Income Over Feed Cost IOFC

memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha Soekartawi 1995. Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Pada perlakuan R dengan rata-rata keuntungan sebesar 2.718 dan R 4 dengan rata-rata 4.108. Dari hasil yang diperoleh perlakuan R 4 Tabel 19. Keuntungan laba rugi tiap perlakuan Rpekor memiliki keuntungan terbesar dengan pemakaian bungkil inti sawit yang diberi hemicell sebanyak 20, karena harga ransum pada level ini jauh lebih murah dibandingkan pada level yang lain. Penelitian itik raja yang dilakukan selama 49 hari memberikan keuntungan. Berikut dapat dilihat keuntungan laba rugi pada Tabel 19. Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 R 3.045 2.295 2.996 2.537 10.874 2.718 R 2.816 1 3.085 2.873 2.212 10.986 2.746 R 3.176 2 2.715 3.214 3.455 12.560 3.140 R 3.511 3 3.240 3.992 3.772 14.515 3.629 R 3.874 4 5.088 3.665 3.807 16.434 4.108 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekorunit percobaan

3.2. Income Over Feed Cost IOFC

Income Over Feed Cost IOFC adalah selisih dari total pendapatan usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. Dan Income Over feed Cost selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 20 Universitas Sumatera Utara Tabel 20. Income Over Feed Cost IOFC tiap perlakuan Rpekor Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 R 8.031 7.280 7.982 7.523 30.816 7.704 R 7.802 1 8.070 7.858 7.198 30.928 7.732 R 8.161 2 7.700 8.199 8.440 32.502 8.125 R 8.496 3 8.226 8.978 8.758 34.457 8.614 R 8.859 4 10.073 8.651 8.792 36.376 9.094 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekorunit percobaan Berdasarkan tabel diatas diperoleh rataan IOFC pada perlakuan R 4 sebesar Rp 9.094, rataan IOFC pada perlakuan R 3 sebesar Rp 8.614, rataan IOFC pada perlakuan R 2 sebesar Rp 8.125, rataan IOFC pada perlakuan R 1 sebesar Rp 7.732 serta rataan IOFC pada perlakuan R Berdasarkan data diatas maka rataan IOFC yang tertinggi didapat pada perlakuan R sebesar Rp 7.704. 4 Analisis BenefitCost Ratio BC Ratio sebesar Rp. 9.094 sehingga memberikan keuntungan. Analisis BC Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak. Dan BC Ratio selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 21 Tabel 21. BC ratio tiap perlakuan Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 R 1.14 1.10 1.14 1.12 4.50 1.12 R 1.13 1 1.14 1.13 1.10 4.50 1.12 R 1.15 2 1.12 1.15 1.17 4.59 1.15 R 1.17 3 1.15 1.20 1.18 4.70 1.18 R 1.19 4 1.26 1.18 1.19 4.82 1.20 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekorunit percobaan BC ratio yang diperoleh analisis usaha itik pedaging mojosari alabio umur 0-7 minggu menggunakan bungkil inti sawit yang diberi hemicell pada ransum itik raja layak untuk dilanjutkan karena rataan dari semua perlakuan memiliki hasil rataan sebesar 1.16 BC 1. Dengan nilai rataan BC ratio tertinggi terdapat pada Universitas Sumatera Utara perlakuan R 4 yaitu sebesar 1.20 dan nilai rataan BC ratio terendah diperoleh pada perlakuan R dan R 1 sebesar 1.12. BC ratio tertinggi terdapat pada perlakuan R 4 Semakin besar nilai BC ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai BC ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Sesuai dengan pernyataan Kadariah 1987 yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak apabila total biaya pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan total biaya pemasukan. dapat meberikan keuntungan karena semakin tinggi BC ratio akan memberikan keuntungan dan semakin kecil BC ratio maka keuntungan akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karo – karo et al 1995 bahwa suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai BC ratio diatas 1 1.

3.3. Rekapitulasi Hasil Penelitian