BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Kualitatif
Masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah gambaran pikiran bunuh diri pada pelaku percobaan bunuh diri. Untuk itu, pendekatan
kualitatif dipandang sesuai untuk dapat mengetahui bagaimana gambaran pikiran bunuh diri agar dapat memahami bagaimana sebenarnya pikiran tersebut muncul.
Melalui penelitian kualitatif, diharapkan peneliti memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti dan akan dapat melihat
permasalahan ini dengan lebih mendalam karena turut mempertimbangkan dinamika, perspektif, alasan, dan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi
partisipan penelitian Poerwandari, 2001.
B. Partisipan dan Lokasi Penelitian
Pada suatu penelitian, populasi dan sampel adalah hal yang harus diperhatikan. Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan
yang diperolh dari sampel penelitian akan digeneralisasi. Sampel adalah sebagian populasi yang dikenakan langsung dalam penelitian. Sampel harus bersifat
representatif, yaitu dapat mewakili atau menggambarkan dengan jelas karakteristik populasinya Hadi, 1999.
1. Karakteristik Partisipan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka karakteristik partisipan yang dipilih adalah:
- laki-laki atau perempuan yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
baik sekali ataupun berulang kali, yang diketahui melalui proses wawancara secara langsung ataupun informasi dari pihak ketiga.
- berusia dewasa, yaitu antara 18-40 tahun, mengingat mereka memiliki
kemampuan kognitif yang lebih stabil dalam menganalisa pengalaman yang telah dilalui dibandingkan kelompok usia lain Papalia, 2007.
2.Teknik Sampling
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik pengambilan sampel bola salju berantai
snowball chain sampling
, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada
orang yang telah diwawancarai dihubungi sebelumnya.
3. Jumlah Partisipan Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 3 orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri. Alasan pengambilan sampel ini yaitu karena
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga perlu pemahaman yang mendalam terhadap subjek. Pendekatan yang maksimal dapat dilakukan
dengan jumlah subjek yang tidak terlalu besar, dan juga tidak diambil dari satu
orang saja dengan alasan agar dapat dibandingkan antara subjek yang satu denagn subjek yang lain dan dapat melihat adanya perbedaan individual.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di kota Medan. Pemilihan kota Medan yang merupakan domisili peneliti memberikan kemudahan untuk
menemukan partisipan. Selain itu, berkaitan dengan pendekatan kualitatif yang memerlukan lebih dari satu kali pertemuan dan wawancara, pemilihan lokasi akan
memudahkan proses penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data denagn menggunakan metode wawancara dan selama wawancara dilakukan observasi.
1. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam peneltiian ini adalah wawancara mendalam
in-depth interview
. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara,
namun penggunaannya tidak sekadar wawancara terstruktur tetapi juga memungkinkan untuk mengembangkan topik baru yang lebih mendalam. Adapun
penggunaan pedoman wawancara berfungsi semata-mata untuk memuat pokok- pokok pertanyaan yang diajukan yaitu
open-ended questions
, yang bertujuan
menjaga agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001.
D. Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari 2001 bahwa yang menjadi alat terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan
pengumpulan dara, peneliti membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam
tape recorder
, pedoman wawancara, dan catatan lapangan.
1. Alat Perekam
tape recorder
Poerwandari 2001 menyatakan sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripsnya secara verbatim kata demi kata, sehingga tidak
bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk memenuh itujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulangi kembali
rekaman wawancara dan dapat menghubungi subjek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan
dengan seizin subjek.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001.
Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan pada teori pikiran bunuh diri, karakteristiknya, dan kaitannya dengan konsep diri subjek.
Pedoman wawancara ini juga digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek
check list
apakah aspek-aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan
tersebut dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung Poerwandari,
2001. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat untuk mengkategorisasikan jwaaban sehingga memudahkan pada tahap analisis
data. Pedoman wawancara ini disusun tidak hanya berdasarkan pada tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan
masalah yang ingin dijawab Poerwandari, 2001.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklan dalam Moleong, 2000 adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dibuat setelah pulang ke tempat tinggal dengan
mengulang kembali hasil rekamana dari
tape recorder
.
E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006, yaitu sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi. Penyusun mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan denagn
perilaku bunuh diri, pikiran bunuh diri, dan konsep diri baik yang berasal dari teori maupun dari literature lepas seperti artikel dan jurnal ilmiah.
b. Menyusun pedoman wawancara. peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teoritis
karakteristik pikiran bunuh diri dan kaitannya dengan konsep diri untuk menjadi pedoman dalam proses wawancara.
c. Persiapan untuk pengumpulan data. Peneliti mencari beberapa orang partisipan yang sesuai dengan criteria
sampel yang telah ditentukan, meminta kesediaannya
informed consent
untuk menjadi partisipan dan mengumpulkan informasi tentang calon partisipan tersebut
untuk meyakinkan peneliti bahwa mereka memang sesuai dengan karakteristik sampel penelitian ini.
d. Membangun
rapport
. Setelah memperoleh kesediaan dari partisipan penelitian tanda tangan
partisipan pada lembaran
informed consent
, peneliti meminta kesediaan untuk bertemu dan mulai membangun
rapport
. Setelah itu, peneliti dan partisipan
penelitian mengadakan kesepakatan yang meliputi waktu dan tempat wawancara serta persyaratan lain yang diajukan kedua belah pihak.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:
a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden.
Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak
berhalangan dalam melakukan wawancara. b.
Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta responden untuk
menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan
bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari
penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu,
peneliti mulai melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa
kali wawacara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.
c. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip
verbatim. Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil
wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh.
Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2007. d. Melakukan analisa data
Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya. Peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil
transkrip wawancara yang telah di koding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan
saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data responden ke dalam aspek-aspek dalam kepuasan pernikahan.
e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab
rumusan permasalahan.
Kemudian peneliti
menuliskan diskusi
berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil
penelitian.
3. Tahap Pencatatan Data
Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan
tape recorder
. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang
dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.
F. Metode Analisa Data
Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2007, yaitu :
a. Koding
Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh.
Koding dimaksudkan
untuk dapat
mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua
peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan
prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif
bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007.
b. Organisasi Data
Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
1 memperoleh data yang baik,
2 mendokumentasikan analisis yang dilakukan,
3 menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian
penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data
mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode
khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis.
c. Analisis Tematik
Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan „pola‟ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil
seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema,
model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema
tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena.
d. Tahapan Interpretasianalisis
Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam.
Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri
self understanding
terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat
condensed
apa yang oleh subyek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti,
melainkan dikembalikan pada pemahaman diri subyek penelitian, dilihat dari sudut pandang dan pengertian subyek penelitian tersebut. Kedua, konteks
interpretasi pemahaman biasa yang kritis
criticial commonsense understanding
terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri subyek penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas
daripada kerangka pemahaman subyek, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan subyek, baik dengan memfokuskan pada „isi‟ pernyataan maupun pada subyek
yang membuat pernyataan. Meski demikian semua itu tetap dapat ditempatkan dalam konteks penalaran umum : peneliti mencoba mengambil posisi sebagai
masyarakat umum dalam mana subyek penelitian berada. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat
ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan- pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subyek
ataupun penalaran umum.
e. Pengujian Terhadap Dugaan
Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan
sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul dari data, untuk meyakini
temuannya, selain mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan, peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran berbeda
dari pola-pola yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Berbagai perspektif
harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias- bias yang tidak disadari oleh peneliti.
BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bab ini akan di uraikan analisa data dan interpretasi hasil penelitian mengenai gambaran pikiran bunuh diri pada
suicide attempters
. Untuk mempermudah pemahaman terhadap pikiran bunuh diri, data akan didijabarkan,
dianalisa, dan diinterpretasi per-partisipan dengan menggunakan aspek-aspek sesuai dengan pedoman wawancara.
A. Responden I 1. Gambaran Umum Responden I
Nama : Lina bukan nama sebenarnya
Usia : 53 tahun
Suku : Tionghoa
Agama : Buddha
Pendidikan terakhir : SD
Urutan dalam keluarga : anak ke 3 dari 7 bersaudara
Metode bunuh diri : meminum obat serangga
Lina dilahirkan dalam keluarga yang latar belakang ekonominya lemah. Sejak kecil Lina dan saudara-saudaranya sudah diharuskan bekerja demi sesuap
nasi. Mereka hanya mengecap pendidikan hingga SD. Ayahnya memiliki pekerjaan yang tidak tetap dan sering menganggur. Uang hasil kerja mereka akan