Manfaat Penelitian Konsep Kemiskinan

2. Mengidentifikasi desa berpenduduk miskin dan tidak miskin di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora berdasarkan Indeks Kemiskinan Manusia. 3. Merumuskan strategi penanggulangan kemiskinan di wilayah perdesaan Kecamatan Cepu Kabupaten Blora ke depan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan di Kabupaten Blora khususnya di Kecamatan Cepu. 2. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya terutama mengenai strategi penanggulangan kemiskinan di wilayah perdesaan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang dimaksud kelompok Rumah Tangga Miskin adalah rumahtangga yang tergolong dalam rumahtangga pra-sejahtera dan sejahtera I seperti yang telah ditetapkan oleh BPS. Sementara itu, ruang lingkup analisis mencakup distribusi pendapatan rumahtangga di wilayah perdesaan yang ada di Kecamatan Cepu. Penelitian ini juga mencakup faktor-faktor yang menentukan Indeks Kemiskinan Manusia IKM diantaranya angka harapan hidup, tingkat pendidikan, aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih serta angka balita yang gizi buruk.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kemiskinan

Sebelum berbicara mengenai kemiskinan ada baiknya untuk memahami kesejahteraan. Ada banyak definisi dan konsep yang berbeda tentang kesejahteraan atau “well being” World Bank, 2002. Kesejahteraan seseorang dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan komoditas secara umum. Seseorang dikatakan mampu memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik jika memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki kekayaan atau dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk memperoleh jenis barang-barang tertentu misalnya makanan dan perumahan. Seseorang yang kurang mampu untuk andil dalam masyarakat mungkin memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah atau lebih rentan terhadap krisis atau gejolak ekonomi dan cuaca. Jadi, dalam konteks ini kemiskinan dapat berarti juga kurangnya kemampuan untuk andil atau berfungsi dalam masyarakat. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dimensi kemiskinan mencakup empat hal pokok, diantaranya kurangnya kesempatan lack of opportunity , rendahnya kemampuan low of capability, kurangnya jaminan low- level of security dan ketidakberdayaan low of capacity or empowerment. Kemiskinan juga dikaitkan dengan keterbatasan hak-hak sosial, ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kerentanan, keterpurukan dan ketidakberdayaan. Menurut Nurkse 1953, ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan struktural. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumberdaya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan struktural terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Selanjutnya Nurkse juga mengemukakan bahwa berbagai persoalan kemiskinan penduduk dapat disimak dari berbagai aspek : sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan faktor produksi, upah rendah, daya tawar petani rendah, rendahnya tingkat tabungan dan lemah mengantisipasi peluang-peluang kesempatan berusaha yang ada. Aspek psikologi, kemiskinan terjadi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas dan rasa terisolir. Aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminasi, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Nurkse 1953, kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Sajogyo 1987, mengungkapkan bahwa kemiskinan merupakan suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum. Standar kebutuhan hidup minimum tersebut ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat didasarkan pada kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.

2.2. Indikator-Indikator Kemiskinan