Kondisi Keluarga di Kecamatan Brangsong

sampah juga dapat dikatakan cukup berhasil, meskipun belum semua warga memiliki kesadaran untuk memiliki tempat sampah sendiri melainkan membuang sampahnya ke sungai yang berada di dekat rumahnya. Program perbaikan jembatan dan penerangan jalan di Desa Blorok masih kurang berhasil. Dari 10 titik yang direncanakan, baru 4 titik yang sudah terselesaikan. Hal ini terhalan dengan besarnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan. Sama halnya dengan penerangan jalan. Program ini cukup terbantu karena adanya kerjasama dengan PLN setempat untuk memperbaiki lampu-lampu jalan yang rusak. Namun untuk penerangan yang berada di dalam gang belum dapat terpenuhi semua, karena beberapa warga belum memasang listrik sendiri. Pembangunan rumah layak huni dapat dikatakan sebagai program yang belum berhasil. Memang program direncanakan untuk dilakukan pada tahun depan setelah program lainnya berhasil. Kondisi masyarakat di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal sebagain besar sudah memiliki rumah layak huni sehingga prioritas utama dalam program perencanaan pembangunan P2KP lebih diutamakan pada pembangunan MCK kesehatan dan pembangunan perbaikan jalan.

4.1.7 Kondisi Keluarga di Kecamatan Brangsong

Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu. Kondisi keluarga di Kecamatan Brangsong jika ditinjau dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan jumlah tanggungan dalam rumah memiliki potensi untuk berkembang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat di Kecamatan Bransong memiliki tingkat pendidikan SMP dan jenis pekerjaan sebagian besar sebagai pedagang dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang. Pemerintah Indonesia, melalui direktorat jenderal Perumahan dan Pemukiman eks Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil, telah melakukan berbagai upaya penanganan masalah kemiskinan perkotaan. Salah satu diantaranya adalah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP yang dilaksanakan sejak tahun 1999. Pemerintah bersama masyarakat sebagai pelaku utama upaya penanggulangan kemiskinan, tentu saja dituntut kapasitas dan kapabilitas yang mendukung. Dalam hal inilah peran pemerintah, salah satunya melalui P2KP, berupaya untuk mendorong proses pengembangan atau pemberdayaan dan penguatan kapasitas masyarakat agar mampu menanggulangi persoalan kemiskinan di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat tersebut sesungguhnya sangat berkaitan erat dengan proses transformasi sosial di masyarakat miskin. Pada awalnya P2KP dilaksanakan dalam rangka menangani kemiskinan struktural maupun yang diakibatkan krisis ekonomi tahun 1997. P2KP dilaksanakan untuk mempercepat upaya pengentasan kemiskinan, yang tidak hanya bersifata reaktif terhadap keadaan darurat akibat krisis ekonomi tetapi bersifat strategis, karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang kuat bagi perkembangan masyarakat dimasa mendatang. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan melaui kelembagaan masyarakat, kelembagaan yang dimaksud adalah Badan Keswdayaan Masyarakat BKM, yang kebera daannya benar – benar mewakili kepentingan masyarakat, terutama kelompok masyarakat miskin dan dapat mengakomodasikan seluruh aspirasi masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayah kelurahan sasaran P2KP.

4.1.8 Implementasi P2KP