1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pemerintahan yang demokratis dengan menggunakan demokrasi perwakilan representative democracy, seringkali di
asumsusikan sebagai metode yang paling efektif untuk melangsungkan pemerintahan pada masyrakat modern. Metode ini di anggap metode yang
paling wajar. Karenanya kemudian di terapakan oleh sebagian besar negara- negara di dunia.
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah- daerah
Provinsi
. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah
Kabupaten
dan daerah
Kota
. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah
dan
DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. DPRD
merupakan lembaga
perwakilan rakyat
daerah dan
berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Makna perwakilan representation adalah konsep bahwa seorang atau kelompok
mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama
2
suatu kelompok yang lebih besar. Dewasa ini anggota dewan perwakilan rakyat pada umumnya mewakili rakyat melalui partai politik. Hal ini di
namamkan perwakilan yang bersifat politik political representation.
1
Secara sepintas struktur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD tidak berbeda dengan struktur Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Pusat
karena di dalam strukturnya terdapat anggota, komisi-komisi dan panitia- panitia. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sebagai Lembaga
Perwakilan Rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
Pada saat berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dimasukkan ke dalam lingkup Pemerintahan Daerah setelah berlakunya Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR, Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah DPRD, serta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya di ubah menjadi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD
1
Prof. Miriam Budiardjo. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 175
3
bukan lagi sebagai unsur Pemerintahan Daerah, akan tetapi merupakan Lembaga Legislatif Daerah yang terpisah dari Pemerintahan Daerah.
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pengertian Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD menurut Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4 adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai tiga fungsi penting yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2003 tentang
susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Ketiga fungsi
ini di jalankan dalam kerangka representasi masyarakat,
2
bukan sebaliknya. Dalam artian ketiga fungsi tersebut di jalankan dalam kerangka representasi
individu atau dirinya sendiri, dalam hal ini demi kepentingan anggota DPRD itu sendiri.
Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang
setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki
2
Imam Hidayat, Achmadur Rifa’I, dan Hari Santoso. 2009. Mengenal Tugas, Fungsi, dan Kewenangan DPRD. CV Aditya Media. Hlm 68
4
kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah
PERDA yang bertujuan demi mensejahterahkan masyarakat.
Dalam rangka untuk menentukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwakilinya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD harus
dapat memperhatikan
kepentingan dan
aspirasi rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini sangat beraneka ragam, baik
karena jumlah rakyat yang sangat besar, maupun kepentingan sendiri- sendiri. Aspirasi dan kepentingan rakyat dapat berwujud material seperti
sandang, pangan, perumahan, dan kesehatan. sementara yang bersifat spiritual meliputi; pendidikan, keagamaan, kebebasan berpendapat dan mendapatkan
keadilan.
Kepentingan rakyat akan dapat diselenggarakan dengan baik apabila wakil rakyat tersebut mengetahui aspirasi dari rakyat yang diwakilinya dan
kemudian memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta mampu menentukan cara-cara pelaksanaannya. Untuk dapat
merealisasikan fungsinya dengan baik, mutu atau kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sangat menentukan, penyusunan
kebijaksanaan daerah yang tepat sangat tergantung pada kecakapan Anggota
5
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD untuk memecahkan masalah- masalah kehidupan yang dihadapi oleh rakyat yang diwakilinya.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII mengenai pendidikan dan kebudayaan dalam pasal 1, yang berbunyi setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan, dan dalam pasal 2, yang berbunyi setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3
Namun faktanya sekarang masih banyak masyarakat yang belum mengeyam bangku pendidikan, terutama masyarakat yang berada di
daerah-daerah terpencil. Menyinggung masalah pendidikan bagai mengurai benang kusut,
sudah tidak bisa di uraikan lagi. Sekedar untuk di urut saja, sulit sekali. Apalagi di reformulasi dan di rumuskan masalah pokoknya. Rendahnya
kualitas pendidikan nasional, merupakan titik klimaks dari problematika system pendidikan nasional. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan, buruknya
kualitas guru,dan minimnya fasilitas dan media pendidikan.
4
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di
daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di
3
UUD 1945
4
http:www.kabarindonesia.combe rita.php?pil=13jd=Awas2C+Sang+Bos+Bancakan+Dana+B
OSdn=20070423081716 di akses tanggal 11maret 2012 pukul 22.30 PM
6
negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk
generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai. Begitu pula masalah pendidikan yang ada di tingkat daerah.
Kabupaten Ende di lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai banyak julukan, antara lain sebagai kota bersejarah . ini di karenakan pada
tanggal 14 Januari 1934-18 Oktober 1938 presiden pertama Indonesia Soekarno Hatta mengalami masa pembuangan politik di Kabupaten Ende.
Presiden Soekarno selama di Ende juga melakukan pendidikan politik lewat pementasan tonil yang mengorbarkan semangat kemerdekaan. Dari Ende pula
Presiden Soekarno menemukan bentuk Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Selain itu, Kabupaten Ende juga di kenal sebagi kota pendidikan.
Namun julukan indah itu tinggal kenangan masa silam.
Tahun 2010 Kabupaten Ende berada di urutan paling akhir dalam tingkat kelulusan ujian nasional UN SMAMA dari 21 kabupatenkota di
Nusa Tenggara Timur NTT. Dari total peserta 2.468 siswa, yang yang tidak lulus mencapai 669 peserta 27,11 persen. Fenomena di Ende ini sama pada
tahun 2007 dengan persentase kelulusan sekitar 50 persen. Bahkan, tahun 2005, persentase kelulusan lebih terpuruk, hanya sekitar 39 persen. Hal ini
tentu saja merupakan persoalan serius, sekaligus suatu keprihatinan mendalam. Prestasi tertinggi UN SMA tahun ini di NTT adalah Kabupaten
7
Sumba Tengah dengan kelulusan 100 persen, urutan kedua Kabupaten Sabu Raijua kabupaten pemekaran baru dengan kelulusan 99,61 persen.
5
Menteri Pendidikan Nasional menuturkan , “Angka ketidaklulusan di sejumlah provinsi atau kabupatenkota tidak jauh
berbeda seperti tahun lalu, salah satunya Ende, NTT. Menurutnya, pada 2010, pemerintah sudah melakukan intervensi kebijakan kepada 100
kabupatenkota untuk meningkatkan prestasi UN, salah satunya dengan menggulirkan dana sebesar Rp 1 miliar.
Di NTT ada 10 kabupaten kota yang kita intervensi atau lakukan terapi, yang
paling saya hafal adalah Ende. Gorontalo juga ada, Papua juga. Setiap
daerah punya khas penyakit masing-masing. NTT beda dengan Papua. Di NTT tidak ada sumber dana, APBD-nya kecil. Di NTT harus mulai dari
infrastruktur sampai penguatan institusi kelembagaan ,”
6
ucapnya. Jakarta, Jumat 13511
Geliat pertumbuhan sekolah di kabupaten Ende bak jamur di musim hujan. Banyak sekolah hadir untuk meramaikan pasar peserta didik. Sangat
disayangkan pertumbuhan sekolah yang semestiinta berbuah baik ini tidak di sikapi secara serius oleh para pengelola pendidikan. Ada sekolah yang hanya
nama tapi masih menggunakan gedung milik sekolah lain. Ada yang sekolah
5
http:bukuohbuku.wordpress.com20100805irono-pendidikan-di-kabupaten-ende di akses tanggal
13maret 2012 jam 9.31
6
http:www.suarapembaruan.comhome16098-siswa-tidak-lulus-un6802 di akses tanggal 12 januari
2011 pukul 23:11 PM
8
model satu atap. Benar sebagai efisiensi biaya gedung tetapi menjadi minim sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Ada sekolah yang
tidak memiliki laboratorium. Tidak memiliki lapangan olahraga. Masalah persediaan sarana ini menjadikan sekolah tersebut miskin prestasi.
Wakil Bupati Ende, Ahmad Mochdar kepada Flores Pos usai memimpin upacara hari pendidikan nasional di lapangan pancasila megatakan
: “Kondisi dunia pendidikan di Kabupaten Ende sampai saat ini masih
memprihatinkan. Pendidikan di Kabupaten Ende perlu di motivasi untuk bisa kembali bangkit. Dunia pendidikan membutuhkan
perhatian dan sangat perlu dibangun karena jika tidak ditangani secara benar maka generasi yang dihasilkan tidak bisa diharapkan.
Untuk itu, semua elemen, baik itu pemerintah, dunia usaha, orang tua, dosen, pendidik dan anak didik harus membangun komitmen bersama
untuk menata kembali pendidikan di Kabupaten Ende. Langkah itu menurutnya sangat perlu dilakukan guna mengembalikan ikon Ende
sebagai kota pelajar.”
7
Di sisi lain, mengenai masalah guru. Banyaknya sekolah tidak diimbangi dengan tenaga pendidik maka proses belajar mengajar akan
berjalan pincang. Tidak heran banyak guru mengajarnya merangkap dan seperti “dosen terbang”. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru
melalui proses sertifikasi terkesan tak berbuah banyak. Kompetensi guru tidak diukur oleh banyaknya sertifikat pelatihan yang dikumpulkan saat sertifikasi.
7
http:nttonlinenews.comnttindex.php?option=com_contentview=articleid=3269:pendidikan-di- kabupaten-ende-masih-memprihatinkancatid=37:pendidikanItemid=58
di akses tanggal 14maret 2012 pukul 23.01 PM
9
Tapi yang perlu didorong untuk para guru di kabupaten Ende adalah semangat membaca dan membaca.Guru kurang baca bagaimana mungkin bisa
mengetahui dan membuka wawasan yang lebih luas.
Sedihnya lagi, banyak sekolah tidak mempunyai perpustakaan atau ruang baca. Kalau pun ada perpustakaan terkesan hanya untuk siswa.
Sedangkan guru tidak. Terhadap kondisi ini bagimana kita bisa mengharapkan banyak dari seorang guru yang berwawasan luas. Imbasnya, guru menjadi
miskin metode mengajar atau menggunakan metode mengajar yang itu - itu saja. Juga guru tidak tahu menulis. Fakta yang memilukan, ada guru bahasa
Indonesia tidak tahu menulis, membuat puisi saja susah. Jadi yang diajarkan selama ini hanya hasil copy - paste.
8
Bidang pendidikan bukanlah suatu variabel yang berdiri sendiri. Bidang pendidikan merupakan bagian integral dalam totalitas pembangunan
daerah. Dengan demikian menmbangun pendidikan tidak akan pernah lepas dari skala prioritas dan paket kebijakan pembangunan suatu daerah.
9
Berdasarkan masalah-masalah di atas, peneliti mencoba untuk melihat dan melakukan analisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan DPRD Kabupaten
Ende dalam mengatasi persoalan pendidikan yang muncul. Penelitian ini
8
http:nttonlinenews.comnttindex.php?option=com_contentview=articleid=3269:pendidikan-di- kabupaten-ende-masih-memprihatinkancatid=37:pendidikanItemid=58
di akses tanggal 20maret 2012 pukul 23.01 PM
9
Faisal, Sanapiah, dkk. 2007. Partisipasi Masyarakat terhadap Sekolah. Hlm 3
10
kemudian difokuskan pada legislatif khususnya lagi Komisi C yang memang berfungsi sebagai salah satu komponen legislatif yang khusus menyoroti
aspek-aspek pendidikan. Judul yang saya angkat dalam penelitian ini adalah :
“Peran DPRD Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Kabupaten Ende
”
B. Rumusan Masalah