Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Indonesia merdeka 62 tahun silam, rupiah menjadi mata uang yang digunakan sebagai alat transaksi yang sah. Namun, mata uang yang dibanggakan tersebut ternyata tak cukup kuat ditimpa inflasi dan guncangan mata uang lainnya seperti dolar AS. Bahkan, sebagian masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi simpanan dalam mata uang dolar AS. Hal tersebut dapat dipahami karena mata uang kebanggaan masyarakat Indonesia itu memang berkali-kali mengalami penurunan nilai. Kegagalan uang kertas di Indonesia sangat tragis ketika dalam periode lima tahun antara tahun 1960-1965 inflasi mencapai 650 dan index biaya mencapai angka 438. Index harga beras mencapai 824, tekstil 717, dan harga Rupiah anjlok tinggal 175 dari angka Rp 160US menjadi Rp 120,000US. Karena Rupiah yang sudah tidak tertolong lagi, pemerintah terpaksa harus mengeluarkan kebijakan yang disebut Sanering Rupiah yaitu memotong tiga angka nol terakhir dari Rupiah lama menjadi Rupiah baru. Kebijakan yang dituangkan dalam Penetapan Presiden atau Penpres No 271965 itu menjadikan Rp 1,000 uang lama = Rp 1,- uang baru. Isu Sanering Rupiah juga sempat menguat dipuncak krisis moneter Indonesia 32 tahun kemudian yaitu antara tahun 1997-1998 dan pada tahun tersebut penurunan terjadi dimana nilai rupiah sempat menembus angka Rp 17 ribu per dolar AS. 1 Akibat jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar AS tersebut menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk. Harga-harga barang impor melonjak tajam yang juga diikuti lonjakan harga sembako. Harga Bahan Bakar Minyak BBM juga menaik tajam. Banyak perusahaan gulung tikar dan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungn Kerja PHK. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran dan berbagai dampak sosial lainnya. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, dinar dirham dapat menjadi solusi alternatif. Hal tersebut karena dinar dirham terbuat dari logam mulia yang tidak dapat dibuat seenaknya. Tetapi harus melalui proses alami ribuan tahun. Karena itu dinar dirham tidak dapat dipermainkan oleh para spekulan seperti uang kertas. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, dinar ditetapkan sebagai koin emas 22 karat dengan berat 4,25 gram. Sedangkan, dirham ditetapkan sebagai koin perak dengan berat 2,975 gram. 2 Kenyataan ini menunjukkan, untuk kesekian kalinya, dalam situasi ekonomi seperti apa pun mata uang dinar emas memperlihatkan kestabilannya. Dinar emas merupakan pilihan terbaik bagi kepentingan lindung nilai, untuk keperluan investasi jangka panjang, maupun untuk keperluan transaksi bisnis jual-beli dan utang-piutang. 1 M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, Jakarta: Spiritual Learning Centre – Dinar Club, 2007, Cet ke-1, h. 22 2 Uang kertas, Dinar dan Krisis ekonomi, www.republika.co.id, 31 Mei 2007 Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya keKhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924. 3 Koin dinar sendiri mulai dicetak dan diedarkan di Indonesia sejak tahun 2000 oleh unit logam mulia, Dinar dicetak oleh Islamic Mint Nusantara atau PT Aneka Tambang Logam Mulia Indonesia yang merupakan satu-satunya tempat pemurnian emas dan perak di Indonesia dengan pengakuan internasional. Perusahaan milik Negara ini dilengkapi dengan laboratorium penguji kadar emas selain perak dan platina, dan memperoleh akreditasi dari LEMA London Bullion Market Association dan KAN Komite Akreditasi Nasional. 4 Kini tersedia dalam empat denominasi 2, 1, ½, dan ¼ dinar. Spesifikasi teknisnya mengikuti standar dari WITO World Islamic Trade Organization, yang didasarkan kepada standar klasik yang dibuat oleh Khalifah Umar bin Khattab. 5 Saat ini pemakaian koin Dinar emas di Indonesia telah semakin tambah populer dan meluas. Pemakai Dinar emas di Indonesia telah tersebar mulai dari Jayapura, Banda Aceh dan dinar juga dapat diperoleh di wakala-wakala di beberapa wilayah, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan Yogya. Juga dibeberapa Negara seperti Dubai, Inggris, Afrika Selatan, Malaysia, dan lainnya. 3 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, Jakarta: Spiritual Learning Centre – Dinar Club, 2007, Cet ke-1, h. 18 4 Zaim Saidi, Lawan Dollar dengan Dinar, Jakarta: Pustaka Adina, 2003, Cet. 1. h. 120 5 Mata Uang Dinar Emas tembus Rp 1 Juta, http:wakalasauqi.blogspot.com, 05 November 2007 Ketika dinar dan dirham mulai dikenal secara luas, kelompok-kelompok pengguna dinar dapat meningkatkan kegiatan tolong menolongnya dalam bentuk saling bertransaksi menggunakan dinar dan dirham. Transaksi yang masih bersifat internal ini dapat meliputi kegiatan tabunganinvestasi, perdagangan maupun konsumsi. Dinar dapat diterapkan sebagai tabunganinvestasi bagi masyarakat dengan menjadikan dinar sebagai produk perbankan syariah, yakni deposito dinar syariah. Yaitu dengan menggunakan Dinar dalam produk deposito syariah. Banyak kelebihan dalam menggunakan Dinar sebagai produk deposito, salah satunya adalah dinar memiliki nilai stabil dan tidak terpengaruh inflasi. Sebabnya, dinar terbuat dari emas sehingga lebih stabil dibandingkan uang kertas. Dinar dan dirham sebagai tabungan simpanan dan investasi berguna untuk melindungi harta masyarakat dari inflasi, sebagai alat tukar atau mata uang baik untuk menstabilitaskan harga, dapat dipergunakan untuk pembayaran zakat harta agar sesuai syariah karena zakat harta dilihat dari zat dan jumlahnya dan bukan karena nominalnya, dapat diperuntukkan sebagai mahar, sedekah atau hadiah. 6 Dan tabungan dinar juga dapat digunakan untuk kebutuhan finansial yang bisa diprediksi membutuhkan pengumpulan sejumlah dana dalam periode tertentu sehingga pada saat dibutuhkan, dana tersebut 6 http:bimaa.wordpress.com20070910faq-dinar-dirham tersedia. Contohnya adalah dana pergi haji, dana pendidikan anak, dana untuk pembelian rumah dan lain sejenisnya. 7 Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. 8 Dalam hal ini Wakala atau wakalah yang berasal dari bahasa Arab yang berarti wakil jama’. Makna dari istilah wakala adalah agen. Secara fungsional wakala dapat mengambil sejumlah peran, yakni tempat bertukarnya mata uang money changer, tempat penyimpanan tabungan, fasilitator pembayaran, serta pengiriman. Wakala juga dapat berfungsi sebagai clearing house, sumber informasi dan tempat bertemunya para pemilik dana dan pengelola, untuk mewujudkan kerjasama usaha mudharabah atau syirkah. 9 Karena fungsinya sebagai wakil dari pemilik dinar-dirham, maka Wakala tidak boleh meminjamkan dinar-dirham maupun memberikan kredit kepada pihak ketiga. 10 Wakala Induk Nusantara adalah salah satu wakala yang mengeluarkan produk BADAR Tabungan dalam Dinar, dimana Wakala Induk Nusantara memfasilitasi kepada nasabah untuk mempermudah keinginan mencapai hari depan yang lebih baik. Dalam fungsinya sebagai agen, lembaga wakala dapat 7 http:geraidinar.com200801mengapa uang kertas tidak bisa dipakai 8 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h. 85 9 Zaim, Lawan Dolar dengan Dinar, h. 127 10 www.islamhariini.org mengutip sejumlah fee untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Perbedaan dari perbankan adalah wakala tidak menciptakan kredit. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik dan memilih Wakala Induk Nusantara sebagai studi kasus penelitian bahawa Wakala Induk Nusantara mempunyai aplikasi produk BADAR Tabungan dalam Dinar. Pemilihan studi kasus ini bersifat surposive sengaja mengingat bank-bank syariah belum ada yang mengeluarkan produk tabungan dalam dinar . Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul ”ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR BADAR SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah