Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al- Qur‘an. Akibatnya banyak bentuk penyimpangan dari nilai-nilai al- Qur‘an yang terjadi pada setiap lapisan masyarakat. selain itu minimnya pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai al- Qur‘an juga menjadi faktor yang sangat penting dalam penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Padahal jika kita melihat kebelakang bangsa Indonesia dulunya adalah bangsa yang penuh dengan segala macam ilmu pengetahuan dan memiliki nilai matabat yang luhur dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain namun bangsa yang memiliki pribadi yang luhur itu sudah tenggelam entah kemana dan bangsa Indonesia yang sekarang bukanlah bangsa Indonesia yang dulu sebab sudah banyak atribut jelek yang melekat pada bangsa ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nurchaili dalam jurnalnya : Bangsa Indonesia berada pada titik nadir akan kehilangan jati dirinya, peradaban bangsa yang luhur telah tenggelam entah kemana. Bangsa yang dulunya terkenal dengan peradabannya yang tinggi, kini tergantikan dan terkenal dengan bangsa yang korup, bangsa yang tidak memiliki keperibadian, bangsa yang kacau, bangsa yang jorok, bodoh, anarkis dan banyak atribut jelek lainnya yang kini melekat pada bangsa ini. Menyadari hal ini semua kita terperangah, dan mulai melihat kiri kanan mencari alasan dan penyebab semua kekacauan ini. Siapa yang salah dan siapa yang harus dipersalahkan. Sorotan terbersar tertuju pada sistem pendidikan nasional. Berbagai pendapat dan kritik mulai terlontar. Sistem pendidikan nasional dengan guru sebagai ujung tombaknya dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap kekacauan ini. Padahal jika kita simak visi dan misi pendidikan Indonesia dalam UUD 1945, semua telah dituangkan dengan cukup bijak 1 . Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa jati diri serta peradaban bangsa Indonesia yang luhur tidak boleh hilang dengan sikap masyarakat yang acuh tak acuh pada kemerosotan akhlak yang terjadi. Sudah saatnya bangsa ini harus mulai bangkit dan mulai membenahi diri bukan saling menyalahkan satu pihak ke pihak yang lain. Bangsa ini membutuhkan pertolongan dari semua pihak baik dari lembaga pemerintahan ataupun lembaga pendidikan. Nuchaili me ngatakan ―Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa 2 .‖ Nurchaili dalam bukunya mengatakan ―Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan yang terpenting dimana kejujuran, kebenaran dan keadilan merupakan sifat-sifat terpenting dalam agama. ‖ 3 Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa untuk membangun mental serta akhlak yang mulia itu harus mengerti tentang pendidikan agama sebab apa yang terkandung dalam pendidikan agama adalah sifat dasar dari segala apa yang dibutuhkan bangsa ini. Ketika umat Islam menjauhi al- Qur‘an atau sekedar menjadikan al- Qur‘an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah pasti al-Qur‘an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar islamlah yang yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat 1 Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010, h. 233-234. 2 Ibid. 3 Ibid. mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat islamlah yang seharusnya memegang semangat al- Qur‘an. 4 Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al- Qur‘an. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman al- Qur‘an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat didalamnya. 5 Sangat memperihatinkan bahwa kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada kalangan muda, tetapi juga terhadap orang dewasa, bahkan orang tua. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, berjudi, durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut, diantaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik. 6 Pendidikan akhlak menurut al- Qur‘an adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman akhlak mulia yang merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perubahan yang direalisasikan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup yang meliputi : tingkah laku yang baik, cara berfikir yang baik dan bersikap baik yang dapat menjadikan manusia sempurna. 4 Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al- Qur‟an, Bandung : Mizan, 1999, Cet. IV, h. 21 5 Abdulloh Husaeri, ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur‘an: Kajian Tafsir Tentang Surat al-Hujurat ayat 11- 13,‖ Skripsi pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h. 13, tidak dipublikasikan. 6 Ibid. Pendidikan karakter akhlak dalam Islam sudah tertulis jelas didalam al-Quran surat Al-Qalam ayat 4: …    ملقلا 86 : 4 ―Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Demikian pula misi utama diutusnya Rasulullah shallallahu ‗alaihi was sallam adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana dalam al- Qur‘an surah al- Ahzab ayat 21 :                  بازحاا : 33 21 ―Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. ” Menurut Nurchaili dalam karyanya mengatakan ―Timbulnya pendidikan akhlak, bersamaan dengan timbulnya kehidupan manusia dan berbagai persoalan mana yang baik dan mana yang buruk bagi tiap orang, walaupun dengan penilaian akal yang sederhana sekalipun pada dasarnya semua ini adalah untuk mengatur tata ke hidupan manusia‖ 7 . Akhlak Merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama. Dengan kata lain, apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW : 7 Syahminan Zaini, Tinjauan Analisis Tentang Iman, Islam dan Amal, Jakarta: Kalam Mulia, 1984, cet 1, h. 3. َا : ملسو يلع ها ىلص ِها ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق َُْع ُها َيِضَر َةَرْ يَرُ يِبَأ ْنَع ْعِبَي َاَو اوُرَ باَدَت َاَو اوُضَغاَبَ ت َاَو اوُشَجاََ ت َاَو اوُدَساَحَت َداَبِع اوُنْوُكَو ٍضْعَ ب ِعْيَ ب ىَلَع ْمُكُضْعَ ب َوْق تلا . ُُرِقْحَي َاَو ُُبِذْكَي َاَو ُُلُذْخَي َاَو ُُمِلْظَيَا ِمِلْسُمْلا وُخَأ ُمِلْسُمْلا . ًاناَوْخِإ ِها اَُهَ ى – ٍتارَم َثَاَث ِِرْدَص ىَلِإ ُرْ يِشُيَو – لا َنِم ٍئِرْما ِبَسَحِب لُك ،َمِلْسُمْلا ُاَخَأ َرِقْحَي ْنَأ ِرش ُُضْرِعَو ُُلاَمَو ُُمَد ٌماَرَح ِمِلْسُمْلا ىَلَع ِمِلْسُمْلا . ]ملسم هاور[ 8 “Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shallallahu „alaihi was sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, dia tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. Riwayat Muslim” Dari hadits diatas dapat penulis ambil sebuah kesimpulan bahwa akhlak suatu bangsa akan hancur apabila diantara kita saling membenci, menipu, dendam dan memutuskan hubungan silahturahmi. Oleh karena itu dalam membentuk pendidikan akhlak yang berkualitas sebaiknya dalam suatu bangsa tidak terlepas dari peran pentingnya sosok generasi yang biasa kita sebut dengan remaja. Oleh karena itu keagamaan dari sudut pandang remaja ini perlu diperhatikan pula. Identitas keagamaan remaja adalah sikap yang diwujudkan dengan pengalaman sepenuhnya terhadap ajaran agamanya, dalam hal ini adalah ajaran Allah SWT, dan Rasul-Nya. 8 Maktabah Shamela Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Zakiah Da radjat, bahwa ―Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya ‖ 9 . Jadi remaja yang ideal dalam hal sikap keagamaannya adalah remaja yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membentuk generasi muda yang ideal dan militant bukan suatu hal yang sulit apabila semua aspek bergabung saling menopang satu sama lainnya, antara lingkungan keluarga yang harmonis, pergaulan yang baik dan bersifat agamis serta pemerintah memberi fasilitas kegiatan yang positif. Menurut Abuddin Nata, ―Jika ada suatu penyimpangan akhlak seperti masalah kekerasan, hal demikian dinilai sebagai perbuatan perbuatan haram yang harus diberantas. Padahal dengan diberantasnya masalah tersebut belum tentu dapat mengatasi masalah terkait dengan keimanan yang tipis, kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sempitnya lapangan kerja‖ 10 . Pendidikan akhlak sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia yang dengan kualitas iman dan taqwa diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani. 11 Menurut Ismail ―Disinilah letak pentingnya pendidikan akhlak, yaitu dalam merumuskan pendidikan agar selalu berada dalam jalur yang benar dan selalu dalam orientasi yang lebih baik. Dengan ini nilai-nilai Islam dapat 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 17 10 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 1-5. 11 Ismail, Aktualisasi Akhlak Dalam Mencapai Humanisme-Pluralis, Pamekasan: Tadris Jurnal Pnedidikan Islam, 2009 , h. 192 teraktualisasikan dalam pendidikan dan terciptalah mayarakat yang humanis bermoral‖ 12 . Oleh Karena itu, dalam pelaksanaannya guru agama dituntut untuk mampu mengorientasikan pendidikan akhlak bukan hanya bagaimana agar anak didik itu menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, Tetapi juga harus mampu mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, dan mampu berhubungan dengan sesama teman, orang tua, guru dan lingkungannya dengan baik. Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk Skripsi dengan judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAH AL- MUJADALAH AYAT 11- 12”.

B. Identifikasi Masalah