Tinjauan Pustaka Kajian Potensi Pasokan Mata Air Di Kecamatan Cidahu

1

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Peran sumber daya airbumi semakin lama semakin penting dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat. Mata air merupakan aliran airbumi, yang muncul ke permukaan tanah secara alami dan disebabkan oleh terpotongnya aliran airbumi oleh bentuk topografi setempat. Pada umumnya mata air muncul di daerah kaki perbukitan atau bagian lereng, lembah perbukitan, dan di daerah dataran. Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung terhadap bagian infiltrasi dan menjadi aliran airbumi sumber mata air. Pada saat ini, beberapa daerah resapan mata air khususnya di pulau Jawa telah mengalami kerusakan yang mengkhawatirkan. Mata air di daerah Bogor, Purwokerto, dan Malang telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1970 an. Terjadi penurunan secara nyata pada debit Mata Air Tangkil yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor sejak tahun 1997 hingga 2004 Aristyana, 2005. Di wilayah Bogor, hingga tahun 2001 telah terjadi penurunan debit mata air yang dimanfaatkan oleh PDAM setempat, yaitu sebesar 4–15 Prastowo, 2001. Apabila tidak ada upaya pengendalian kerusakan ekosistem di sekitar mata air, maka dapat dipastikan bahwa pemanfaatannya di masa mendatang akan terganggu. Guna membantu pengelolaan sumber daya air ini terutama dalam perencanaan pendayagunaan dan konservasinya, dibutuhkan informasi yang cukup rinci tentang keterdapatan, penyebaran, jumlah, dan mutu mata air yang dikaitkan dengan kondisi geologinya., dan penyebaran akifer serta potensi airbumi yang terkandung di dalamnya. Agar dapat melaksanakan pengelolaan tersebut, terutama untuk keperluan perencanaan dan pengembangan mata air suatu daerah. 1.2 Tujuan Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: 1. Memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air Kecamatan Cidahu 2. Mengkaji variasi dari data deret waktu mata air Kecamatan Cidahu yang memiliki rekaman untuk kurun waktu yang cukup panjang. 3. Pembuatan peta spasial dan penampang melintang geologi mata air Kecamatan Cidahu untuk mengidentifikasi daerah resapan

II. Tinjauan Pustaka

Daur hidrologi Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer Seyhan, 1990. Evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air dan evaporasi kembali. Daur tersebut berguna untuk memberikan konsep pengantar mengenai bagaimana air bersirkulasi secara umum dan proses-proses yang terlibat dalam sirkulasi ini. Hidrogeologi dan Peta Hidrogeologi Hidrogeologi juga diartikan sebagai ilmu tentang air bawah tanahairbumi Hudak, 2000. Hidrogeologi hydro=air, geo=bumi, logos=ilmu adalah ilmu yang mempelajari kaitan antara kondisi geologi terhadap keterdapatan, penyebaran, pergerakan, serta kualitas airbumi. Peta hidrogeologi dapat didefinisikan sebagai peta yang memberikan informasi tentang keterdapatan airbumi dan kemungkinan luah sumur yang menyadap akifer, serta komposisi kimia airbumi, dikaitkan dengan unit-unit geologi litologi, stratigrafi dan struktur, dan informasi lain yang berkaitan dengan air dari suatu daerah tertentu, di atas suatu peta dasar topografi skala 1:100.000. Hidrogeologi mengamati proses air berinteraksi dengan sistem geologi. Airbumi Airbumi adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah air lapisan dan di dalam retak-retak batuan air celah atau fissure water Sosrodarsono dan Takeda, 1977. Beberapa teori asal-usul terjadinya air bumi adalah sebagai berikut Tolman, 1937 : 1. Teori infiltrasi Airbumi berasal dari air yang jatuh ke permukaan tanah terus masuk ke permukaan 2 tanah sebagai air infiltrasi. Setelah tanah jenuh atau pori-pori tanah terisi air, maka air akan diteruskan ke bawah sebagai air perkolasi untuk kemudian menuju ke bawah sebagai air perkolasi untuk kemudian menjadi airbumi. 2. Teori air juvenil Airbumi yang masih murni atau belum mengikuti daur hidrologi. 3. Teori connate water Airbumi berasal dari formasi batuan endapan di bawah laut yang lambat laun terangkat ke permukaan air laut. Air yang tersimpan dan terbawa dalam formasi batuan tersebut akan menjadi air bawah tanah. 4. Teori kondensasi Airbumi sebagian besar berasal dari uap air di udara yang berkondensasi dan beredar melalui rongga atau retakan batuan. Awan yang terbawa udara dalam memasuki rongga atau retakan tersebut dapat mengalami pengembunan dan akan mencair yang kemudian menjadi airbumi. Keadaan airbumi Formasi geologi yang mengandung atau berisi air dan melakukannya dari satu titik ke titik lainnya dalam jumlah yang cukup untuk mendukung perkembangan ekonomi disebut akifer Linsley et al, 1996. Air dapat terdrainase dari tanah oleh gaya gravitasi dikenal sebagai specific yield yang didefinisikan sebagai perbandingan volume air yang terdrainasekan oleh gaya gravitasi terhadap porositas tanah. Nilai specific yield pada ukuran partikel tanah dan distribusi pori-pori dan derajat stabilitaskekompakan tanah Viesman et al., 1977. Keadaan airbumi diuraikan sebagai berikut Sosrodarsono dan Takeda, 1977 : 1. Lapisan permeabel dan lapisan impermeabel Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh airbumi seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui airbumi seperti lapisan liat atau lapisan debu disebut lapisan kedap air aquiclude dan lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan disebut lapisan kedap air aquifuge. Kedua jenis lapisan ini disebut lapisan impermeabel. Lapisan permeabel yang jenuh airbumi diatasnya disebut juga akifer aquifer. 2. Air bebas dan air terkekang free water and confined water Airbumi dalam akifer yang tertutup dengan lapisan impermeabel mendapat tekanan disebut air terkekang. Airbumi dalam akifer yang tidak tertutup dengan lapisan impermeabel disebut airbumi bebas. Permukaan airbumi di dalam sumur dari airbumi bebas adalah permukaan air bebas dan permukaan airbumi dari akifer adalah permukaan air terkekang. Jadi permukaan air bebas adalah batas antara zone jenuh dan zone aerasi. 3. Airbumi tumpang perched water Di dalam zone aerasi dapat terbentuk sebuah atau lebih lapisan impermeabel, dan airbumi yang terbentuk di atasnya disebut airbumi tumpang. Air tumpang ini tidak dapat dijadikan sebagai usaha pengembangan airbumi karena mempunyai variasi permukaan air dan volume air yang tidak besar. Banyaknya kandungan airbumi di suatu daerah tergantung pada : 1. Iklimmusim atau curah hujan. 2. Banyak sedikitnya vegetasi pelindung di daerah resapan. 3. Topografi misalnya kelerengan. 4. Derajat celah batuan. Mata Air Sumber utama mata air adalah airbumi. Airbumi dapat ditemui pada lapisan akifer. Jika akifer memotong permukaan tanah, mata air atau rembesan akan terbentuk Linsley et al, 1996. Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat jenis Departemen PU, 1998, yaitu : 1. Mata air depresi Mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 ltrdtk sampai lebih dari 10 ltrdtk. Sistem mata air ini dikontrol oleh morfologi dan komposisi material penyusun litologi. Sistem input umumnya bersifat lokal berasal dari infiltrasi air hujan. Outputnya berupa mata air dan aliran effluent yang mengalir sebagai aliran sungai. 2. Mata air kontak Mata air yang muncul pada bidang kontak antara batuan yang berkelulusan 3 lebih besar di bagian atas dengan batuan yang berkelulusan lebih kecil di bawahnya. Misalnya pada lapisan batuan yang porous seperti batu pasir dan batuan piroklastik yang berada di atas kontak dengan lapisan impermeabel yang berada di bawahnya yaitu lempung. Akibatnya air tidak bisa meresap ke lapisan di bawahnya tetapi keluar ke permukaan berupa mata air. Sistem ini inputnya bersifat lokal berasal dari infiltrasi air hujan dengan output berupa mata air. Debit aliran bervariasi kurang dari 1 ltrdtk sampai 2,2 ltrdtk. Karakteristik fisik dari beberapa mata air yang diukur umumnya mempunyai suhu normal dan pH antara 6,38-8,69. 3. Mata air patahanartesis Mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata air ini terjadi pada pelapisan batu pasir dan batuan lempung. Akibat adanya sesar, air tanah tertekan yang terdapat pada lapisan batu pasir yang permeabel dapat keluar sebagai mata air. Variasi debit antara 1 ltrdtk sampai dengan 30 ltrdtk. Sistem ini inputnya bukan bersifat lokal akan tetapi seperti sistem akifer yang lainnya mempunyai pH normal. 4. Mata air ronggarekahan Mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuler atau pada batu gamping. Sistem ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah dan rekahan akibat kekar dan pelarutan pada batu gamping menjadi tempat untuk aliran air. Variasi debit antara 1 ltrdtk sampai 30 ltrdtk. Sifat fisik yang khas dari mata air rekahan dari batu gamping adalah pH yang tinggi. Sistem inputnya bukan berasal dari batu gamping tersebut. Sistem mata air ini dikontrol oleh litologi batu gamping, yang ditandai dengan terbentuknya rongga- rongga dan aliran airbumi akibat pelarutan batu gamping. Curah Hujan Curah hujan merupakan imput utama lapisan akifer yang mengandung airbumi dan menjadi pasokan utama mata air. Curah hujan yang digunakan untuk pengamatan suatu daerah akan lebih tepat bila menggunakan beberapa pos pengamatan yang berada di sekitar daerah tersebut, sehingga tidak hanya terfokus pada satu titik. Rekaman data yang cukup panjang digunakan dalam menentukan tipe iklim. Sehingga banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah kuantitas sumber air Suharyadi, 2004. Jumlah, intensitas dan penyebaran hujan akan menurunkan kecepatan dan volume aliran permukaan. Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi dalam suatu periode kemungkinan tidak akan menyebabkan aliran permukaan atau banjir jika intensitasnya rendah. Demikian pula halnya jika suatu hujan intensitasnya tinggi, tetapi dalam periode yang singkat. Kapasitas suatu wilayah untuk menampung dan menyimpan air hujan dapat dipahami dengan data statistik curah hujan. Evaluasi dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air perlu dilakukan untuk menunjukkan bagaimana ketersediaan air berubah sebagai akibat perubahan iklim dan peningkatan permintaan, juga meyakinkan pengelola sumber daya air untuk menyesuaikan perencanaan operasinya dengan kondisi yang baru Pawitan, 2002. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi campur tangan manusia terhdap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil Arsyad, 1989. Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung terhadap infiltrasi dan menjadi bagian dari limpasan permukaan. Pada prinsipnya perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan diklasifikasikan menjadi empat yaitu perubahan karakteristik puncak aliran, perubahan volume limpasan, perubahan kualitas air dan perubahan pemunculan aliran air. Topografi Topografi memegang peranan penting dalam proses yang bersifat mempercepat maupun memperlambat proses pembentukan tanah. Hal ini sangat erat hubungannya dengan aliran atau tergenangnya air pada suatu tempat. Bentuk permukaan lahan yang miring mempercepat aliran air yang dapat berdampak pada membesarnya erosi tanah. Faktor topografi 4 yang penting adalah lereng. Lereng dinyatakan dalam persen atau derajat. Sistem Informasi Geografis Secara harafiah Puntodewo, 2003, sistem informasi geografis SIG dapat diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras serta lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu vektor dan raster. 5

III. METODOLOGI

Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi

0 5 114

Potensi mata air Mungup ii untuk kebutuhan air irigasi di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

1 12 131

PUBLIKASI ILMIAH KAJIAN POTENSI AIRTANAH UNTUK Kajian Potensi Airtanah Untuk Kebutuhan Domestik Air Masyarakat di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.

0 3 18

KAJIAN POTENSI AIRTANAH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI KECAMATAN Kajian Potensi Airtanah Untuk Kebutuhan Domestik Air Masyarakat di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.

0 8 13

ANALISIS POTENSI MATA AIR KARST UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA BASUHAN KECAMATAN EROMOKO Analisis Potensi Mata Air Karst Untuk Kebutuhan Air Domestik Penduduk Desa Basuhan Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri.

1 11 19

ANALISIS POTENSI MATA AIR KARST UNTUK KEBUTUHAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA BASUHAN KECAMATAN EROMOKO Analisis Potensi Mata Air Karst Untuk Kebutuhan Air Domestik Penduduk Desa Basuhan Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

POTENSI MATA AIR UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN DOMESTIK (STUDI KASUS MATA AIR LAU BULUH DI DESA CINTA RAKYAT KECAMATAN MERDEKAKABUPATEN KARO).

0 2 22

POLA PERSEBARAN DAN POTENSI MATA AIR DI BENTUK LAHAN KARST DI KECAMATAN GIRIWOYO KABUPATEN WONOGIRI Pola Persebaran dan Potensi Mata Air di Bentuk Lahan Karst di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri.

0 4 15

POLA PERSEBARAN DAN POTENSI MATA AIR DI BENTUK LAHAN Pola Persebaran dan Potensi Mata Air di Bentuk Lahan Karst di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri.

0 3 14

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA MATA AIR (UMBUL) Analisis Potensi Obyek Wisata Mata Air (Umbul) dalam Rangka Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.

0 1 19