Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media Communicating With Media. 1 Televisi adalah paduan radio broadcast dan film moving picture. Penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak dengan unsur-unsur radio dapat didengar. Tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada gambar. 2 Bahwa televisi untuk kita adalah sebagai jendela dunia. Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita. Hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses berlajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat situasi yang tidak setiap orang bertemu, mengunjungi atau mempunyai pengalaman. 3 Seperti ungkapan seorang pakar dan peneliti televisi di Amerika Serikat: “Televisi adalah agama konfensional, khutbahnya di dengar dan disajikan oleh 1 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Wacana Ilmu, Jakarta, 1999. 2 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Yogayakarta, Tesis, 1998, hal.3. 3 Ibnu Adam, Respon Masyarakat Terhadap Program Bulan Ramadhan 2002 di RDTI TV UIN , Jakarta. 1 jemaahnya yang lebih besar dari agama manapun. Rumah ibadah terbesar diseluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya tata cara dalam acara keagamaan 4 diikuti dengan penuh kekhidmatan dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan mempengaruhi alam bawah sadar manusia melebihi ibadah agama-agama yang pernah ada. 5 Munculnya media televisi dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Khusus keunggulan ketimbang media massa lainnya. Linda Poernomo Puteh menggambarkan bahwa efek dari acara televisi dapat menimbulkan tiga hal: 1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 2. Acara televisi dapat menguatkan nila-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat. 6 Secara kontekstual, kalau kita kaji secara mendalam, selain sinetron ini mengandung nilai budaya, yaitu Budaya Betawi dan Budaya Jawa, yaitu Tegal, juga mengandung tauladan-tauladan atau contoh-contoh baik yang patut di contohditiru. Nilai tauladan-tauladan yang terkandung dalam sinetron ini, yaitu 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka 5 Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Bandung, Mizan, 1992, cet. IV, hal. 53 6 Linda Poernomo, Peranan Media Massa Dalam Dakwah di Era Reformasi, Seminar Sehari, cat. Makalah, 1998. dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana, mudah dimengerti untuk semua umur, bahasa yang biasa kita dengar familiar. Karena komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang aktif antara komunikator dengan komunikannya. Artinya komunikasi aktif yaitu, komunikan mengerti dengan apa yang disampaikan oleh komunikatornya. Selain itu, seperti sinetron-sinetron anak lainnya, sinetron ini juga disisipkan canda tawaguyonan dari para aktornya. Suatu riwayat dari Zaid bin Aslam ra. Bahwasanya Nabi SAW. Bersabda: Artinya: Aku dan orang yang memelihara anak yatim yang muslim di surga seperti dua jari-jari ini; beliau merapatkan dua jari-jarinya. Kemudian dari Abu ‘Imran Al-Jauni dari Abu Khalil dimana ia berkata: “Dalam kisah Nabi Dawud as. Saya membaca bahwa beliau bersabda: ی + , - . 0ﻡ 2 3 ﻡ45 6 ﺱ ﻡ 2 , ﻡ 85 95 Artinya: Wahai Tuhanku, apakah balasan orang yang diserahi anak yatim dan janda yang karena mencarai keridhaanMu?. Allah berfirman: balasan adalah bahwa Aku akan menaunginya di bawah naunganKu ‘arasyKu pada hari tidak ada naungan kecuali naunganKu. Dalam hal mengasuh anak yatim merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Telah disinggung dalam surat Ad-Dhuha: 9: Artinya: Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang- wenang. Penjelasan: yaitu, sebagaimana dulu kamu pernah mengalami masa yatim, lalu Allah memberikan perlindungan kepadamu, maka janganlah kamu berbuat kasar tehadap anak yatim. Yaitu, janganlah kamu menghinakan dan menghardinya, tetapi berbuatlah kepadanya dan berlakulah lemah lembut. 7 Dalam hal mendidik seorang anak yatim kita harus ikhlas lahir dan batin. Cobaan dan tantangannya dalam mengasuh anak yatim sangatlah berat. Terkadang ada anak yatim yang nakal akibat dari kurangnya perhatian yang di dapat dari orangtuanya. Apa yang dilakukan oleh Entong dan Ibunya merupakan hal yang patut ditiru. Terlebih anak yatim tersebut merupakan anak yatim titipan pamannya entong yang pergi keluar kota. Adapun alasan mengapa penulis mengambil judul ini, karena media sinetron televisi merupakan media komunikasi yang efektif dan dapat memberikan dampak yang paling kuat dibandingkan media lainnya. Nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan, oleh penonton dapat diterima atau dicerna dengan mudah. Sinetron si Entong merupakan sinetron yang mempunyai cerita yang lain dari sinetron Islami yang lebih menonjolkan cerita mistisnya. Secara garis besar, sinetron si Entong adalah sinetron yang temanya tidak jauh dari kehidupan sehari- hari, dari yang baik, kurang baik sampai yang tidak baik ada dalam masyarakat, dan juga mengusung tentang sikap toleransi antara sesama muslim sebagai makhluk ciptaan Tuhan di dunia ini. 7 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4,. Jakarta. Gema Insani Press, 2000. Dari latarbelakang di atas, maka penulis mencoba untuk melihat seberapa besar Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong dalam episode Berkah Memelihara Anak Yatim. Untuk itu, penulis mengambil judul “Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong episode “Berkah Memelihara Anak Yatim” di Televisi Pendidikan Indonesia TPI.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah