Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN

PEMANFAATAN AIR TANAH DI KECAMATAN CIDAHU

KABUPATEN SUKABUMI

LUSI DARA MEGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skirpsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Lusi Dara Mega


(4)

(5)

ABSTRAK

LUSI DARA MEGA. Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT.

Kecamatan Cidahu adalah salah satu daerah penyangga Hutan Gunung Salak yang memiliki potensi air tanah cukup besar. Air tanah di Kecamatan Cidahu selama ini telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan komersil maupun non komersil, seperti untuk pemenuhan kebutuhan air bersih perusahaan dan masyarakat lokal. Pemanfaatan air tanah yang terus-menerus dalam jumlah besar berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan seperti menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Penurunan kuantitas air tanah diindikasikan telah menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat. Kebijakan pengelolaan air tanah berbasis sinergisasi antar stakeholder menjadi sangat penting dilakukan untuk mengatur pemanfaatan air tanah secara berkeadilan dan berkelanjutan. Hasil penghitungan estimasi potensi kerugian ekonomi dengan menggunakan pendekatan replacement cost, kerugian ekonomi yang berpotensi dialami oleh masyarakat Kecamatan Cidahu akibat penurunan kuantitas air tanah mencapai Rp. 696.756.900 per tahun. Adapun hasil pemetaan

stakheolder menunjukkan bahwa Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi merupakan stakeholder yang paling berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Berdasarkan hasil analisis kebijakan menunjukkan bahwa instrumen kebijakan berupa pajak dan perizinan diindikasikan belum berjalan optimal untuk mengendalikan pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.


(6)

ABSTRACT

LUSI DARA MEGA. Policy Analysis of Groundwater Management and Utilization in Cidahu District Sukabumi Regency. Supervised by ACENG HIDAYAT.

Cidahu District is one buffer zones of Mount Salak Forest which has quite large groundwater potential. Groundwater of Cidahu District has become the source for commercial and non comercial uses, such as to fulfill the needs of fresh water for companies and local society. Continuous utilization in large quantity will potentially cause damage to the environment, for example decrease in quantity and quality of groundwater that can be used by the society. Decrease in the quantity of groundwater is indicated have causing the economic losses to society. Therefore, groundwater management policy base on synergy among stakeholders becomes very important in order to regulate the use of groundwater to be equitable and sustainable. The estimation result by using replacement cost approach demonstrates the potential economic losses experienced by the local community of Cidahu District due to the quantity of groundwater, reached Rp. 696.756.900 per year. The result of stakeholders mapping shows that Department of Mines, Energies, and Mineral Resources of Sukabumi Regency held the most important role in managing groundwater utilization in Cidahu District. Based on the results of policy analysis, taxes and licensing policy instruments have not used optimally in order to control groundwater utilization by the companies.


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN

PEMANFAATAN AIR TANAH DI KECAMATAN CIDAHU

KABUPATEN SUKABUMI

LUSI DARA MEGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Nama : Lusi Dara Mega

NIM : H44090010

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


(10)

Judul Skripsi : Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi

Nama : Lusi Dara Mega NIM : H44090010

Disetujui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(11)

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, dengan judul Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2013. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini terutama kepada:

1. Keluargaku tersayang, Ibunda Euis Suryati, Ayahanda Asep Herliyana, Adik Lingga Nurma Mukarromah, terimakasih atas semua curahan perhatian, do’a, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya penelitian ini dengan baik dan lancar.

3. Bapak Ir. Nondyantoro, M.SP selaku dosen penguji utama dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan Departemen ESL.

4. Segenap Dosen dan Staf pengajar Departemen ESL.

5. Seluruh pihak pada instansi terkait (instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga eksternal) yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.

6. Seluruh keluarga besar H.M. Mubarok, H. Kamaludin dan H. Asyari, terimakasih untuk semua dukungan dan do’a yang diberikan kepada penulis. 7. Sahabat GKC tersayang, Kukuh, Tina, Nunu, Fitri dan Frima. Sahabat

kesayangan, Ai dan Nce. Sahabat GS, Intan, April, Iyey, Bida, Febby, dan Gilang. Sahabat-sahabat di BEM FEM IPB Kabinet Sinergi dan Progresif. 8. Teman satu bimbingan, Adin, Chintia, Dinda, Nobel, Cicit, dan Eyi.

9. Qyqyy Yasmin, Anyis, Gugat, dan seluruh sahabat di keluarga Besar ESL 46 yang telah banyak memberikan saran dan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

Bogor, Agustus 2013


(13)

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Teoritis ... 6

2.1.1 Permintaan dan Penawaran Sumber Daya Air ... 6

2.1.2 Sifat dan Nilai Air Tanah ... 7

2.1.3 Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Pemanfaatan Air Tanah 8 2.1.4 Metode Estimasi Potensi Kerugian Akibat Pemanfaatan Air Tanah ... 8

2.1.5 Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah ... 9

2.1.6 Metode Analisis stakeholder ... 11

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

IV METODE PENELITIAN ... 16

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 16

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 17

4.4 Metode Analisis Data ... 17

4.4.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat ... 18

4.4.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat ... 18

4.4.3 Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah ... 19

4.4.4 Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah ... 21

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 22

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 22

5.1.1 Potensi Air Tanah diKecamatan Cidahu ... 23

5.1.2 Aspek Geometri ... 23

5.1.3 Aspek Ekosistem Air Tanah ... 24

5.2 Kondisi Pemanfaatan Air Tanah ... 24


(15)

VI ANALISIS PERSEPSI STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT

TERHADAP PEMANFAATAN AIR TANAH ... 28

6.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat ... 28

6.1.1 Persepsi Responden terhadap Sifat Air Tanah ... 28

6.1.2 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Air Tanah yang dilakukan Perusahaan ... 31

6.1.3 Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 34

6.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat ... 37

6.2.1 Pola Penggunaan Air Bersih Masyarakat Kecamatan Cidahu … 37

6.2.2 Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat ... 39

VII ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH ... 43

7.1 Identifikasi Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder ... 43

7.2 Fungsi dan Peran Masing-Masing Stakeholder ... 46

7.2.1 Kelompok Pemerintah ... 46

7.2.2 Kelompok Perusahaan ... 54

7.2.3 Kelompok Masyarakat ... 54

7.3 Pergeseran Pemetaan Stakeholder.... 55

7.4 Keterkaitan Antar Stakeholder ... 55

VIII ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH ... 57

8.1 Kebijakan Pengelolaan Air Tanah ... 57

8.1.1 Analisis Perizinan ... 59

8.1.2 Analisis Pengaawasan ... 65

8.1.3 Analisis Penertiban ... 68

8.1.4 Analisis Konservasi ... 71

8.2 Implikasi Kebijakan ... 73

IX SIMPULAN DAN SARAN ... 75

9.1 Simpulan ... 75

9.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 80


(16)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah Perusahaan dan Sumber Air Tanah yang digunakan oleh

Perusahaan di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2013 ... 2 2 Kerangka Kebijakan untuk Perlindungan Lingkungan ... 10 3 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian Jenis Data, Sumber

Data, dan Metode Analisis ... 17 4 Matriks Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat terhadap

Pemanfaatan Air Tanah ... 18 5 Matriks Analisis Estimasi Potensi Nilai Kerugian Ekonomi

Masyarakat ... 19 6 Matriks Analisis Stakeholder ...... 20 7 Matriks Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah 21 8 Jumlah Sumber Air di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2010 ... 23 9 Jenis Perusahaan dan Volume Debit Air yang dimanfaatkan oleh

Perusahaan di Kecamatan Cidahu pada Bulan Maret 2013 ... 25 10 Data Karakteristik Responden ... 26 11 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Sifat Air Tanah 28 12 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna terhadap Sifat

Air Tanah ... 29 13 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap Sifat Air

Tanah ... 30 14 Sebaran Persepsi Kelompok Masyarakat terhadap Sifat Air Tanah 30 15 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Pemanfaatan Air

Tanah oleh Perusahaan ... 61 16 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna Air Tanah

terhadap Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan ... 32 17 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap

Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan ... 33 18 Sebaran Persepsi Kelompok Masyarakat terhadap Pemanfaatan Air

Tanah oleh Perusahaan ... 33 19 Sebaran Persepsi Kelompok Pemerintah terhadap Kondisi

Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 34 20 Sebaran Persepsi Kelompok Perusahaan Pengguna Air Tanah

terhadap Kondisi Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 35 21 Sebaran Persepsi Kelompok Lembaga Eksternal terhadap Kondisi

Lingkungan Kecamatan Cidahu ... 36 22 Sebaran Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan


(17)

23 Pola Penggunaan Air Bersih Masyarakat Kecamtan Cidahu Berdasarkan Klasifikasi Penggunaan Sumber Air

...

38

24 Jenis dan Besarnya Biaya Pengganti yang dikeluarkan oleh

Responden ... 39

25 Jumlah Kerugian Ekonomi yang Berpotensi dialami Masyarakat untuk Mendapatkan Air Bersih ... 40

26 Identifikasi Nilai Kepentingan dan Pengaruh Masing-masing Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 43

DAFTAR GAMBAR 1 Diagram Alur Pemikiran Operasional ... 15

2 Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder ... 21

3 Pemetaan Masing-Masing Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 44

4 Keterkaitan antar Stakeholder ... 56

5 Prosedur Perizinan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu 63 6 Pengawasan Pemanfaatan Air Tanah dan Prosedur Pembayaran Pajak ... 66

7 Prosedur Penertiban terhadap Pelanggaran Pemanfaatan Air Tanah 69 8 Prosedur Konservasi Air Tanah ... 72

DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian untuk Responden Key Person Instansi Pemerintah dan Non-pemerintah ... 80

2 Kuesioner Penelitian untuk Responden Masyarakat ... 85

3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cidahu pada Tahun 2012 ... 90

4 Daftar Perusahaan Pengguna Air Tanah di Kecamatan Cidahu ... 91

5 Peta Zonasi CAT di Kabupaten Sukabumi ... 92

6 Data Biaya Pengganti yang dikeluarkan oleh Masyarakat Kecamatan Cidahu untuk Mendapatkan Air Bersih ... 93


(18)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam. Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam dalam jumlah yang melimpah, seperti sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya perikanan, dan sumber daya hutan. Seluruh sumber daya tersebut memiliki peran sangat penting dalam kehidupan terutama sumber daya air. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan industri.

Kebutuhan air akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya penduduk. Kebutuhan sumber daya air terbesar di Indonesia berpusat di Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Jumlah penduduk Pulau Jawa pada tahun 2010 tercatat sebanyak 135.208.641 jiwa dengan kebutuhan air mencapai 134,71 m3/det (Radhika et al. 2012).

Sumber air terbesar untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Indonesia berasal dari air tanah. Sebesar 80% kebutuhan air bersih masyarakat berasal dari air tanah, terutama di daerah urban, pusat industri, dan permukiman yang perkembangannya cukup pesat. Pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah-daerah tersebut rata-rata 90% berasal dari air tanah (Djaendi 2003).

Indonesia memiliki potensi sumber daya air tanah yang melimpah. Salah satu bagian wilayah di Indonesia yang memiliki potensi air tanah adalah kawasan vulkanik. Bentuk bentang alamnya berupa perbukitan dan lereng-lereng memungkinkan menjadi tempat masuk (recharge area) dan keluar air tanah (discharge area) yang besar. Kondisi demikian menjadikan kawasan vulkanik memiliki potensi sumber air tanah yang cukup besar untuk dikelola (Kartadinata 2007).

Kecamatan Cidahu merupakan salah satu wilayah penyangga kawasan vulkanik Gunung Salak yang memiliki potensi air tanah sangat besar.


(19)

Pemanfaatan air tanah di wilayah ini selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (non-komersil) juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas produksi perusahaan-perusahaan swasta (komersil).

Tabel 1 Jumlah perusahaan dan sumber air tanah yang digunakan oleh perusahaan di Kecamatan Cidahu pada tahun 2013

No. Jenis Pemanfaatan Jumlah Perusahaan

Sumber Air yang digunakan 1 Bahan Penunjang

Produksi:

- Peternakan 1 Sumur Bor Dalam

- Garmen 3 Sumur Bor Dalam

2 Bahan Utama:

- AMDK 7 Sumur Bor Dalam

- Minuman Energi 1 Sumur Bor Dalam dan Mata Air

Sumber : DPESDM Kabupaten Sukabumi 2013

Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat 12 perusahaan menggunakan air tanah di Kecamatan Cidahu. Perusahaan menggunakan air tanah sebagai bahan penunjang produksi maupun sebagai bahan utama. Selain itu Tabel 1 juga menunjukkan pada umumnya perusahaan memanfaatkan air tanah melalui pembuatan sumur bor dalam. Artinya, air tanah yang digunakan oleh perusahaan adalah air tanah dalam yang berada di bawah lapisan akuifer dengan rata-rata kedalaman >100 m.

Pemanfaatan air tanah memiliki dampak positif dan negatif. Pemanfaatan air tanah oleh perusahaan pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sukabumi, namun pada sisi lain pemanfaatan yang dilakukan terus-menerus dan dalam jumlah besar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat Kecamatan Cidahu.

Air tanah yang digunakan oleh mayarakat pada dasarnya berbeda dengan air tanah yang digunakan oleh perusahaan. Air tanah yang digunakan oleh masyarakat merupakan air tanah dangkal yang diperoleh melalui pembuatan sumur gali/dangkal (dug wells), sedangkan air tanah yang digunakan oleh perusahaan merupakan air tanah dalam melalui pembuatan sumur bor/sumur dalam (deep wells). Akan tetapi, ketika pengambilan air tanah melalui sumur bor/sumur dalam (deep wells) lebih besar dari pengisiannya akan menyebabkan


(20)

lengkung-lengkung penurunan muka air tanah (depression cone) antara sumur satu dengan sumur lainnya. Selanjutnya hal tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah secara permanen (Suripin 2002).

Melihat dampak kerusakan lingkungan dan potensi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat, kebijakan pemerintah menjadi sangat penting untuk mengatur pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Kebijakan berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Pengelolaan air tanah penting dilakukan mengingat sifat air tanah pada kondisi geologi tertentu proses hidrologi air tanah membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan maka air tanah akan habis (Kodoatie dan Sjarief 2010b).

Di India terdapat ketegangan yang menarik antara pemikiran yang mengutamakan keadilan dan yang mengutamakan keberlanjutan. Kedua kepentingan tersebut sering kali bertentangan. Kebijakan yang mengutamakan kesetaraan politik dan ekonomi untuk kepentingan saat ini sering berbenturan dengan kebijakan yang mengutamakan kepentingan keadilan antar generasi (Aguilar 2011). Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis kebijakan pengelolaan air tanah serta potensi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pemanfaatan air tanah. Harapannya air tanah di Kecamatan Cidahu dapat dikelola dan dimanfaatkan berdasarkan prinsip berkeadilan dan berkelanjutan.

1.2 Perumusan Masalah

Pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu didominasi oleh perusahaan swasta. Data pada Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPESDM) menunjukkan terdapat 12 perusahaan yang memanfaatkan air tanah di Kecamatan Cidahu (DPESDM 2013). Pemanfaatan air tanah dilakukan perusahaan secara terus-menerus dan dalam jumlah besar. Hal itu diindikasikan dapat menyebabkan kuantitas air tanah terus berkurang apabila pengambilan air tanah tidak diimbangi dengan pemasukan (run in).

Lokasi perusahaan pemanfaat air tanah terletak di wilayah hilir, yaitu pada ketinggian lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah hulu. Pemanfaatan air


(21)

tanah di wilayah hilir diindikasikan berdampak terhadap ketersediaan air tanah di wilayah hulu. Hal itu terjadi karena kondisi hidrogeologi dan kimia-air tanah Kecamatan Cidahu sebagai wilayah penyangga kawasan vulkanik Gunung Salak.

Wilayah hulu Kecamatan Cidahu pada elevasi di atas 700 m dpl termasuk pada kategori sistem aliran air tanah lokal (pendek penjalaran air tanahnya), sementara itu wilayah hilir pada elevasi 500 m dpl termasuk pada kategori sistem aliran air tanah regional (panjang penjalaran air tanahnya). Daerah resapan (recharge area) sumber air perusahaan rata-rata terletak di wilayah hulu pada elevasi 700-900 m dpl (Kartadinata 2007).

Ketersediaan air pada sumur gali masyarakat saat ini sudah sangat jauh berkurang jika dibandingkan dengan keadaan dahulu sebelum adanya pengambilan air tanah oleh perusahaan. Kedalaman sumur gali milik masyarakat saat ini rata-rata mencapai 15-17 m dari kedalaman awal sekitar 8-10 m (Mangoting dan Surono 2006). Apabila kondisi tersebut terus dibiarkan, tidak mustahil pada masa yang akan datang masyarakat Kecamatan Cidahu mengalami krisis air bersih. Kebijakan pengelolaan yang mengatur pemanfaatan air tanah menjadi sangat penting perannya untuk mengatasi kondisi tersebut. Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu?

2. Berapa potensi nilai kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan?

3. Siapa stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu?

4. Bagaimana kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah tercapainya sinergisitas antar stakeholder dalam mengelola dan memanfaatkan air tanah di Kecamatan Cidahu, sehingga dapat terwujud pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang berkeadilan dan berkelanjutan.


(22)

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.

2. Mengestimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.

3. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.

4. Menganalisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan fokus terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu serta penghitungan potensi kerugian ekonomi masyarakat.

2. Pemilihan wilayah estimasi potensi kerugian ekonomi pada penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu empat desa di wilayah hulu Kecamatan Cidahu yang mengalami kerugian ekonomi akibat kekeringan.

3. Penilaian kerugian fokus terhadap potensi kerugian ekonomi rumah tangga, yaitu besar replacement cost yang dikeluarkan responden.

4. Pengaruh terhadap sektor pertanian tidak termasuk dalam penelitian ini. Sawah di Kecamatan Cidahu berdasarkan profil kecamatan merupakan sawah tadah hujan.

5. Kontribusi perusahaan terhadap PAD, multiplier effect, serta sistem distribusi output perusahaan tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.


(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Ketersediaan sumber daya air sangat tergantung pada daya pulih dari air itu sendiri. Menurut Fauzi (2010) air merupakan sumber daya yang dapat digolongkan sebagai sumber daya terbarukan (renewable) maupun tidak terbarukan (non-renewable). Hal itu tegantung pada sumber dan pemanfaatannya. Air yang bersumber dari bawah tanah atau groundwater misalnya, diperoleh melalui proses geologi selama ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga meskipun memiliki daya pulih maka pemanfaatan melebihi kemampuan recharge dapat menjadikan air sebagai sumber daya yang tidak terbarukan. Sebaliknya, air permukaan atau surface water seperti air yang diperoleh dari sungai maupun danau dapat dikategorikan sebagai sumber daya terbarukan karena adanya proses siklus hidrologi dari bumi.

2.1.1 Permintaan dan Penawaran Sumber Daya Air

Permintaan sumber daya air di Indonesia terus mengalami peningkatan. Menurut Sanim (2011) kebutuhan air meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup dan perkembangan sektor industri. Peningkatan kebutuhan air bersih akan merubah nilai dari sumber daya air tanah yang sebelumnya merupakan barang bebas (free good) menjadi barang yang bernilai ekonomi (economic good) dan diperdagangkan seperti komoditi lain. Perkiraan dalam sepuluh tahun mendatang, nilai strategis sumber daya air tanah akan semakin besar sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya pembangunan pemukiman, bangunan publik, perhotelan, industri makanan, minuman, obat-obatan, dan indsutri lainnya yang memerlukan air sebagai bahan baku dan proses (Kodoatie dan Sjarief 2008a).

Kondisi air di Indonesia apabila dilihat dari sisi penawaran termasuk sangat melimpah. Menurut Sanim (2011) Indonesia memiliki luas daratan sekitar 1.918.410 Km2 dengan curah hujan sebesar 2.620 mm setahun. Kodoatie dan Sjarief (2008) menjelaskan, jika dilihat dari begitu luasnya Indonesia dari sisi geografi, maka volume air di udara yang jatuh sebagai hujan cukup berlimpah.


(24)

Ketika hujan mencapai bumi yang menjadi aliran mantap hanya 25%, hampir tiga perempat terbuang percuma ke laut. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya air masih perlu dikelola dengan cara-cara yang benar agar air mantap meningkat dan air yang terbuang percuma berkurang.

2.1.2 Sifat dan Nilai Air Tanah

Air tanah termasuk dalam kelompok sumber daya yang memiliki siklus dalam proses pembentukannya. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2010b), air tanah merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi (hydrologic cycle) yang berlangsung di alam. Sumber ini terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam tanah di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir melalui lapisan batuan, terutama lapisan pembawa air (akuifer) dalam satu cekungan air tanah (groundwater basin) yang berada di bawah permukaan tanah menuju ke daerah lepasan (discharge area).

Lebih lanjut Kodoatie dan Sjarief (2010b) menjelaskan bahwa air tanah dapat berupa air sumur dalam maupun air sumur dangkal. Air sumur dalam ialah air yang telah merembes melalui lapisan-lapisan mineral masuk ke tanah, ketika selama perembesan bahan-bahan organiknya tertahan. Oleh karena itu, air sumur dalam dapat langsung diminum. Sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat langsung diminum karena rawan perembesan oleh zat pencemar yang berasal dari limbah buangan kegiatan domestik, pertanian, ataupun industri.

Air tanah memiliki nilai yang sangat penting sebagai salah satu sumber pasokan kebutuhan air dalam aktivitas manusia. Air lebih dari sekedar sebagai nilai sosial, ekonomi, religius, kultural dan lingkungan (Sanim 2011). Kamper et al. (2006) dalam Siswanto (2011) menyebutkan nilai ekonomi air tanah yakni: (1) nilai penggunaan (use value), untuk keperluan air minum, industri, irigasi dan sebagainya; (2) diluar nilai penggunaan (non-use value) misalnya kemanfaatan untuk generasi yang akan datang; (3) nilai ekosistem, misalnya manfaat keberadaan air tanah untuk ekosistem, sungai dan danau.


(25)

2.1.3 Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Pemanfaatan Air Tanah

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Pasal 34 tentang Air Tanah menyatakan bahwa air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Contoh pemanfaatan air tanah yang tidak dikelola dengan baik adalah pemanfaatan air tanah yang dilakukan secara terus-menerus dan dalam jumlah yang melebihi daya pulihnya. Pemanfaatan air tanah seperti itu dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa penurunan jumlah debit air, penurunan muka air tanah, penurunan mutu air, dan penurunan permukaan tanah (Suripin 2002). Menurut Hindarko (2002) harus diakui bahwa dampak lingkungan yang terjadi dari penyadapan air tanah secara masal ini sangat mengkhawatirkan, seperti misalnya:

1. Intrusi air laut, berupa rembesan air asin yang mencemari sumur penduduk, dan merusak bangunan bawah tanah lainnya.

2. Land subsidence, penurunan muka tanah, seperti yang sedang terjadi di daerah pantai Kota Semarang, muka tanah diperkirakan turun 5 cm setiap tahunnya.

3. Penurunan muka air tanah secara masal, sehingga sungai menjadi kering, sumur penduduk habis airnya, mata air berhenti mengalir.

2.1.4 Metode Estimasi Potensi Kerugian Akibat Pemanfaatan Air Tanah Menurunnya ketersediaan air menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat Kecamatan Cidahu. Nilai kerugian ekonomi akibat degradasi lingkungan salah satunya dapat dihitung dengan Averting Behavior Methods

(ABM). ABM menggambarkan pengeluaran yang dibuat atau dikeluarkan masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif degradasi lingkungan. Metode ini menggunakan biaya dari pembelian barang (produk) tertentu untuk menilai kualitas lingkungan. Secara umum, metode ini sangat sesuai diaplikasikan untuk kasus-kasus ketika pencegahan kerusakan atau pengeluaran untuk barang-barang pengganti benar-benar ada atau benar-benar akan dibuat (Jones, et al. 2000).


(26)

Pendekatan ABM didasarkan pada asumsi bahwa apabila orang menerima biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut setidaknya harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian tersebut. Adapun asumsi lain dalam ABM adalah sebagai berikut :

1. Individu mengenali dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan mereka;

2. Individu mampu menyesuaikan kebiasaan mereka untuk mencegah atau mengurangi dampak tersebut.

Estimasi potensi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kecamatan Cidahu pada penelitian ini dinilai melalui analisis ABM pendekatan Replacement Cost. Replacement Cost adalah pendekatan ABM yang mengestimasi nilai jasa lingkungan melalui biaya pengganti jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan menggunakan teknologi (Jones, et al. 2000). Adapun menurut Garrod and Willis (1999), pendekatan replacement cost menilai nilai sumber daya dengan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan setelah sumber daya tersebut telah rusak.

2.1.5 Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah

Menurut Suparmoko (2008), suatu kebijakan sumber daya alam dan lingkungan yang bertanggung jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan peraturan serta tindakan yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya alam dan lingkungan yang membuat perekonomian bekerja efisien serta bertahan dalam waktu yang tidak terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi agregat dan tidak membiarkan lingkungan fisik menjadi rusak, maupun tidak menimbulkan risiko yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi justru sebaliknya akan membuat generasi yang akan datang lebih sejahtera.

Menurut Suparmoko dan Suparmoko (2000), intervensi kebijakan dapat dikelompokkan menjadi: a) insentif atas dasar kekuatan pasar yang diharapkan memengaruhi perilaku perorangan (market based insrument = MBI), b) instrumen


(27)

komando dan pengawasan (comand and control = CAC) yang mengatur kegiatan lewat larangan atau pembatasan pada sumber-sumber pencemaran, dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk pembersihan lingkungan kerangka kebijakan ini dapat dilihat pengelompokannya seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Kerangka kebijakan untuk perlindungan lingkungan

Kebijakan Instrumen Langsung Instrumen tidak Langsung Insentif dengan

mekanisme pasar

Pengaturan pencemaran; perdagangan perizinan; sistem pembayaran kembali deposit.

Pajak dan subsidi terhadap bahan dan produk; subsidi pada barang dan bahan pengganti.

Komando dan pengawasan

Peraturan/ketentuan

emisi/buangan (sumber pasti, kuota yang tidak dapat diganti).

Pearturan/pembatasan terhadap peralatan, proses, bahan dan produk. Pengeluaran

pemerintah

Pengaturan terhadap pengeluaran lembaga pemerintah untuk kegiatan purifikasi, pembersihan, buangan limbah, dan penegakan hukum dan peraturan.

Pengembangan teknologi bersih, produksi bersih

Sumber: Eskeland dan Jimmenez (1992) dalam Suparmoko dan Suparmoko (2000)

Pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat bergantung pada kebijakan aturan yang ada. Menurut Kodoatie et al. (2007) dalam Adoe (2008), kebijakan yang diambil dalam rangka pengendalian pemanfaatan air tanah antara lain pengaturan persyaratan dalam pemberian izin pengeboran, penurapan mata air dan pengambilan, serta pembatasan debit pengambilan. Kebijakan ini bertujuan mempertahankan kesinambungan keberadaan air tanah agar mampu menopang kebutuhan untuk jangka panjang dan masa datang.

Kebijakan pengendalian pemanfaatan air tanah merupakan instrumen yang sangat penting dalam rangka pengendalian dampak lingkungan. Menurut Kodoatie et.al. (2007) dalam Adoe (2008), perizinan air tanah merupakan bentuk legitimasi dalam pengelolaan air tanah juga dimaksud sebagai pengendalian dalam pendayagunaan air tanah. Izin dapat dicabut jika terbukti menimbulkan kerusakan lingkungan. Izin hanya diberikan untuk daerah-daerah yang kondisi air tanahnya masih aman atau masih memungkinkan dapat diambil tanpa mengakibatkan kemerosotan kondisi dan lingkungan air tanah. Izin pemakaian air tanah perlu dimiliki mengingat cara pengeboran air tanah atau penggunaannya mengubah kondisi dan lingkungan air tanah antara lain berupa penyusutan ketersediaan air tanah, penurunan muka air tanah, perubahan pola aliran air tanah, penurunan kualitas air tanah, mengganggu sistem akuifer atau penggunaannya


(28)

untuk memenuhi kebutuhan, mengambil air tanah dalam jumlah yang melebihi ketentuan.

2.1.6 Metode Analisis stakeholder

Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Grimbel dan Chan (1995) mendeskripsikan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud adalah semua yang memengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal itu dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau isntitusi dalam berbagai ukuran. Stakeholder meliputi pembuat kebijakan, perancang dan administrator dalam pemerintah, serta kelompok pengguna objek dalam sistem.

Konsep analisis stakeholder pernah dideskripsikan oleh Freeman (1984) dalam Suhana (2008). Freeman mengemukakan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tujuan pencapaian organisasi. Ada tiga tingkat analisis pemangku kepentingan:

1. Tingkat Rasional

Tingkat rasional sangat membutuhkan pemahaman tentang stakeholder dari organisasi. Freeman menggunakan peta umum stakeholder, kemudian mengidentifikasi masing-masing stakeholder berdasarkan peta stakeholder.

Lebih lanjut, masing-masing stakeholder diidentifikasi dan dianalisis. Freeman juga menggunakan dua dimensi grid sebagai perangkat analisis organisasi stakeholder. Dimensi pertama merupakan kelompok stakeholder

dilihat dari sisi kepentingannya, dan dimensi kedua merupakan kelompok

stakehoder dilihat dari sisi pengaruh/kekuatannya dalam organisasi. 2. Tingkat Proses

Tingkat proses diperlukan untuk memahami bagaimana organisasi baik secara implisit ataupun eksplisit mengelola hubungan dengan


(29)

masing-masing stakeholder, dan apakah proses ini sesuai dengan peta stakeholder

rasional organisasi. 3. Tingkat Transaksional

Tingkat transaksional membutuhkan pemahaman hubungan transaksi antar organisasi dan stakeholder serta mampu menyimpulkan apakah hubungan/kerjasama yang terjadi sesuai dengan peta stakehoder dan proses organisasi stakeholder. Pemahaman legitimasi masing-masing stakeholder

sangat penting dalam keberhasilan tingkat transaksional.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang air tanah sudah banyak dilakukan, namun sebagian besar meneliti tentang pencemaran air tanah dan willingnes to pay masyarakat terhadap pencemaran air tanah. Penelitian tentang kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah serta dampak kerugian ekonomi masyarakat secara umum masih jarang diteliti. Oleh karena itu, penulis meneliti mengenai analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang membahas peran stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, serta estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.

Penelitian mengenai pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sebelumnya pernah dilakukan oleh Adoe (2008) yang berjudul “Pengendalian Pemanfaatan Air tanah Di Kota Kupang”. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa proses pengendalian pemanfaatan air tanah merupakan upaya untuk menjamin pemanfaatan air tanah secara bijaksana serta menjaga kesinambungan kuantitas dan kualitasnya.

Penelitian lain pernah dilakukan oleh Siswanto (2011) yang berjudul “Evaluasi Kebijakan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta”. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis evaluasi kebijakan adalah analisis isi (content analysis). Penelitiannya menyimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya menggunakan pajak dan retribusi air tanah sebagai kebijakan untuk membatasi pemakaian dan pemanfaatan air tanah di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kontribusi pajak dan retribusi air tanah terhadap PAD sangat kecil dibandingkan dengan pajak daerah dan retribusi daerah yang


(30)

lain. Fungsi instrumen pajak dan retribusi air tanah adalah upaya pembatasan pemakaian dan konservasi air tanah.

Penelitian nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya air sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiawan (2012) yang berjudul “Penilaian Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Kabupaten Bogor Akibat Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air Oleh Perusahaan Air Minum”. Metode analisis yang digunakan dalam menilai economic losses adalah averted cost methods. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan persepsi masyarakat (petani dan rumah tangga), telah terjadi kelangkaan sumber daya air akibat adanya pemanfaatan sumber mata air secara berlebihan oleh perusaha air minum. Kelangkaan sumber daya air menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hasil penilaian economic losses masyarakat Desa Cijeruk akibat adanya pemanfaatan sumber mata air secara berlebihan oleh perusahaan air minum adalah sebesar Rp.740.466.000 per tahun.

Adapun penelitian lain yang menghitung estimasi nilai kerugian ekonomi akibat pemanfaatan air tanah pernah dilakukan oleh Ismail et al. (2011) yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah (Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara)”. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung kerugian ekonomi adalah melalui penghitungan biaya pencegahan, biaya kesehatan dan biaya penggantian. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa responden yang sudah tidak menggunakan air tanah, umumnya menggunakan sumber air bersih pengganti berupa air ledeng. Total kerugian yang dialami masyarakat Kelurahan Kapuk Muara adalah sebesar Rp. 9.926.489.524 per tahun.


(31)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kecamatan Cidahu adalah salah satu wilayah penyangga kawasan vulkanik Gunung Salak. Gunung Salak berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang memasok air tanah dan air permukaan dalam jumlah sangat besar ke daerah-daerah yang ada di sekitar kawasan yang dilingkupinya. Air tanah dan air permukaan tersebut telah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik itu untuk pemanfaatan komersil maupun pemanfaatan non-komersil.

Pemanfaatan komersil dapat memberikan dampak positif, yaitu meningkatkan PAD Kabupaten Sukabumi dan menunjang keuntungan perusahaan. Akan tetapi, pemanfaatan komersil juga dapat berdampak terhadap lingkungan, salah satunya terjadi deplesi air tanah. Deplesi air tanah lebih lanjut dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat harus mengeluarkan biaya pengganti karena penurunan kuantitas air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan kebijakan pengelolaan air tanah yang mengatur pemanfaatan air tanah secara berkeadilan dan berkelanjutan.

Pengelolaan dan pemanfaatan air dipengaruhi oleh peran seluruh

stakeholder. Persepsi stakeholder juga penting dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pemahaman stakeholder terhadap sifat dan kondisi air tanah. Kemudahan dalam mendapatkan izin usaha dan lemahnya penegakkan pengawasan terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan diindikasikan menjadi penyabab semakin banyak berdirinya perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan air tanah di Kecamatan Cidahu. Analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah penting dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kebijakan dengan fakta pemanfaatan yang terjadi dilapangan. Adapun analisis tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder penting dilakukan untuk mengetahui peran stakeholder

dalam kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Analisis kebijakan dan analisis stakeholder serta persepsi pemahaman stakeholder dapat menjadi arah perbaikan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Alur kerangka berpikir penelitian ini tersaji pada Gambar 1.


(32)

Sumber: Data primer diolah 2013

Keterangan : : Ruang lingkup penelitian : Alur penelitian

Gambar 1 Diagram alur pemikiran operasional

Air Tanah di Kecamatan Cidahu

Pemanfaatan Non-Komersial

Kebijakan Pengelolaan Air Tanah

Pemanfaatan Komersial

Keuntungan Perusahaan

Analisis

Replacement Cost

Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat

Kondisi Fisik Air tanah: -potensi

-kondisi pemanfaatan -deplesi

Perencanaan dan Regulasi

Perbaikan Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu

Persepsi

Stakeholder

Analisis

Stakeholder

Meningkatkan PAD

Analisis Persepsi

Implikasi Kebijakan


(33)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian meliputi empat desa, yaitu Desa Cidahu, Desa Girijaya, Desa Jayabakti, dan Desa Tangkil. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan pada lokasi tersebut diduga telah terjadi penurunan kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret – April 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner serta observasi lapang. Responden meliputi

stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu dan masyarakat (rumah tangga) yang diindikasikan mengalami kerugian ekonomi.

Data sekunder diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu, yaitu Kecamatan Cidahu, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT), Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPESDM), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Sekretariat Daerah (Setda) Bagian Hukum, Dinas Tata Ruang Permukiman dan kebersihan (Dinas Tarkimsih), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda),dan LSM. Data pendukung lainnya diperoleh dari studi literatur yang relevan dengan penelitian. Secara lengkap matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.


(34)

Tabel 3 Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis

No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumebr Data Metode Analisis 1 Analisis persepsi stakeholder

dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Primer dan sekunder Wawancara staff pegawai pada masing-masing instansi terkait dan masyarakat.

Metode deskriptif (kualitatif)

2 Estimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat Kecamatan Cidahu akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan.

Primer Wawancara masyarakat yang bertempat diindikasikan terkena dampak. Metode kuantitatif dan deskriptif (kualitatif) 3 Analisis stakeholder yang

berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Primer dan sekunder Wawancara staff pegawai pada masing-masing instansi terkait. Metode deskriptif (kualitatif) 4 Analisis kebijakan pengelolaan

dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Primer dan sekunder Instansi terkait, wawancara, serta studi literatur. Metode deskriptif (kualitatif)

Sumber: Data primer diolah 2013

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Penelitian ini menggunakan dua kelompok responden. Pertama, responden kunci (key person). Responden ini diambil dari staff dan pejabat instansi yang dianggap memiliki informasi penting terkait penelitian. Kedua, responden masyarakat. Responden masyarakat dipilih secara sengaja dengan teknik snowball sampling, yaitu rumah tangga di empat desa wilayah hulu yang mengalami kerugian ekonomi. Selanjutnya populasi dipilih dari rumah tangga yang diindikasikan terkena dampak. Total responden dalam penelitian ini adalah 78 responden. Masing-masing jumlah responden adalah 11 responden kelompok pemerintah, 5 responden kelompok perusahaan pengguna air tanah, 2 responden lembaga eksternal dan 60 responden KK masyarakat Kecamatan Cidahu.

4.4 Metode Analisi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengkaji kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, analisis stakeholder


(35)

Analisis stakeholder digunakan untuk mengetahui peran stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Adapun analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengestimasi potensi kerugian ekonomi masyarakat melalui analisis biaya pengganti (replacement cost). Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

4.4.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi persepsi stakeholder

dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Persepsi responden didapatkan melalui wawancara dengan pegawai instansi terkait dan masyarakat. Matriks analisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Matriks analisis persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah

No. Parameter Analisis Tujuan Analisis

1 Sifat air tanah Mengetahui sifat air tanah menurut persepsi masing-masing stakeholder

2 Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan

Mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan air tanah oleh perusahaan

3 Kondisi air tanah Mengetahui kondisi air tanah di Kecamatan Cidahu menurut persepsi masing-masing stakeholder

Sumber: Data primer diolah 2013

4.4.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat

Penilaian potensi kerugian ekonomi diestimasi dengan menggunakan analsis Averting Behaviour Methods (ABM) melalui pendekatan replacement cost (biaya untuk mengganti jasa yang hilang/rusak). Metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomi masyarakat melalui biaya pengganti untuk memperoleh air bersih, seperti biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran penggunaan air pipanisasi, biaya penggalian sumur, serta biaya lainnya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah air bersih. Informasi besarnya kerugian masyarakat diperoleh dengan menghitung biaya pengeluaran responden pada masing-masing KK. Matriks analisis estimasi potensi nilai kerugian ekonomi masyarakat disajikan dalam Tabel 5.


(36)

Tabel 5 Matriks analisis estimasi potensi nilai kerugian ekonomi masyarakat No Parameter Analisis Tujuan Analisis

1 Kondisi air Mengetahui kondisi umum pola penggunaan air bersih masyarakat

2 Biaya penggantian Mengetahui jenis tindakan biaya penggantian untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari

3 Kerugian ekonomi Mengestimasi besar biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga yang kemudian digunakan sebagai dasar penghitungan nilai kerugian ekonomi masyarakat

Sumber: Data primer diolah 2013

Perhitungan estimasi potensi nilai kerugian ekonomi mayarakat diperoleh dari besarnya replacement cost yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Masing-masing data biaya yang dikeluarkan oleh responden rumah tangga ditabulasikan ke dalam tabel yang berisi jenis tindakan penggantian yang dilakukan, jumlah rumah tangga responden yang melakukan tindakan penggantian, biaya rata-rata yang dikeluarkan serta total biaya untuk setiap tindakan penggantian yang dilakukan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan masing-masing responden dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

RBP = ... Keterangan:

RBP = Rata-rata biaya pengganti (Rp)

BPi = Jumlah biaya pengganti responden i (Rp) n = Jumlah responden

i = Responden ke-i (1,2,3,….,n)

4.4.3 Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah

Identifikasi peran stakeholder dilakukan dengan metode deskriptif pada hasil analisis stakeholder. Analisis stakeholder dilakukan dengan cara mengidentifikasi tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder

dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Matriks analisis stakeholder disajikan dalam Tabel 6.


(37)

Tabel 6 Matriks analisis stakeholder

No. Parameter Analisis Tujuan Analisis

1 Kepentingan stakeholder Mengetahui siapa saja stakeholder yang terlibat dan menganalisis kepentingan masing-masing stakeholder

2 Pengaruh stakeholder Mengetahui siapa saja stakeholder yang terlibat dan menganalisis pengaruh masing-masing stakeholder

3 Posisi stakeholder Mengetahui posisi masing-masing stakeholder dalam pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu

Sumber: Data primer diolah 2013

Adapun tahapan analisis stakeholder dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi stakehoder

2. Membuat tabel stakeholder yang berisi informasi: a. Daftar stakeholder

b. Tingkat kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya terhadap kebijakan. Kepentingan aktor dinilai dengan menggunakan skala likert, yaitu antara 1 sampai 5. Angka tersebut masing-masing menunjukkan nilai; 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang/cukup tinggi; 4 = tinggi; dan 5= sangat tinggi. Indikator tinggi dilihat dari seberapa penting pengelolaan dan pemanfaatan air tanah bagi masing – masing

stakeholder.

c. Tingkat pengaruh stakeholder. Pengaruh stakeholder mengacu pada tiga aspek yang dimiliki stakeholder, yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), finansial, dan politik. Penilaian tingkat pengaruh akan menggunakan skala likert yaitu antara 1 sampai 5. Angka tersebut masing-masing menunjukkan nilai; 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang/cukup tinggi; 4 = tinggi; dan 5 = sangat tinggi. Indikator tinggi atau rendahnya pengaruh masing-masing stakeholder dilihat dari tingkat kewenangan/kekuatan respon stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Nilai pengaruh didapatkan dari penjumlahan aspek SDM, finansial, dan politik.

3. Selanjutnya dibuat diagram seperti Gambar 2 untuk mengetahui tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder serta posisi

stakeholder apakah masuk pada kategori subeject, player, by stander, atau


(38)

Tinggi

A B

Tingkat kepentingan Subject Player

C D

By Stander Actor

Rendah Tinggi

Tingkat pengaruh

Gambar 2 Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder

4.4.4 Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah

Analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah diarahkan pada parameter perencanaan (prosedur perizinan), pengawasan, penertiban dan evaluasi kegiatan konservasi air tanah. Matriks analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Matriks analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah No. Parameter Analisis Tujuan Analisis

1 Perizinan: Konsep perizinan, dasar aturan yang digunakan, dan persyaratan perizinan

Mengetahui dan mengkaji dokumen prosedur perizinan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah

2 Pengawasan: Motivasi perlunya pengawasan, jumlah izin, laporan pengawasan, dan aktor yang terlibat.

Mengetahui dan memahami proses pengawasan pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah.

3 Penertiban: Dasar aturan penertiban, motivasi dilakukan penertiban, jumlah kasus penertiban, dan aktor yang terlibat.

Mengetahui dan memahami proses penertiban terhadapa pelanggaran yang dilakukan perusahaan pengguna air tanah.

4 Konservasi: Motivasi konservasi, lokasi daerah resapan, konservasi yang dilakukan, dan aktor yang terlibat.

Mengetahui dan memahami proses konservasi yang harus dilakukan oleh perusahaan pengguna air tanah.

5 Implikasi kebijakan Mengetahui apakah kebijakan pengelolaan yang ada telah sesuai dengan pemanfaatan air tanah yang terjadi dilapangan.


(39)

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luas Kecamatan Cidahu adalah 2.916,90 Ha. Kecamatan Cidahu terdiri dari delapan desa, yaitu Desa Pondok Kaso Tengah, Pasir Doton, Pondok Kaso Tonggoh, Babakan Pari, Tangkil, Jayabakti, Cidahu dan Giri Jaya.

Batas wilayah Kecamatan Cidahu secara administratif adalah: 1. Sebelah utara : Kabupaten Bogor

2. Sebelah selatan : Kecamatan Parungkuda 3. Sebelah barat : Kecamatan Parakansalak 4. Sebelah timur : Kecamatan Cicurug

Berdasarkan profil Kecamatan Cidahu dalam angka (2010), kondisi topografi Kecamatan Cidahu secara umum bervariasi antara 0-3%, 3-8%, 15-25% dan >40%. Kemiringan lahan didominasi oleh lahan dengan kemiringan 15-25%. Ketinggian diatas permukaan laut berkisar antara 500-1.000 m dpl. Potensi geologi Kecamatan Cidahu pada umumnya berupa struktur tanah dan batuan hasil pelapukan batuan dari aktivitas Gunung Gede Pangrango.

Iklim di Kecamatan Cidahu masih dipengaruhi iklim regional wilayah Kabupaten Sukabumi yang beriklim tropis basah dengan curah hujan yang dipengaruhi oleh angin Muson yang bertiup dari daratan Australia dan Asia. Rata-rata curah hujan di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2004 adalah 2.309 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 158 hari. Suhu udara berkisar antara 18-300C dengan suhu rata-rata 260C. Kelembaban rata-rata sebesar 85%.

Penduduk Kecamatan Cidahu berjumlah 60.567 jiwa dengan jumlah KK mencapai 15.520 KK. Jumlah penduduk pada kategori usia di dominasi oleh usia >18 tahun, yaitu sebanyak 33.976 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat masih didominasi oleh lulusan SD yaitu sebanyak 16.042 jiwa. Adapun mayoritas mata pencaharian masyarakat didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian sebagai karyawan swasta, yaitu sebanyak 5.756 jiwa (Kecamatan Cidahu dalam angka 2010).


(40)

5.1.1 Potensi Air Tanah di Kecamatan Cidahu

Wilayah Cidahu berada pada sistem Cekungan Air Tanah (CAT) Sukabumi. CAT Sukabumi memiliki potensi air tanah bebas/dangkal sebesar 759 juta m3/tahun, dan air tanah dalam sebesar 34 juta m3/tahun (DPESDM Kabupaten Sukabumi 2012). Data potensi sumber air di Kecamatan Cidahu, dapat dilihat pada pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Jumlah sumber air di Kecamatan Cidahu pada Tahun 2010

No Desa Sungai Mata Air

1 Pondok kaso Tengah 1 2

2 Pasir doton 1 2

3 Pondok kaso Tonggoh 1 0

4 Babakan Pari 2 3

5 Tangkil 2 4

6 Jayabakti 2 6

7 Cidahu 2 3

8 Girijaya 2 3

Jumlah 13 23

Sumber: Kecamatan Cidahu dalam angka 2010

Tabel 8 memperlihatkan masing-masing desa di Kecamatan Cidahu memiliki potensi sumber air cukup banyak. Umumnya masing-masing desa memiliki aliran sungai dan beberapa sumber mata air, kecuali Desa Pondok Kaso Tonggoh yang hanya memiliki satu aliran sungai dan tidak memiliki sumber mata air. Desa-desa di Kecamatan Cidahu tersebar pada dataran rendah dan dataran tinggi, empat desa pertama berada pada dataran rendah, sedangkan 4 desa berikutnya berada pada dataran tinggi.

5.1.2 Aspek Geometri

Kartadinata (2007) menyatakan bahwa secara geologi Kecamatan Cidahu tersusun dari bawah ke atas berupa breksi laharik (laharic breccia), tuff padu (welded tuff), tuff batuapung (pumiceous tuff), paleosil, tuff lapilli (lapilli tuff), dan lava. Perubahan facies batuan relatif berubah pada jarak yang dekat. Hasil kajian penampang geologi menunjukkan akuifer yang berkembang berupa akuifer breksi laharik, akuifer lava, akuifer tuff lapilli dan akuifer tuff batu apung. Akuifer breksi laharik bersifat tertekan yang ditutupi oleh lapisan tuff padu, sementara ketiga akuifer lainnya bersifat tidak tertekan. Akuifer tuff lapilli dan tuff batu


(41)

apung sangat mungkin berhubungan dengan air permukaan. Hal itu berbeda dengan breksi laharik yang terhambat oleh lapisan tuff padu, namun demikian masih mungkin adanya interaksi dengan air yang menerobos pada lapisan tuff padu berfraktur.

Potensi air tanah di Kecamatan Cidahu terdiri dari dua elevasi kedalaman akuifer yang berbeda. Umumnya interpretasi nilai resistivity menunjukkan bahwa pada elevasi 875 – 1.225 m lapisan akuifer air tanah dangkal diduga akan ditemukan antara kedalaman 2,6 – 27,1 m dan lapisan air tanah dalam antara kedalaman 44,25 – 55,1 m, sedangkan pada elevasi 525 m lapisan akuifer air tanah dangkal diduga akan ditemukan antara kedalaman 4,1 – 30,7 m dan lapisan air tanah dalam antara kedalaman 64,4 – 112,6 m.

5.1.3 Aspek Ekosistem Air Tanah

Menurut Kartadinata (2007), hasil interpretasi data hydrogelogy, kimia-air tanah, dan isotop air tanah menunjukkan bahwa pada elevasi diatas 700 m dpl (wilayah hulu) Kecamatan Cidahu termasuk dalam kategori sistem aliran lokal (pendek penjalarannya), sementara pada elevasi 500 m dpl (wilayah perusahaan pemanafaat air tanah) termasuk dalam kategori sistem aliran regional (panjang penjalarannya). Pada elevasi 499-550 m dpl tipe air tanah berupa facies Na+K, SO42-Na+K, Cl- merefleksikan aliran air yang cukup panjang atau jauh, sementara pada elevasi diatas 800 m dpl berupa Mg, Cl- merefleksikan aliran air tanah yang relatif pendek.

Hasil analisis geologi yang dipadukan dengan kimia-air tanah menunjukkan bahwa daerah resapan (recharge area) terletak pada elevasi 600 - 815 m dpl. Analisis terobosan air melalui tuff padu (geology leakage) menununjukkan daerah resapan terletak pada elevasi 600 – 850 m dpl. Analisis isotop menunjukkan bahwa daerah resapan sumber air yang dimanfaatkan di wilayah hilir oleh perusahaan terletak pada elevasi 700 – 900 m dpl.

5.2 Kondisi Pemanfaatan Air Tanah

Pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu didominasi oleh perusahaan. Terdapat 12 perusahaan memanfaatakan air tanah dengan jumlah debit yang besar.


(42)

Jenis perusahaan tersebut diantaranya perusahaan AMDK, garmen dan minuman energi. Perusahaan menggunakan air artesis (air tanah dalam) melalui pemasangan sumur bor. Jenis perusahaan dan volume debit air tanah yang dimanfaatkan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis perusahaan dan volume debit air yang dimanfaatkan oleh perusahaan di Kecamatan Cidahu pada bulan Maret 2013

No Jenis Pemanfaatan Jumlah Perusahaan

Volume Debit (m3)

Over Debit (m3) x 10

Volume Total (m3) 1 Bahan Penunjang

Produksi:

- Peternakan 1 1.050 0 1.050

- Garmen 3 12.603 79.130 83.820

2 Bahan Utama:

- AMDK 7 16.393 1820 18.031

- Minuman Energi 1 12.821 0 12.821

Jumlah Total 12 42.867 80.950 115.722

Sumber: DPESDM Kabupaten Sukabumi 2013

Tabel 9 memperlihatkan pengguna dominan air tanah di Kecamatan Cidahu adalah perusahaan garmen. Volume total air tanah yang dimanfaatkan sebesar 83.820m3 (per Bulan Maret 2013) atau setara 1.388.644 m3/tahun. Volume total pemanfaatan air tanah pada tabel diatas sudah termasuk penghitungan over debit

(jumlah over debit x 10).

5.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibagi ke dalam enam karakteristik, antara lain jenis kelamin, tingkat usia, tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, dan kategori penduduk. Responden unit rumah tangga sebagian besar merupakan kepala keluarga. Kepala keluarga dalam suatu rumah tangga diduga telah memiliki informasi yang cukup mengenai perilaku rumah tangganya dalam memenuhi kebutuhan air.

Sebagian besar responden (78,33%) yang diwawancarai merupakan penduduk asli. Pada umumnya responden telah menetap semenjak mereka lahir. Lamanya mereka tinggal dapat dijadikan dasar analisis perubahan lingkungan yang terjadi di Kecamatan Cidahu. Mayoritas responden berada pada rentang usia 23 – 62 tahun. Responden pada rentang usia tersebut diasumsikan telah dapat


(43)

memberikan informasi yang baik mengenai perubahan lingkungan yang terjadi. Data karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Data karakteristik responden

No. Kategori Responden

Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin:

Laki-laki 53 88,33

Perempuan 7 11,67

2. Tingkat Usia:

23-28 tahun 12 20

29-34 tahun 9 15

35-40 tahun 16 26,67

41-46 tahun 8 13,33

47-52 tahun 7 11,67

53-58 tahun 5 8,33

59-64 tahun 3 5

3. Tingkat Pendidikan Formal:

TS 6 10,00

SD 19 31,67

SMP 12 20,00

SMA 12 20,00

D3 4 6,67

S1 7 11,67

4. Jenis Pekerjaan:

Karyawan 19 31,67

Pedagang 12 20,00

Wiraswasta 11 18,33

PNS 5 8,33

Buruh 10 16,67

IRT 1 1,67

TB 2 3,33

5. Tingkat Pendapatan:

<1 juta 12 20,00

1-1,9 juta 27 45,00

2-2,9 juta 10 16,67

>3,00 juta 11 18,33

6. Kategori Penduduk:

Asli 47 78,33

Pendatang 13 21,67

Sumber: Data primer diolah 2013

Tabel 10 memperlihatkan pada umunya responden memiliki tingkat pendidikan formal terakhir SD, yaitu sebesar 31,67%. Sebagian besar responden


(44)

(31,67%) memiliki jenis pekerjaan sebagai karyawan. Pekerjaan sebagai karyawan tidak terlepas dari kondisi wilayah Kecamatan Cidahu yang merupakan kawasan industri, terutama industri air minum dalam kemasan (AMDK) dan garmen. Perusahaan-perusahaan tersebut bersifat padat karya sehingga banyak penduduk lokal yang bekerja sebagai karyawan.

Pekerjaan responden berpengaruh terhadap pendapatan rata-rata responden. Mayoritas pekerjaan responden sebagian karyawan swasta memberikan implikasi bahwa rata-rata pendapatan responden adalah sebesar rata-rata Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Sukabumi, yaitu sebesar Rp. 1.200.000. Tingkat pendapatan responden sebagian besar (45%) berada pada rentang Rp. 1.000.000 – Rp. 1.900.000.


(45)

VI ANALISIS PERSEPSI STAKEHOLDER DAN

MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN AIR TANAH

6.1 Analisis Persepsi Stakeholder dan Masyarakat

Persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah penting diidentifikasi. Hasil identifikasi persepsi dapat dijadikan sebagai dasar arahan perbaikan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang berbasis sinergisasi antara seluruh stakeholder. Identifikasi persepsi responden mencakup persepsi kelompok pemerintah, kelompok perusahaan pengguna air tanah, kelompok lembaga eksternal dan masyarakat lokal Kecamatan Cidahu. Parameter yang digunakan untuk menganalisis persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah adalah sifat air tanah, pemanfaatan air tanah yang dilakukan perusahaan, dan kondisi lingkungan

6.1.1 Persepsi Responden terhadap Sifat Air Tanah

Sifat air tanah sangat menentukan keberadaan dan ketersediaan air tanah. Pengetahuan stakeholder dan masyarakat terhadap sifat air tanah dapat mengarahkan perilaku mereka dalam upaya mengelola dan menjaga potensi air tanah di Kecamatan Cidahu. Persepsi responden diidentifikasi melalui indikator pengetahuan responden terhadap sifat daya pulih air tanah dan hakikat air tanah dalam pemanfaatannya.

Tabel 11 Sebaran persepsi kelompok pemerintah terhadap sifat air tanah

Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:

a terbarukan 11 100

b tidak terbarukan 0 0

c.tidak mengetahui 0 0

2.Hakikat Air Tanah:

a.boleh dimanfaatkan 11 100

b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0

c. tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Berdasarkan hasil identifikasi persepsi kelompok pemerintah pada Tabel 11 didapatkan informasi bahwa kelompok pemerintah 100% menyatakan air tanah


(46)

bersifat terbarukan. Seluruh responden menyatakan air tanah terbarukan, hanya saja membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Konservasi air tanah sangat penting dilakukan untuk tetap menjaga keberadaan air tanah, sehingga tetap dapat memenuhi kebutuhan permintaan sumber daya air masyarakat maupun perusahaan pengguna air tanah.

Sebaran persepsi kelompok pemerintah menunjukkan bahwa 100% responden menyatakan air tanah merupakan sumber daya yang boleh dimanfaatkan. Pemanfaatan air tanah memberikan kontribusi terhadap pembangunan melalui pemungutan pajak air tanah, namun disisi lain pemanfaatan air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan dampak kerusakan lingkungan. Mengingat sifat air tanah yang membutuhkan waktu lama untuk pulih, maka pemanfaatan air tanah harus diatur agar keberadaannya dapat terus berkelanjutan. Peran pemerintah dibutuhkan sebagai pihak yang berwenang melaksanakan kebijakan perizinan, pengawasan, penertiban serta upaya konservasi pengelolaan dan pemanfaatan air tanah.

Tabel 12 Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah terhadap sifat air tanah

Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:

a terbarukan 4 80

b tidak terbarukan 0 0

c.tidak mengetahui 1 20

2.Hakikat Air Tanah:

a.boleh dimanfaatkan 5 100

b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0

c. tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah pada Tabel 12 menunjukan bahwa 80% responden menyatakan sifat air tanah terbarukan. Mayoritas responden telah mengetahui bahwa air tanah memiliki sifat terbarukan namun membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Sebaran persepsi kelompok perusahaan menunjukkan bahwa 100% resonden menyatakan air tanah boleh dimanfaatkan. Perusahaan membutuhkan air tanah untuk proses produksi, baik sebagai kebutuhan utama produksi maupun hanya sebagai bahan penunjang.


(47)

Alasan perusahaan lebih memilih menggunakan air tanah dibandingkan air permukaan diantaranya adalah karena tidak adanya sumber air bersih lain yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tabel 13 Sebaran persepsi kelompok lembaga eksternal terhadap sifat air tanah

Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:

a terbarukan 2 100

b tidak terbarukan 0 0

c.tidak mengetahui 0 0

2.Hakikat Air Tanah:

a.boleh dimanfaatkan 2 100

b.tidak boleh dimanfaatkan 0 0

c. tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi lembaga eksternal pada Tabel 13 menunjukan bahwa 100% responden menyatakan sifat air tanah terbarukan. Responden lembaga eksternal terdiri dari LSM dan perguruan tinggi, keduanya menyatakan bahwa air tanah memiliki sifat terbarukan namun membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pihak LSM, pemahaman LSM terhadap sifat air tanah diperoleh dari kajian rutin yang sering mereka laksanakan. Sebaran persepsi lembaga eksternal menunjukkan bahwa 100% responden menyatakan air tanah boleh dimanfaatkan. Air tanah pada hakikatnya merupakan sumber daya pemberian Tuhan YME untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup.

Tabel 14 Sebaran persepsi kelompok masyarakat terhadap sifat air tanah

Sifat Air Tanah Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Sifat Daya Pulih Air Tanah:

a terbarukan 14 23,33

b tidak terbarukan 0 0

c.tidak mengetahui 46 76,67

2.Hakikat Air Tanah:

a.boleh dimanfaatkan 45 75

b.tidak boleh dimanfaatkan 2 3,33

c. tidak mengetahui 13 21,67


(48)

Berdasarkan sebaran persepsi masyarakat pada Tabel 17, diperoleh informasi bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Cidahu tidak mengetahui sifat daya pulih air tanah. Sebanyak 76,67% responden menyatakan tidak mengetahui. Ketidaktahuan responden diindikasikan terjadi karena pendidikan formal terkahir responden mayoritas lulusan SD dan SMP. Mengatasi hak tersebut, seharusnya pemerintah lebih giat melakukan penyuluhan/sosialisasi untuk membuat masyarakat lebih mengetahui dan lebih memahami tentang keberadaan air tanah. Sebaran persepsi masyarakat menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat (75%) menyatakan air tanah boleh dimanfaatkan selama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Cidahu selama ini pada umumnya berasal dari sumur dangkal, maupun mata air.

6.1.2 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Air Tanah yang dilakukan Perusahaan

Persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah yang dilakukan perusahaan penting diidentifikasi. Pengetahuan responden dapat dijadikan sebagai pemikiran awal untuk melakukan pengawasan pemanfaatan air tanah berbasis keterlibatan masyarakat lokal. Indikator yang digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap pemanfaatan air tanah adalah pengetahuan responden terhadap adanya perusahaan yang memanfaatkan air tanah, dan apakah pemanfaatan air tanah yang dilakukan perusahaan berlebihan.

Tabel 15 Sebaran persepsi kelompok pemerintah terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan

Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan

Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Mengetahui Terdapat Perusahaan

yang Menggunakan Air Tanah:

a.mengetahui 11 100

b.tidak mengetahui 0 0

2.Apakah Pengambilan Air Tanah Berlebihan:

a.berlebihan 5 45,45

b.tidak berlebihan 5 45,45

c.tidak mengetahui 1 9,09


(49)

Sebaran persepsi kelompok pemerintah pada Tabel 15 menunjukkan bahwa 100% kelompok pemerintah mengetahui bahwa di Kecamatan Cidahu terdapat perusahaan yang menggunakan air tanah dalam aktivitas produksinya. Pemerintah yang berwenang langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan air tanah mengetahui perusahaan menggunakan air tanah melalui pembuatan sumur bor dalam. Pembuatan sumur bor dalam dilakukan pada kedalaman >100m, yaitu pada lapisan akuifer tertekan CAT Sukabumi.

Sebaran persepsi kelompok pemerintah menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap pengambilan air tanah oleh perusahaan memiliki persentase yang seimbang antara yang menyatakan berlebihan dan tidak berlebihan. Sebanyak 45,45% menyatakan berlebihan dan sebanyak 45,45% menyatakan tidak berlebihan, sedangkan 9,09% menyatakan tidak mengetahui. Responden menyatakan berlebihan berdasarkan beberapa fakta, diantaranya pelaporan meter air perusahaan over debit dari izin yang diperbolehkan. Responden yang menyatakan tidak berlebihan disebabkan oleh instansi pemerintahan tempat mereka bekerja tidak berhubungan langsung dengan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah.

Tabel 16 Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan

Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan

Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Mengetahui Terdapat Perusahaan

yang Menggunakan Air Tanah:

a.mengetahui 5 100

b.tidak mengetahui 0 0

2.Apakah Pengambilan Air Tanah Berlebihan:

a.berlebihan 2 40

b.tidak berlebihan 3 60

c.tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi kelompok pemerintah pada Tabel 16 menunjukkan bahwa 100% perusahaan mengetahui perusahaan menggunakan air tanah untuk aktivitas produksi. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh posisi/jabatan responden yang diwawancarai ialah karyawan yang menjabat/membidangi penggunaan air tanah yang dilakukan oleh perusahaan. Sebaran persepsi kelompok perusahaan


(50)

menunjukkan bahwa persentase persepsi responden perusahaan yang menyatakan pengambilan air tidak berlebihan lebih besar dibandingkan responden yang menyatakan berlebihan.

Tabel 17 Sebaran persepsi kelompok lembaga eksternal terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan

Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan

Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Mengetahui Terdapat Perusahaan

yang Menggunakan Air Tanah:

a.mengetahui 2 100

b.tidak mengetahui 0 0

2.Apakah Pengambilan Air Tanah Berlebihan:

a.berlebihan 2 100

b.tidak berlebihan 0 0

c.tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi responden lembaga eksternal pada Tabel 17 menunjukkan bahwa 100% responden mengetahui terdapat perusahaan yang menggunakan air tanah untuk aktivitas produksi. Lembaga eksternal LSM bahkan memiliki data

time series jumlah perusahaan pengguna air tanah di Kecamatan Cidahu. Sebaran persepsi lembaga eksternal menunjukkan bahwa 100% responden menyatakan pengambilan air tanah yang dilakukan perusahaan berlebihan.

Tabel 18 Sebaran persepsi kelompok masyarakat terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan

Pemanfaatan Air Tanah oleh Perusahaan

Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Mengetahui Terdapat Perusahaan

yang Menggunakan Air Tanah:

a.mengetahui 35 58,33

b.tidak mengetahui 25 41,67

2.Apakah Pengambilan Air Tanah Berlebihan:

a.berlebihan 23 38,33

b.tidak berlebihan 3 5

c.tidak mengetahui 34 56,67

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi masyarakat pada Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase responden yang mengetahui dan tidak mengetahui adanya perusahaan yang


(51)

menggunakan air tanah hampir seimbang. Sebanyak 58,33% responden menyatakan mengetahui dan 41,67% responden tidak mengetahui. Rata-rata responden yang menjawab mengetahui hanya mampu menjelaskan perusahaan AMDK saja yang menggunakan air tanah. Sebaran persepsi masyarakat menunjukkan bahwa persentase persepsi masyarakat terhadap pengambilan air tanah oleh perusahaan paling besar menyatakan tidak mengetahui. Masyarakat tidak mengetahui berapa besar jumlah debit air tanah yang digunakan oleh masing-masing perusahaan. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat menyebabkan sikap yang tidak peduli terhadap pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh perusahaan.

6.1.3 Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Kecamatan Cidahu Persepsi responden terhadap kondisi lingkungan penting diidentifikasi sebagai bahan evaluasi pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Hasil identifikasi dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan arah perencanaan dan penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Indikator yang digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap kondisi lingkungan Kecamatan Cidahu adalah potensi dampak kerusakan yang diakbiatkan oleh pemanfaatan air tanah oleh perusahaan dan kondisi air di Kecamatan Cidahu.

Tabel 19 Sebaran persepsi kelompok pemerintah terhadap kondisi lingkungan Kecamatan Cidahu

Kondisi Lingkungan Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Apakah Menimbulkan

Kerusakan Lingkungan:

a.ya 9 81,81

b.tidak 1 9,09

c.tidak mengetahui 1 9,09

2.Kondisi Kuantitas Air Tanah yang Dapat dimanfaatkan:

a.tetap 3 27,27

b.menurun 6 54,54

c.tidak mengetahui 2 18,18

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi kelompok pemerintah pada Tabel 19 menunjukkan bahwa mayoritas responden pemerintah menyatakan pemanfaatan air tanah oleh


(52)

perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan. Kondisi cadangan air tanah di CAT Sukabumi belum dapat diketahui dengan pasti, sehingga tidak dapat dihitung berapa persentase perubahan muka air tanah pada CAT. Hal itu disebabkan DPESDM selaku dinas teknis pengelolaan air tanah belum memiliki alat ukur yang dapat menghitung cadangan air tanah dalam CAT.

Sebaran Persepsi kelompok pemerintah menunjukkan bahwa pada umumnya pemerintah menyatakan bahwa kondisi air tanah di Kecamatan Cidahu menurun. Sebanyak 54,54% responden menyatakan kondisi air tanah di Kecamatan Cidahu menurun setelah banyak berdirinya perusahaan pengguna air tanah. Pengambilan air tanah jika dilakukan terus-menerus dalam jumlah besar dan tidak diimbangi dengan upaya konservasi pemulihan air tanah secara logika dapat disimpulkan akan terus mengurangi cadangan air pada CAT Sukabumi. Faktanya, saat ini konservasi air tanah yang dilakukan di Kecamatan Cidahu masih sangat minim.

Tabel 20 Sebaran Persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah terhadap kondisi lingkungan Kecamatan Cidahu

Kondisi Lingkungan Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Apakah Menimbulkan

Kerusakan Lingkungan:

a.ya 3 60

b.tidak 2 40

c.tidak mengetahui 0 0

2.Kondisi Kuantitas Air Tanah yang Dapat dimanfaatkan:

a.tetap 5 100

b.menurun 0 0

c.tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran Persepsi kelompok perusahaan pada Tabel 20 menunjukkan bahwa persepsi perusahaan persentasenya hampir seimbang antara yang menyatakan menimbulkan kerusakan lingkungan dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perusahaan yang menyatakan menimbulkan kerusakan lingkungan beranggapan bahwa kerusakan lingkungan akan terjadi apabila perusahaan melakukan pengambilan air tanah secara terus menerus dan tidak diimbangi dnegan upaya konservasi. Sebaran persepsi kelompok perusahaan pengguna air tanah menunujukkan bahwa 100% kelompok perusahaan pengguna air tanah


(53)

menyatakan kondisi air tanah di Kecamatan Cidahu relatif tetap. Persepsi perusahaan berdasarkan pada kondisi sumur bor masih tetap mengeluarkan jumlah debit air yang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas produksi perusahaan.

Adapun Sebaran persepsi lembaga eksternal menunjukkan bahwa 100% responden menyatakan pengambilan air tanah oleh perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, kemungkinan kerusakan lingkungan dapat ditimbulkan akibat kebocoran pada saat membuat sumur bor dalam. Kebocoran sumur bor dapat mengakibatkan air yang tersedot oleh mesin tidak hanya air tanah dalam lapisan akuifer tertekan tetapi juga air tanah dangkal. Tabel 21 Sebaran Persepsi kelompok lembaga eksternal terhadap kondisi

lingkungan Kecamatan Cidahu

Kondisi Lingkungan Sebaran Persepsi

Jumlah (orang) Persentase (%) 1.Apakah Menimbulkan

Kerusakan Lingkungan:

a.ya 2 100

b.tidak 0 0

c.tidak mengetahui 0 0

2.Kondisi Kuantitas Air Tanah yang Dapat dimanfaatkan:

a.tetap 0 0

b.menurun 2 100

c.tidak mengetahui 0 0

Sumber: Data primer diolah 2013

Sebaran persepsi lembaga eksternal menunjukkan bahwa 100% responden lembaga eksternal menyatakan bahwa kondisi air yang dapat dimanfaatkan menurun. Pihak LSM mengungkapkan beberapa fakta bahwa telah terjadi penurunan kuantitas sumber daya air di Kecamatan Cidahu. Fakta penurunan kuatitas air diantaranya adalah terlihat pada kondisi air sungai yang semakin dangkal dan kondisi sumur warga yang mengalami pendalaman.

Adapun sebaran persepsi masyarakat menunjukkan bahwa 31% responden menyatakan pengambilan air tanah oleh perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah menurunnya debit air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat terlebih ketika musim kemarau tiba. Berdasarkan hasil wawancara, apabila dilihat dari sisi kuantitas air tanah di Kecamatan Cidahu semakin berkurang setiap tahunnya.


(1)

Lampiran 4 Daftar Perusahaan Pengguna Air Tanah di Kecamatan Cidahu

No Nama Perusahaan Jenis

Perusahaan

Lokasi Perusahaan 1 PT. Tirta Investama AMDK Desa Babakan Pari 2 PT. Agrawira Tirta Mitra AMDK Desa Babakan Pari 3 PT. Airess Mega Utama AMDK Desa Pasir Doton 4 PT. Baksomas Sugiharto

Pasific

AMDK Desa Pondokaso Tonggoh 5 PT. Cisalada Jaya Tirtama AMDK Desa Jaya Bakti

6 PT. Indotrirta Sejuk Abadi AMDK Desa Pondokaso Tengah 7 PT. Tri Banyan Tirta AMDK Desa Babakan Pari

8 PT. Aqua TBP AMDK Desa Babakan Pari

9 PT. Tang Mas AMDK Desa Jaya Bakti

10 PT. Asia Health Energy BVG Minuman Energi Desa Pondokaso Tengah 11 PT. Cipta Dwi Busana Garmen Desa Pondokaso Tonggoh 12 PT. Delami Nitya Mandita Garmen Desa Pondokaso Tonggoh 13 PT. Gunung Salak Sukabumi Garmen Desa Babakan Pari 14 PT. TA Global Indonesia Garmen Desa Babakan Pari


(2)

Lampiran 5 Peta Zonasi CAT di Kabupaten Sukabumi


(3)

Lampiran 6 Data Biaya Pengganti yang dikeluarkan oleh Masyarakat Kecamatan Cidahu untuk Mendapatkan Air Bersih.

Responden Ke-

Jenis biaya pengganti yang dikeluarkan masyarakat (Rp/tahun) Pembuatan sumur baru Pendalaman sumur Jasa pengambilan air

Pipanisasi Total biaya pengganti

1 0 600.000 0 0 600.000

2 0 500.000 0 0 500.000

3 0 500.000 300.000 0 800.000

4 0 500.000 0 0 500.000

5 0 500.000 0 0 500.000

6 1.500.000 0 0 0 1.500.000

7 0 0 0 0 0

8 0 400.000 0 0 400.000

9 0 0 0 0 0

10 2.000.000 0 0 0 2.000.000

11 0 500.000 450.000 0 950.000

12 0 0 600.000 0 600.000

13 0 0 0 0 0

14 0 0 300.000 0 300.000

15 0 0 0 0 0

16 0 400.000 0 0 400.000

17 1.500.000 0 0 0 1.500.000

18 0 0 0 0 0

19 0 0 360.000 0 360.000

20 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0

26 1.500.000 0 0 0 1.500.000

27 0 0 450.000 0 450.000

28 0 0 0 0

29 0 0 180.000 0 180.000

30 1.800.000 0 0 0 1.800.000

31 0 0 0 0 0

32 0 0 900.000 0 900.000

33 0 0 0 0 0

34 0 500.000 0 0 500.000

35 0 0 0 0 0

36 0 0 0 0 0


(4)

Responden Ke-

Jenis biaya pengganti yang dikeluarkan masyarakat (Rp/tahun) Pembuatan sumur baru Pendalaman sumur Jasa pengambilan air

Pipanisasi Total biaya pengganti

38 0 500.000 0 0 500.000

39 0 0 0 0 0

40 0 0 0 0 0

41 0 0 600.000 0 600.000

42 0 0 0 0 0

43 0 500.000 0 0 500.000

44 0 0 0 60000 60.000

45 0 0 0 36000 36.000

46 0 0 300000 48000 348.000

47 0 0 0 60000 60.000

48 0 0 0 36000 36.000

49 0 0 0 48000 48.000

50 0 0 300.000 48000 348.000

51 0 0 0 36000 36.000

52 0 0 0 48000 48.000

53 0 0 0 36000 36.000

54 0 0 450.000 60000 510.000

55 0 0 0 48000 48.000

56 0 0 0 48000 48.000

57 0 0 0 48000 48.000

58 0 500000 0 60000 560.000

59 0 0 0 36000 36.000

60 0 500000 0 60000 560.000

Total 8.300.000 6.400.000 5.190.000 816.000 20.706.000 Sumber: Data primer diolah 2013


(5)

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Key Person Kondisi Bukit yang Gundul di Cidahu

Kebocoran Pipanisasi Kesulitan Air Bersih

Pipanisasi Bantuan PNPM yang tidak Terawat

Kondisi Sungai Ketika Musim Hujan Kondisi Sungai Ketika Musim Kemarau


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 21 November 1991 dari Ibu Euis Suryati dan Ayah Asep Herliyana. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Pawenang pada tahun 1997-2003, kemudian menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Nagrak pada tahun 2003-2006. Tahun 2009 penulis lulus SMA Negeri 1 Cibadak dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga pernah menerima beasiswa Prestasi Peningkatan Akademik (PPA) IPB pada tahun 2011-2013.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi intra maupun ekstra kampus. Pengalaman organisasi intra kampus penulis aktif sebagai Wakil Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (BEM FEM IPB) Kabinet Sinergi pada Tahun 2010-2011 dan sebagai staff Biro BEM Corporation BEM FEM IPB Kabinet Progresif pada Tahun 2011-2012. Adapun organisasi ekstra kampus yang penulis aktif menjabat sampai saat ini adalah sebagai Ketua Divisi Hubungan Masyarakat Ikatan Alumni SMP Negeri 2 Nagrak. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan baik sebagai panitia maupun sebagai peserta.