Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan Sampel Kondisi Geografis

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Cepu dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cepu banyak terdapat penduduk miskin perdesaan. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Cepu sebesar 7.137 rumahtangga BPS, 2006. Pengumpulan data dan pengolahan data dilaksanakan selama bulan Februari 2008 sampai April 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara melalui pengisian kuisioner terhadap responden rumahtangga. Kuisioner disusun untuk mengidentifikasi dan menganalisis distribusi pendapatan. Kuisioner ini disajikan dalam dua format, yaitu : 1. Pertanyaan terbuka Open Ended Question, merupakan format pertanyaan yang tidak mengiring ke satu jawaban yang sudah ditentukan sehingga responden bebas menjawab sesuai pikirannya. 2. Pertanyaan tertutup Close Ended Question, yaitu berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang menurutnya paling sesuai. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS, Monografi Desa, Puskesmas serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media cetak, perpustakaan dan internet.

4.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel untuk keluarga sejahtera dan pra sejahtera di wilayah perdesaan Kecamatan Cepu menggunakan teknik stratified random sampling artinya responden dipilih berdasarkan pada penggolongan keluarga sejahtera dan pra sejahtera yang diperoleh dari BPS Kabupaten Blora. Adapun jumlah responden yang dijadikan sampel berjumlah 100 responden yang tersebar di lima desa di Kecamatan Cepu Desa Mulyorejo, Mernung, Cabeyan, Kentong dan Kapuan, masing-masing desa dipilih 20 responden yang dipilih secara acak. 4.4. Metode Analisis Data 4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan analisis terhadap data-data yang bersifat kualitatif dan interpretasi terhadap data- data kuantitatif seperti hasil analisis Gini Ratio dan Indeks Kemiskinan Manusia.

4.4.2. Analisis Gini Ratio

Langkah pertama untuk menentukan Gini Ratio digunakan cara dengan membagi penduduk menjadi sepuluh bagian dari kelompok termiskin hingga terkaya. Langkah selanjutnya adalah melaporkan tingkat atau proposisi pendapatan pengeluaran yang diterima oleh setiap kelompok. Dalam membentuk Gini Ratio dapat menggambarkan grafik persentase kumulatif penduduk dari termiskin hingga terkaya pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran pendapatan pada sumbu vertikal. Hal tersebut menghasilkan kurva Lorenz. Misalkan titik x i, y i suatu titik yang membentuk kurva Lorenz, maka : Koefisien Gini = ∑ = − − + − − n i i i i i y y x x 1 1 1 1 Kisaran nilai gini 0 ≤ gini ≤ 1 Pengertian nilai : 0 berarti pemerataan sempurna 1 berarti ketimpangan sempurna

4.4.3. Indeks Kemiskinan Manusia

Indeks Kemiskinan Manusia adalah indeks komposit yang mengukur deprivasi keterbelakangan dalam tiga dimensi : lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Indeks tersebut disusun dari tiga indikator : penduduk yang diperkirakan tidak berumur panjang, ketertinggalan dalam pendidikan dan keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar BPS, 2004. Indikator pertama diukur dengan peluang suatu populasi untuk tidak bertahan hidup sampai umur 40 tahun P 1 , maka : 100 1 x N M P ∑ = Indikator kedua diukur dengan angka buta huruf dewasa atau penduduk usia 15 tahun ke atas P 2 , maka : 100 2 x N I P ∑ = Adapun keterbatasan akses pelayanan dasar P 3 terdiri dari : A. Persentase penduduk yang tidak memiliki akses ke sarana kesehatan P3A didefinisikan sebagai persentase rumahtangga yang tinggal di tempat yang jaraknya 5 km atau lebih dari sarana kesehatan. B. Persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih P3B didefinisikan sebagai persentase rumahtangga yang tidak menggunakan air PAM, air pompa air sumur yang letaknya lebih dari 10 meter dari septic-tank. C. Persentase anak berumur lima tahun ke bawah balita dengan status gizi kurang P3C didefinisikan sebagai persentase balita yang tergolong status gizi buruk dan kurang. Nilai komposit dari keterbatasan akses pelayanan dasar dirumuskan sebagai berikut : C P B P A P P 3 3 3 3 1 3 + + = Metode penghitungan IKM mengikuti metode yang digunakan dalam Human Development Report Tahun 1997 yang diterbitkan oleh UNDP sebagai berikut : [ ] 3 1 3 3 3 2 3 1 3 1 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + + = P P P IKM Keterangan : ∑ M : jumlah penduduk diperkirakan hidup tidak mencapai usia 40 tahun jiwa ∑ I : jumlah penduduk dewasa usia di atas 15 tahun yang buta huruf jiwa N : jumlah penduduk total jiwa Wilayah desa dikatakan sebagai wilayah desa yang berpenduduk miskin jika wilayah desa tersebut memiliki IKM lebih tinggi dari IKM wilayah di atasnya kecamatan.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Blora berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara; Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur di sebelah timur; Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur di sebelah selatan; Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan yang terdiri dari 271 desa dan 24 kelurahan, mencakup 1.274 Rukun Warga RW dan 5.701 Rukun Tetangga RT. Ibukota Kabupaten Blora terletak di Kecamatan Blora. Kabupaten Blora terletak di wilayah paling ujung bersama Kabupaten Rembang di sisi timur Provinsi Jawa Tengah. Jarak terjauh Kabupaten Blora dari barat ke timur adalah 87 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan adalah 58 km. Luas wilayah Kabupaten Blora adalah 1.820,59 km 2 . Sebagian besar luas wilayah Kabupaten Blora terdiri atas hutan yang mencapai 49,66 persen sedangkan tanah sawah seluas 25,37 persen dari keseluruhan luas Kabupaten Blora. Luas penggunaan tanah sawah terbesar adalah Kecamatan Kunduran dan Kedungtuban yang selama ini merupakan lumbung padinya Kabupaten Blora. Salah satu kecamatan di Kabupaten Blora adalah Kecamatan Cepu. Secara geografis Kecamatan Cepu terletak di sebelah ujung timur dari Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur tepatnya dengan Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Cepu berbatasan langsung dengan Kecamatan Sambong di sebelah utara, Kabupaten Bojonegoro di sebelah selatan; Kecamatan Kedungtuban di sebelah barat. Kecamatan Cepu terdiri dari 6 kelurahan dan 11 desa, 107 RW dan 411 RT. Seluruh desa di Kecamatan Cepu merupakan desa swasembada. Tercatat perangkat desa di Kecamatan Cepu sebanyak 155 orang yang terdiri dari 16 orang Kepala Desa KadesKepala Kelurahan Kalur dengan satu orang pejabat Kades, 14 orang Sekretaris Desa SekdesSekretaris Lurah Seklur dan 125 orang perangkat lainnya. Perlindungan masyarakat berjumlah 683 orang. Kecamatan Cepu memiliki luas wilayah sebesar 49,15 km 2 atau sekitar 2,7 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Blora. Jenis lahan terluas merupakan lahan sawah sekitar 42,17 persen dari total luas lahan kecamatan. Kemudian disusul dengan lahan pekarangan atau perkampungan, tegalan, hutan dan lain-lain masing-masing sebesar 20,64 persen; 19,15 persen ; 9,72 persen dan 8,32 persen. Luas lahan sawah yang panen satu kali dalam setahun sebesar 66,77 persen dari total luas lahan sawah yang ada. 5.2. Sosial Budaya 5.2.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan