Penyakit Busuk Buah Kakao

12 Tipe Trinitario merupakan hibrida antara Criolo dan Forastero. Sifat morfologi dan fisiologinya sangat beragam, demikian pula sifat daya hasil dan mutu hasilnya. Dalam tataniaga kakao kelompok Trinitario termasuk dalam kakao mulia atau kakao lindak tergantung dari mutu biji yang dihasilkannya. Seperti klon DR menghasilkan kakao mulia, sedangkan klon ICS banyak menghasilkan kakao lindak Mawardi, 1982; Opeke, 1982. Trinitario mempunyai buah berwarna merah atau hijau dan bervariasi, tekstur keras; warna biji bervariasi dari ungu muda sampai ungu tua Wood Lass, 1985. Pertumbuhan pohon gigas. Contoh kelompok ini adalah klon-klon ICS 60, ICS 84, ICS 95, DR 1, DR 2, DR 38, dan DRC 16. Gambar 1. Beberapa tipe kakao Trinitario yang berkembang di Indonesia. Selanjutnya Lanaud 1987; Laurent, 1993; N’Goran, 1994 cit, Sounigo et al ., 2000 memisahkan kelompok Forastero, antara genotip yang berasal dari lembah hulu sungai Amazon dan lembah hilir sungai Amazon. Trinitario lebih dekat ke genotip Amazone hilir daripada Amazone hulu.

C. Penyakit Busuk Buah Kakao

Busuk buah black pod atau pod rot merupakan penyakit yang paling merugikan di banyak negara produsen kakao. Masalah penyakit ini bisa bersifat ICS 95 ICS 13 ICS 60 13 lokal, regional atau bahkan global. Busuk buah pada kakao terutama disebabkan Phytophthora palmivora Butl. Butl. Sejak tahun 1979, setelah Brasier dan Griffin mempublikasikan kajian taksonomi Phytophthora, diketahui ada spesies lain yang patogenik terhadap kakao, tetapi hanya menimbulkan masalah lokal ataupun regional, misal P. arecae di Vanuata, P. capcisi di Kamerun dan Brazil, P. citrophthora di Brazil, P. faberi dan P. megakarya di Afrika Barat Zadock, 1997. Busuk buah kakao di Indonesia, Malaysia, dan Papua New Guinea disebabkan oleh P. palmivora Waterhouse, 1974; Prior, 1992; van der Vossen, 1997. Sebagai patogen tropika, berdasarkan penyebaran inang aslinya, diperkirakan P. palmivora berasal dari Amerika TengahSelatan atau Indo-Pasifik Zentmyer, 1988. Terdapat tiga bentuk morfologi P. palmivora yang dapat menyebabkan penyakit pada kakao, namun sekarang bentuk morfologi tersebut mewakili tiga jenis yang berbeda, yaitu P. capsici, P. megakarya, dan P. palmivora, dan ada pula tiga jenis tambahan yang dapat menyebabkan penyakit ini, yaitu P. heveae, P. megasperma , dan P. citrophthora Thurston, 1998. Menurut Chee 1974, P. palmivora mempunyai 138 jenis tumbuhan inang, antara lain karet, lada, kelapa, sukun, pala, jeruk, kapas, pepaya, anggrek, mangga, alpokat, dan durian. Patogen ini dapat menyerang semua organ atau bagian tanaman kakao, seperti akar, daun, batang, ranting, bantalan bunga, dan buah pada semua tingkatan umur. Serangan pada buah paling merugikan dan di Indonesia penyakit ini perlu mendapat perhatian Opeke Gorenz, 1974; Pawirosoemardjo Purwantara, 1992. Selama daur hidupnya, P. palmivora menghasilkan beberapa inokulum yang berperan dalam perkembangan penyakit pada kakao Wood Lass, 1985 seperti berikut: sporangium, berbentuk ovoid dan ellipsoid mempunyai papila yang jelas Drenth Sendall, 2001. Sporangium mempunyai panjang 35-40 µm dan lebar 23-28 µm, nisbah panjanglebar 1,4-1,6. Ukuran ini bervariasi sesuai dengan medium, inang, umur biakan, lengas dan cahaya Gambar 2 A dan B. Panjang pedisel 2-10 µm. Umumnya di alam sporangium menghasilkan 15-30 spora kembara zoospora. Sporangium dapat pula menjadi sporangium sekunder atau konidium Waterhouse, 1974. 14 Gambar 2. A Sporangium P. palmivora berbentuk ovoid dengan pedisel yang jelas. B Zoospora P. palmivora bertahan sebagai klamidospora dalam tanah dan miselium pada bantalan bunga, buah muda cherelle, batang pohon kakao, dan sisa-sisa tanaman yang tersebar di tanah. Busuk buah dapat berasal dari inokulum yang bertahan di tanah, sisa-sisa tanaman, bantalan bunga, kulit, kanker batang, tangkai buah, buah muda cherelle, buah dan tangkai daun. Peran masing-masing sumber inokulum tersebut berbeda antar daerah atau negara. Umumnya tanah dan akar berperan sebagai sumber inokulum primer yang memberikan inokulum infektif pada awal musim hujan untuk mulainya epidemi busuk buah; sedangkan buah dan bagian kanopi yang sakit berperan sebagai sumber inokulum sekunder dan berhubungan langsung dengan kehilangan hasil Pereira, 1995. Epidemi penyakit busuk buah kakao terjadi akibat penyebaran vertikal dalam satu pohon dan horizontal antar pohon inokulum P. palmivora. Penyebaran vertikal terjadi akibat kontak langsung antara buah sakit dan buah sehat, penyebaran inokulum oleh tetesan air hujan dari buah sakit ke buah sehat di bawahnya, bantuan serangga vektor, dan percikan air hujan dari tanah ke buah di sekitar pangkal batang. Penyebaran horizontal dapat terjadi dengan bantuan serangga, kontak antar pohon, angin Muller, 1974. Penyebaran horizontal lebih lambat dibandingkan dengan penyebaran vertikal Gambar 3. A B 15 Gambar 3. A Infeksi P. palmivora pada buah di pohon dan B serangan P. palmivora pada bibit. Penyakit busuk buah sukar dikendalikan karena epidemiologi penyakit ini kompleks dan belum dapat diungkapkan secara tuntas Gregory Maddisson, 1981 cit. Tey, 1991, pembuangan sumber inokulum primer yang terdapat di pohon buah sakit dan kanker batang maupun di tanah serasah dan kulit buah tidak menyebabkan penundaan terjadinya epidemi pada musim hujan. Hal ini menunjukkan adanya sumber inokulum lain yang memperbesar deposit pool inokulum primer Dennis Konam, 1994. Perkembangan busuk buah dipengaruhi oleh kelembapan udara. Kelembaban udara 80-95 selama 2-4 jam mendukung infeksi spora kembara P. palmivora . Ada interaksi antara curah hujan, keragaan performance tanaman dan penyakit. Busuk buah berhubungan langsung dengan jumlah buah di pohon dan curah hujan, namun jumlah buah berbanding terbalik dengan curah hujan Thorold, 1975. Menurut Purwantara 1990; Purwantara Pawirosoemardjo 1992 kebasahan permukaan buah dan kelembaban udara berperan langsung terhadap infeksi P. palmivora pada buah kakao. Peranan curah hujan terjadi secara tidak langsung melalui terjadinya kebasahan permukaan buah dan meningkatnya kelembaban udara. Pengaruh suhu terhadap perkembangan infeksi terjadi secara tidak langsung, melalui pengaruhnya pada kelembaban udara dan kebasahan buah. B A 16

D. Pengendalian Penyakit Busuk Buah

Dokumen yang terkait

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 5 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 5 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 18

PENGARUH UKURAN PLASTIK UNTUK PENYARUNGAN BUAH KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora)

2 40 42

UJI LAPANG KETAHANAN HIBRIDA KAKAO TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butler).

0 0 3

UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON KAKAO (Theobromae cacao L.) TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthorah palmivora butl)

0 0 8