22 berkisar antara 2000-3000 mmtahun untuk
rataan stasiun yang berada pada ketinggian 200-700 mdpl.
Hubungan CH Tahunan pe r Pos di Sub DAS Cicatih
200 400
600 800
1000 1200
2000 4000
6000 8000
Curah Hujan m m K
e ti
ngg ia
n m
dp l
Gambar 15. Grafik hubungan antara curah hujan tahunan di sub DAS Cicatih
5.3. Analisa keterkaitan pola bulanan
curah hujan terhadap fluktuasi debit mata air
Fluktuasi Bulanan Mata Air Cikubang
20 40
60 80
100 120
ja n
fe b
m ar ap
r m
ay ju n jul
au g
se p
oct no v
de c
100 200
300 400
500 600
700 800
Mata air Cikubang ls
CH bulanan mm
Gambar 16. Grafik hubungan fluktuasi debit mata air per bulan Bulan-bulan basah dapat ditemui
dari bulan November hingga April , sedang bulan kering dimulai dari bulan Mei hingga
Oktober. Daerah penelitian tergolong dalam tipe iklim muson. Hal ini ditunjukkan oleh
grafik yang membentuk pola bimodal pada Lampiran 13. Adanya perbedaan yang jelas
antara musim kemarau dan musim penghujan selama masing-masing enam
bulan. Dilihat dari pola mata air yang bergerak tidak searah dengan pola curah
hujan, mengindikasikan bahwa debit mata air sepanjang tahun tidak dipengaruhi oleh
intensitas curah hujan. Hal ini dikarenakan mata air tersebut tidak secara langsung
berhubungan dengan curah hujan, melainkan merupakan pasokan dari airbumi pada
lapisan akifer tertentu. Data kuantitas mata air Cikubang, dapat dilihat pada Lampiran 8,
tersebut juga memungkinkan mengandung kesalahan yang disebabkan oleh beberapa
kondisi yaitu : 1.
Data tidak lengkap 2.
Pengamatan yang dilakukan subjektif dan manual
23
5.4. Penentuan Daerah Resapan
Gambar 17. Sketsa Penampang Melintang Mata air di Kecamatan Cidahu Dari sketsa penampang melintang,
menunjukkan bahwa pada ketinggian 1000 hingga 1800 mdpl merupakan daerah
resapan. Kriteria ini diperoleh berdasarkan parameter yang digunakan yaitu tutupan
lahan dan jenis tanah. Kedua parameter tersebut mengandung informasi
permeabilitas terhadap kelulusan air. Pada level ketinggian tersebut didominasi oleh
tutupan lahan berupa hutan dan jenis tanah entisol yang gembur dengan permeabilitas
yang baik. Serasah yang terdapat pada hutan mampu menyimpan air dengan kuantitas
yang cukup besar.
Namun dalam hal ini, kawasan resapan ini bukanlah langsung berkaitan
dengan keenam mata air yang berada di Kecamatan Cidahu, sebab tidak adanya
informasi titik pengukuran yang menunjukkan kesamaan jenis litologi pada
level tertentu.
Dari data di atas, diperoleh bahwa penentuan daerah resapan ini sejalan dengan
Perda Jawa Barat Nomor 2 tahun 2003. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang rencana tata ruang wilayah propinsi Jawa Barat, yang
dimaksud dengan daerah resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
akifer yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap daerah resapan air,
dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah
tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan pengendalian banjir,
baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kriteria daerah resapan air adalah : a. Daerah dengan curah hujan rata-rata lebih
dari 1.000 mm per tahun b. Lapisan tanahnya berupa pasir halus
berukuran minimal 116 mm c. Mempunyai kemampuan meluluskan air
dengan kecepatan lebih dari 1 meter per hari
d. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 meter terhadap muka tanah setempat
e. Kelerengan kurang dari 15 f. Kedudukan muka airtanah lebih tinggi dari
kedudukan muka airbumi.
24
VI. Kesimpulan