafīlun/ yang merupakan bagian dari

/

şifatu al-musyabbahah/.

Pada contoh ketiga kata /simsārun/, kata dasarnya adalah

/samsara/ yang merupakan /rubā’ī mujarrad/ dengan pola /fa’lala/. Kata

/samsara/ diberi infiks

/alif/ sehingga menjadi

/simsārun/dengan mengikuti pola /fi’lāl/. Kemudian infiks ini membentuk

masdar.

Pada contoh yang keempat kata /dimān/, bentuk dasarnya adalah /dāmana/ dengan pola /fā’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /damana/. Kata /damana/ diberi infiks /alif/,dan konsonan kedua diberi harkat fathah sehingga menjadi

/

dimān/ Kemudian infiks ini membentuk masdar.

Pada contoh yang kelima /ju’ālah/, bentuk dasarnya adalah /jā’ala/ dengan pola /fā’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan


(50)

kata /ja’ala/. Kata /ja’ala/ diberi infiks /alif/,dan konsonan kedua diberi harkat fathah sehingga menjadi /ju’ālah/. Kemudian infiks ini membentuk masdar.

c. Suffiks

Adapun istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian suffiks hanya terdapat dua contoh yaitu:

-

/

kufalā’/ “yang menjamin”

Pada contoh yang pertama kata /kufalā’/ merupakan bentuk jama’ dari kata /kafīlun/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafula/. Kata /kafula/ dengan pola /fa’ula/ diberi suffiks /alif/ dan /hamzah/ sehingga menjadi /kufalā’/ dengan mengikuti pola /fu’alā’/ yang merupakan bagian dari

/

şifatu al-musyabbahah/.

d. Konfiks

Adapun beberapa istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian konfiks antara lain sebagai berikut :

- /takāful/ “pertanggungan yang saling berbalasan atau salin menanggung”

-

/

musāhamah/ “saling memeberikan saham/bagian” -

/

marhūn/ “barang yang digadaikan”

-

/murtahin/ “yang menerima gadai”

-

/

istişnā’/ “meminta dibuatkan”


(51)

-

/

musytarī/ “pembeli”

Pada contoh yang pertama kata /takāful/, bentuk dasarnya adalah /takāfala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafala/. Kata /kafala/ mendapat konfiks /ta/ dan /alif/ sehingga menjadi /takāful/ dengan mengikuti pola /tafā’ula/. Kemudian konfiks ini membentuk masdar.

Pada contoh yang kedua kata /musāhamah/, bentuk adasarnya adalah kata /tasāhama/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata

/sahama/. Kemudian kata /sahama/ mendapat konfiks /mim/ dan /alif/,

sehingga menjadi

/musāhamah/ dengan mengikuti pola /mufā’alatu/ dan konfiks tersebut membentuk masdar.

Pada contoh yang ketiga kata /marhūn/, kata /marhūn/ merupakan isim musytaq dari isim maf’ūl yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /rahana/. Kata /rahana/ mendapat konfiks /mim/ dan /waw/ sehingga menjadi /marhūn/ dengan mengikuti pola /maf’ūl/ berupa nomina yang menyatakan sesuatu yang dikenai pekerjaan (

/isim

maf’ūl/).

Pada contoh yang keempat kata

/murtahin/, bentuk dasarnya adalah

/irtahana/ yang merupakan

fi’il şulāşī mujarrad dengan kata

/rahana/.

Kata / mendapat konfiks /mim/ dan /ta/ sehingga menjadi /murtahin/ dengan mengikuti pola /mufta’il/ berupa nomina pelaku (

/

isim fā’il/). .

Pada contoh yang kelima kata /istişnā’/, bentuk dasarnya adalah yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata dasarnya adalah /şana’a/. Kata

/

şana’a/ mendapat konfiks

/hamzah, ta, alif/ sehingga

membentuk kata /istişnā’/ dengan mengikuti pola /istif’āl/, kemudian konfiks tersebut membentuk masdar.


(52)

Pada contoh yang keenam kata /taukīlan/, bentuk dasarnya adalah

/wakkala/ yang merupakan

fi’il şulāşī mujarrad dengan kata dasarnya adalah

/wakala/. Kata

/wakala/ mendapat konfiks

/ta, ya, alif/ sehingga

membentuk kata /taukīlan/, kemudian konfiks tersebut membentuk

masdar.

Pada contoh yang ketujuh kata /musytarī/, bentuk dasarnya adalah

/

isytarā/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata dasarnya adalah

/syarā/. Kata /syarā/ mendapat konfiks dan /mim dan ta/ sehingga membentuk kata /musytarī/ dengan mengikuti pola /mufta’il/ berupa nomina pelaku (

/

isim fā’il/)

e. Transfiks

Adapun beberapa contoh istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian transfiks antara lain sebagai berikut :

No. Transfiks Contoh

1. a-a-a , ,

/’aqada/ (mengikat)

/ajara/ (memberi upah)

2. a-i-a , ,

/dhamina/

(menjamin / menanggung)

/syarika/ (bersekutu/berserikat)

3. a-u-a , ,

/’adula/ (Berlaku adil)


(53)

/amuna/

(jujur/dapat dipercaya)

4. u-i-a

,

,

/duriba/ (dipukul)

/fusikha/ (dibatalkan)

Dari enam jenis afiksasi penulis hanya menemukan lima jenis afiksasi yang ada kaitannya dengan istilah bahasa Arab dalam bank syariah yaitu prefiks , infiks , suffiks, konfiks dan proses interfiks belum dapat ditemukan.

3.2 Proses Pembentukan Istilah Bahasa Arab yang Digunakan dalam Bank `Syariah Ditinjau dari segi Sintaksis

7.

/murakkabu al-isnādī/

Adapun beberapa istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian

/murakkabu al-

isnādī/ antara lain sebagai berikut :

-

/

kafālatu bi an-nafsi/ “aqad memberikan jaminan atas diri ”

- /bai’u bi samanin ājilin/ “pembelian barang dengan pembayaran cicilan”

-

/

dāribu fī al-māl/ “kerja sama dalam harta” -

/

makfūl ‘anhu/ “orang yang dituntut atas jaminan”

-

/

ijāratu muntahiyyah bi at-tamlīk/ “sewa guna usaha”

Pada contoh pertama istilah /kafālatu bi an-nafsi/ terdiri dari

kata

/

kafālatu/, harfu jar /ba/ dan /an-nafsu/, kata /kafālatu/ adalah /mubtadā’/, khabarnya menjadi /syibhu al-jumlah/ yang


(1)

maka kata juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinnga

istilah ini merupakan bagian dari /murakkab

bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/.

Pada contoh yang ketiga istilah /kafālatun al-munjazatun/, kata

/

kafālatu/ bentuk masdar yang merupakan

/

man’ūt/ yang

/marfū’/, sedangkan kata sesudah kata kata /kafālatu/ tersebut yaitu kata /al-munjazatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi /na’at/. Oleh karena itu maka kata

/al-munjazatun/ haruslah sesuai dengan

/man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /kafālatu/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya dammah, maka kata /al-munjazatun/ juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinnga istilah ini merupakan bagian dari

/

murakkab bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/.

Pada contoh yang keempat istilah /syirkatun

al-mufāwadatun/, kata /syirkatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan /man’ūt/ yang /marfū’/, sedangkan kata sesudah kata /syirkatun/ tersebut yaitu kata /al-mufāwadatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi /na’at/. Oleh karena itu maka kata

/al-mufāwadatun/ haruslah sesuai dengan /man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /syirkatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya dammah, maka kata

/al-mufāwadatun/ juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinnga

istilah ini merupakan bagian dari /murakkab

bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/.

Pada contoh yang kelima istilah /wakālatun miqayyadatun/, kata /wakālatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan /man’ūt/ yang

/

marfū’/, sedangkan kata sesudah kata /wakālatun/ tersebut yaitu kata /muqayyadatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi


(2)

/na’at/. Oleh karena itu maka kata /muqayyadatun/ haruslah sesuai dengan /man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /wakālatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya dammah, maka kata /muqayyadatun/ juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinnga istilah ini merupakan bagian dari

/

murakkab bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/.

10.

/murakkabu al-‘atfi/

-

/

ījābu wa al-qabūl/ “pernyataan melakukan ikatan”

- /ijāratu wa iqtinā’/ “akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa”

Pada contoh yang pertama Istilah /ījābu wa al-qabūl/, kata /ījābu/ merupakan /ma’ţuf ‘alaih/, huruf /waw/ adalah

/harfu ’athaf/ sedangkan kata /qabūl/ /ma’ţūf/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari

/murakkabu al-‘athfi/.

Pada contoh yang kedua istilah /ijāratu wa iqtinā’/, kata

/

ijāratu/ merupakan

/ma’

ţuf ‘alaih/, huruf

/waw/ adalah

/harfu ’athaf/ sedangkan kata

/

iqtinā’/

/ma’

ţūf/ sehingga istilah ini merupakan bagian dari

/murakkabu al-‘athfi/.

Dari enam jenis murakkab penulis hanya menemukan empat jenis murakkab yang ada kaitannya dengan istilah bahasa Arab dalam bank syariah yaitu /murakkabu al-isnādī/, /murakkabu al-idāfī/,

/murakkabu al-bayāni/, /murakkabu al-‘atfi/. Sedangkan

/murakkabu al-

mazajī/ dan

/murakkabu


(3)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Terdapat dua pembahasan dalam penelitian ini, yaitu afiksasi secara morfologi dan murakkab pada sintaksis. Adapun afiksasi secara morfologi yang diteliti terdiri dari enam bagian yaitu yaitu prefiks, infiks, suffiks, konfiks, interfiks dan transfiks. Sedangkan murakkab pada sintaksis yang akan diteliti terdiri dari enam bagian yaitu yaitu /murakkabu al-isnādī/, /murakkabu al-idāfī/, /murakkabu

al-bayānī/, /murakkabu al-athfī/, /murakkabu al-mazaji/ dan /murakkabu al-‘adadī/.

2. Berdasarkan teori chaer, Kridalaksana, dan Al-Gulayaini hasil dari penelitian dalam Kamus Perbankan Syariah adalah :

- Pada proses afiksasi terdapat 65 istilah perbankan syariah yang dikelompokkkan kedalam enam jenis proses afiksasi yaitu prefiks 9 istilah, infiks 29, suffiks 1 istilah, konfiks 24 istilah, serta transfiks, tanpa afiks 26 istilah, dan sedangkan proses interfiks belum dapat ditemuka n.

- Sedangkan pada proses sintaksis terdapat 51 istilah perbankan syariah yang dikelompokkan kedalam enam jenis /al-murakkabāt/ yaitu /murakkabu al-isnādī/ 15 istilah, /murakkabu al-idāfī/ 20 istilah , /murakkabu al-bayānī/ 10 istilah ,

/murakkabu al-aţfī/ 3 istilah, sedangkan /murakkabu al-mazaji/ dan /murakkabu al-‘adadī/ bulum ditemukan.


(4)

4.2 Saran

Penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui dan lebih memahami tentang istilah bank syariah dalam Kamus Perbankan Syariah sehingga dapat menjadi kontribusi yang positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan pembaca . Penulis juga mengharapkan agar para mahasiswa Program Studi Sastra Arab ini dapat mengkaji tentang Istilah Bank Syariah dari sudut ilmu yang lain seperti bidang ilmu semantik karena makna tersirat pada istilah bank syariah cukup banyak.

Selain itu hendaknya istilah-istilah ini dapat dipublikasikan kepada khalayak umum untuk membantu masyarakat dalam memahami istilah-istilah bahasa Arab dalam bank syariah sehingga nantinya lebih mudah dan faham dalam bertransaksi berdasarkan prinsip syariah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al Atsari, Abu Hasan. 2006. Kamus Al Mufid Version 1.0

Arsyad, Azhar.2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, ,Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdhor. 1999. Kamus Kontemporer Arab Indonesia

Al-‘Ashri. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.

AlKhuli, Ali. 1982. A Dictionari of Theoretical Linguistics (English-Arabic) with an Arabic-English Glossary. Beirut: Maktabah Lubnan

Bisri Adib, Munawir,AF. 1999. Al-Bisri Kamus Indonesia-Arab, Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

___________.2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Jakarta: Karya Insan Indonesia (Karindo)

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik, Rancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco

Gulayaini, Mustafa. 1987. Jamī`u Ad-Durūsi al-`Arābiyyah. Beirut: al-Maktabah al-`Asriyyah.

_______. 1992. Terjemah Jamī`u Ad-Durūsi al-`Arābiyyah Jld. 1-3. Beirut: al-Maktabah al-`Asriyyah. Pent. Moh. Zuhri, dkk


(6)

Hardini Isriani, Muh. H. Giharto. 2007. Kamus Perbankan Syariah. Bandung: Penerbit Marja

Karim, Adiwarman Azwar.2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi III. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Laksamana, Yusak. 2009. Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah. Jakarta : PT. Gramedia

Nasution, Sakholid.2006. Pengantar Linguistik (Analisis Teori-Teori Linguistik Umum Dalam Bahasa Arab). Medan : Nara Press

Pratama, Andi.2009. Proses Morfemis Dalam Bahasa Arab, (Tesis). Medan: t.p Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sulkarni,.1999. Syawazil-Lughah Al-‘Arabiyah fī Isti’māli Asmā Aş -şifah Al

-Musytaqqah “Inda Abbas Abu Sa’ud fī Azāhir Al-Fushā”,(Skripsi). Medan. Universitas Sumatera Utara

UU RI No.21 Tahun 2008, Undang-Undang Perbankan Syariah 2008. Jakarta : Sinar grafika

Wibowo, Edi dan Untung Hendy Widodo. 2005. Mengapa memilih Bank Syariah?. Bogor:Ghalia Indonesia