Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 58 persen dari total responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Responden yang tidak memiliki pekerjaan
sampingan sangat rentan terhadap perolehan pendapatan setiap bulannya, khususnya bagi rumahtangga tani. Perolehan pendapatan rumahtangga tani sangat
tergantung oleh musim. Responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebesar 42 persen. Responden dapat meningkatkan pendapatan setiap bulannya dengan
mencari pekerjaan sampingan seperti tukang ojek dan penjual daun jati.
6.2. Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Kecamatan Cepu
Survei terhadap rumahtangga di Kecamatan Cepu dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi rumahtangga secara lebih lengkap. Berdasarkan
hasil survei dari 100 responden rumahtangga di Kecamatan Cepu tepatnya di Desa Mulyorejo, Mernung, Cabeyan, Kentong dan Kapuan memperoleh gambaran
mengenai tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga yang ditunjukkan oleh Kurva Lorenz dengan nilai Gini Ratio dari setiap desa.
Tabel 5. Distribusi Pendapatan Rumahtangga Perdesaan Kecamatan Cepu
Desa Mulyorejo Mernung
Cabeyan Kentong
Kapuan Nilai Gini Ratio 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3
Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis Gini Ratio Tabel 5, tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga Desa Mulyorejo sebesar 0,3 artinya tingkat pendapatan
rumahtangga di Desa Mulyorejo merata. Namun, tingkat kemerataan berada pada kelompok rumahtangga berpendapatan rendah Lampiran 1. Hal tersebut
disebabkan oleh kelompok rumahtangga berpendapatan rendah didominasi oleh
penduduk yang bekerja sebagai buruh tani. Perolehan pendapatan rumahtangga buruh tani tidak menentu setiap bulannya dan tergantung pada musim, seperti
musim tanam dan musim panen. Bahkan, penduduk yang bekerja sebagai buruh
tani tidak memiliki pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan P
e rsen
tase K u
m u
la ti
f P e
n d
a p
a ta
n
Sumber : Data primer, diolah
Gambar 4. Distribusi Pendapatan Desa Mulyorejo Tahun 2007
Adapun yang menjadi beberapa alasan buruh tani tidak memiliki pekerjaaan sampingan, diantaranya mereka tinggal di wilayah perdesaan dengan
sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan di perdesaan. Mereka menganggap bahwa sektor pertanian sudah
menjadi bagian dalam kehidupan untuk menyediakan bahan pangan. Jika mereka memiliki pekerjaan di luar sektor pertanian seperti buruh bangunan, mereka
merasa semakin terbebani karena tempat pekerjaannya jauh dari tempat tinggalnya
dan banyak mengeluarkan biaya transportasi. Mereka merasa lebih senang kumpul bersama keluarga di rumah daripada harus bekerja di luar perdesaan.
Melihat kondisi tersebut, sebagian besar rumahtangga buruh tani di Desa Mulyorejo tergolong rumahtangga yang berpendapatan rendah sehingga
pemerataan pendapatan yang terjadi berada pada kelompok rumahtangga yang berpendapatan rendah. Secara grafis, tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga
dapat ditunjukkan oleh Kurva Lorenz Gambar 4. Tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga di Desa Mernung sebesar
0,2. Berdasarkan analisis Gini Ratio, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga mendekati pemerataan sempurna. Bahkan,
kemerataan pendapatan rumahtangga yang terjadi berada pada kelompok rumahtangga berpendapatan rendah Lampiran 2.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan P
e rsen
tase K u
m u
la ti
f P e
n d
a p
a ta
n
Sumber : Data primer, diolah
Gambar 5. Distribusi Pendapatan Desa Mernung Tahun 2007
Desa Mernung sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan sebagai petani. Kelompok rumahtangga yang termasuk rumahtangga berpendapatan
rendah adalah rumahtangga petani yang berstatus sebagai buruh tani. Walaupun mereka sebagai buruh tani, mereka memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual
daun jati di pasar induk Kecamatan Cepu. Hampir setiap rumahtangga di desa tersebut memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual daun jati. Pekerjaan
sampingan yang dijalani belum bisa meningkatkan pendapatannya. Kurva Lorenz di bawah ini menunjukkan pemerataan pendapatan rumahtangga di Desa
Mernung. Gambar 6 menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga di
Desa Cabeyan dengan Gini Ratio sebesar 0,3 yang artinya pendapatan rumahtangga yang terjadi sudah merata. Hal tersebut serupa dengan kondisi
pendapatan rumahtangga yang terjadi di kedua desa sebelumnya. Tingkat pemerataan yang terjadi pun berada pada kelompok rumahtangga berpendapatan
rendah Lampiran 3. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar penduduk di Desa Cabeyan
bekerja sebagai buruh tani dengan kondisi pendapatan rumahtangga setiap bulannya tergolong rendah dan tidak menentu. Bahkan, mereka tidak memiliki
pekerjaan sampingan dan hanya menggantungkan kehidupan dari sektor pertanian semata. Menurut mereka, sektor pertanian telah menghidupi keluarga mereka dari
zaman nenek moyang. Mereka tidak mau meninggalkan pekerjaan sebagai buruh tani karena hanya sektor pertanian yang menyediakan lapangan pekerjaan di
daerah perdesaan mereka.
Hasil perhitungan
Gini Ratio Desa Kentong menunjukkan hal yang serupa
yaitu tingkat kemerataan pendapatan rumahtangga sebesar 0,2. Kondisi yang terjadi pun tidak jauh berbeda dengan kondisi pendapatan rumahtangga di ketiga
desa sebelumnya. Menurut analisis Gini Ratio, tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga sudah merata tetapi tingkat pemerataan berada pada kelompok
rumahtangga berpendapatan rendah Lampiran 4.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan P
e rs
e n
ta se
K u
m u
lat if
P e
n d
ap at
a n
Sumber : Data primer, diolah
Gambar 6. Distribusi Pendapatan Desa Cabeyan Tahun 2007
Hal tersebut disebabkan oleh sektor pertanian yang masih memegang peranan penting dalam meyediakan lapangan pekerjaan di perdesaan sehingga
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Petani yang berstatus sebagai buruh tani memiliki pendapatan rumahtangga yang masih rendah. Karena itu,
pendapatan rumahtangga yang terjadi di Desa Kentong merata pada kelompok berpendapatan rendah. Secara grafis, dapat ditunjukkan oleh kurva Lorenz Desa
Kentong di bawah ini Gambar 7.
Berdasarkan hasil
survei, rumahtangga petani mendominasi di desa
Kapuan. Penduduk yang tinggal di desa ini masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Bekerja di sektor pertanian memiliki banyak resiko karena
sangat berhubungan dengan cuaca. Kondisi cuaca yang terjadi diduga sulit diperkirakan oleh manusia. Hal tersebut menyebabkan pendapatan yang diperoleh
petani tidak menentu dari bulan ke bulan. Bahkan, pendapatan yang diperoleh masih tergolong rendah.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan P
e rsen
tase K
u m
u la
ti f P
e n
d a
p a
tan
Sumber : Data primer, diolah
Gambar 7. Distribusi Pendapatan Desa Kentong Tahun 2007
Berdasarkan analisis
Gini Ratio , Desa Kapuan memiliki tingkat
pemerataan pendapatan rumahtangga yang cukup merata. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan keempat desa yang lain. Kemerataan pendapatan yang terjadi
berada pada kelompok rumahtangga berpendapatan rendah karena sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian dan menerima pendapatan yang rendah Lampiran 5.
Sebagian besar rumahtangga yang disurvei adalah rumahtangga tani buruh tani dan petani pemilik lahan yaitu sebesar 78 persen dan sisanya 22
persen adalah rumahtangga non tani. Rumahtangga yang berada di bawah garis kemiskinan keluarga disebabkan karena masyarakat dari kelima desa umumnya
berusaha di sektor pertanian tanaman pangan dan palawija. Beberapa tahun terakhir, areal lahan petani mengalami kebanjiran.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan P
e rsen
tase K u
m u
la ti
f P e
n d
a p
a tan
Sumber : Data primer, diolah
Gambar 8. Distribusi Pendapatan Desa Kapuan Tahun 2007
Besarnya pendapatan rata-rata rumahtangga tani tersebut diperoleh dari sektor pertanian saja. Sebagian besar rumahtangga tani belum memiliki pekerjaan
sampingan. Sebanyak 58 persen rumahtangga tidak memiliki pekerjaan. Rumahtangga yang memiliki pekerjaan sampingan sebesar 42 persen Tabel 4.
Hasil tersebut mengindikasikan terjadinya ketergantungan yang tinggi rumahtangga terhadap sektor pertanian. Tingginya ketergantungan terhadap satu
sumber pendapatan akan berakibat pada rentannya rumahtangga terhadap masalah kemiskinan. Apabila harga produk pertanian khususnya tanaman pangan sedang
mengalami penurunan atau harga input pertanian mengalami peningkatan maka pendapatan rumahtangga juga cenderung turun. Menurunnya pendapatan tersebut
tidak dapat diimbangi dengan pendapatan dari usaha lainnya. Pada akhirnya rumahtangga tani sangat rentan untuk terjerat dalam kemiskinan.
Berdasarkan uraian di atas, kelima desa memiliki tingkat pemerataan pendapatan rumahtangga yang merata dengan nilai Gini Ratio mendekati 0 Tabel
6. Namun, tingkat kemerataan pendapatan rumahtangga yang terjadi berada pada golongan penduduk berpendapatan rendah Lampiran 1-5. Melihat kondisi
tersebut, peningkatan pendapatan rumahtangga berpendapatan rendah harus menjadi prioritas dalam pembangunan perdesaan sebagai upaya untuk mengurangi
tingkat kemiskinan.
6.3. Penggolongan Desa Berpenduduk Miskin Berdasarkan Indeks Kemiskinan Manusia