menolak mereka dan itu tentu saja cukup merepotkan bahakan mengganggu beliau.
Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengadakan pembicaraan khusus dengan rasul, maka hendaklah
kamu memberikan beberapa saat – sebelum pembicaraan khusus kamu itu –
sedekah untuk fakir miskin baik melalui beliau maupun memberinya secara langsung Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kehidupan beragama kamu
dan lebih suci untuk jiwa kamu, karena sedekah membersihkan jiwa dan harta; jika kamu tidak memperoleh apa yang dapat kamu sedekahkan, maka
Allah tidak akan membertakan kamu, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majlis itu atau
mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majlis itu. Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada satu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang
yang menghadiri suatu majlis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling
bertenggang rasa. Bagi yang terlebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau
mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat
duduk.
C. Kesimpulan Para Ahli Tentang Surah al-Mujadallah ayat 11-12
Dari ayat yang telah dijelaskan diatas maka dapat diketahui tiga hal sebagai berikut:
a. Para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di
majelis Rasulullah dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu
terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
b. Perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada
di majelis tidak saling berdesakkan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan karena cara demikian dapat menimbulkan
keakraban di antara sesame orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah saw.
c. Pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah
yang ingin menuju pintu kebaikkan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikkan di dunia dan di akhirat. Singkatnya
ayat diatas berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan
kepada setiap orang Islam . atas dasar inilah Rasulullah menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama ahamba
tersebut selalu menolong sesama saudaranya. d.
Mengagungkan Rasul dan mengagungkan pembicaraan dengan beliau sebab sesuatu itu bila diperoleh melalui kesulitan akan menjadi besar
sedangkan bila sesuatu itu diperoleh dengan mudah maka sesuatu itu tidak mempunyai kedudukan dan tempat.
e. Manfaat yang besar bagi orang-orang yang fakir dengan adanya
sedekah-sedekah yang diberikan sebelum berbicara dengan beliau. f.
Untuk membedakan orang-orang munafik yang mencintai harta dan yang menginginkan kesenangan duniawi dari orang-orang mukmin
yang benar-benar beriman dan menginginkan akhirat serta nikmat abadi yang ada di sisi Allah.
Kata
سل جم
majalis adalah bentuk jamak dari kata
سلجم
majlis. Pada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi
Muhammad saw. Memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud disini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri,
atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati
atau yang lemah. Seorang tua non-muslim sekalipun jika anda- wahai yang muda- duduk di bus atau kereta, sedang dia tidak mendapat tempat duduk, adalah wajar
dan beradab jika anda berdiri dan memberinya tempat duduk. Al-Qhurthubi
menulis bahwa
―bisa saja seseorang mengirim pembantunya ke masjid untuk mengambilkan untuknya tempat duduk, asal sang
pembantu berdiri meninggalkan tempat itu ketika yang mengutusnya datang dan duduk. Di sisi lain, tidak diperkenankan meletakan sajdah atau semacamnya un
tuk menghalangi orang lain duduk ditempat itu ‖.
82
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat
– derajat, yakni yang lebih tinggi dari pada yang sekadar beriman. Tidak disebutnya
kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang di milikinya itulah yang beperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya. Bukan
akibat dari faktor di luar ilmu itu. Tentu saja, yang dimaksud dengan
ملعلا اوتوأ يذّلا
allazina utu al-ilm yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka
dengan pengetahuan. Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh dan yang
kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya,
tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.
Ilmu yang dimaksud ayat diatas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS. Fathir [35]: 27-28, Allah kian banyak
menguraikan makhluk Ilahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: Yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hamba-Nya
hanyalah ulama. Ini menunjukan bahwa ilmu dalam pandangan Al Qur‘an bukan
82
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka AZZAM, 2009.
hanya ilmu agama. Disisi lain, itu juga menunjukan bahwa ilmu harusah menghasilkan khasyyah, yakni rasa kagum dan takut kepada Allah, yang pada
gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rasul saw. Sering kali
berdoa:―Allahumma inni a‘udzu bika min ‗ilmin la yafna‘ Aku berlindung kepada-
Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat‖.
D. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG