Protein C-Reaktif CRP TINJAUAN PUSTAKA

3 .Pemeriksaan darah tepi a. Leukosit : normal atau meningkat sedikit b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis. c. Trombosit meningkat. d. Kadar albumin serum turun dan globulin naik. e. Protein C-reaktif biasanya positif. f. LED meningkat.

2.5.1 Protein C-Reaktif CRP

Protein C-reactif C-reactive protein, CRP dibuat oleh hati dan dikeluarkan ke dalam aliran darah. CRP beredar dalam darah selama 6-10 jam setelah proses inflamasi akut dan destruksi jaringan. Kadarnya memuncak dalam 48-72 jam. Seperti halnya uji laju endap darah erithrocyte sedimentation rate, ESR, CRP merupakan uji non-spesifik tetapi keberadaan CRP mendahului peningkatan LED selama inflamasi dan nekrosis lalu segera kembali ke kadar normalnya. CRP merupakan salah satu dari beberapa protein yang sering disebut sebagai protein fase akut dan digunakan untuk memantau perubahan- perubahan dalam fase inflamasi akut yang dihubungkan dengan banyak penyakit infeksi dan penyakit autoimun. Beberapa keadaan dimana CRP dapat dijumpai meningkat adalah radang sendi rheumatoid arthritis, demam rematik, kanker payudara, radang usus, penyakit radang panggung pelvic inflammatory disease, PID, penyakit Hodgkin, SLE, dan infeksi bakterial. CRP juga meningkat pada kehamilan trimester terakhir, pemakaian alat kontrasepsi intrauterus dan pengaruh obat kontrasepsi oral. Tes CRP seringkali dilakukan berulang-ulang untuk mengevaluasi dan menentukan apakah pengobatan yang dilakukan efektif. CRP juga digunakan untuk memantau penyembuhan luka dan untuk memantau pasien paska bedah sebagai sistem deteksi dini kemungkinan infeksi. Universitas Sumatera Utara Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode aglutinasi atau metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri. Tes aglutinasi dilakukan dengan menambahkan partikel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma penderita sehingga akan terjadi aglutinasi. Untuk menentukan titer CRP, serum atau plasma penderita diencerkan dengan buffer glisin dengan pengenceran bertingkat 12, 14, 18, 116 dan seterusnya lalu direaksikan dengan latex. Titer CRP adalah pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. Tes sandwich imunometri dilakukan dengan mengukur intensitas warna menggunakan Nycocard Reader. Berturut-turut sampel serum, plasma, whole blood dan konjugat diteteskan pada membran tes yang dilapisi antibodi mononklonal spesifik CRP. CRP dalam sampel tangkap oleh antibodi yang terikat pada konjugat gold colloidal particle. Konjugat bebas dicuci dengan larutan pencuci washing solution. Jika terdapat CRP dalam sampel pada level patologis, maka akan terbentuk warna merah-coklat pada area tes dengan intensitas warna yang proporsional terhadap kadar. Intensitas warna diukur secara kuantitatif menggunakan NycoCard readerII. Nilai rujukan normal CRP dengan metode sandwich imunometri adalah 5 mgL. Nilai rujukan ini tentu akan berbeda di setiap laboratorium tergantung reagen dan metode yang digunakan Laboratorium Kesehatan , 2009.

2.5.2 Laju Endap Darah LED