22 memantapkan perkembangan dan pemahaman Fowler Dell, 2004. Gambaran
singkatnya tahap ini adalah kemampuan untuk menghadapi dan memahami paradoks di sepanjang hidup. Pemahaman ini seringkali memunculkan keinginan
untuk berhubungan dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi dengan cara- cara yang baru dan berbeda.
Pada tahap keenam, kepercayaan universal usia tua hingga meninggal, terjadi sesuatu yang disebut pencerahan. Manusia mengalami transendensi pada
tingkat pengalaman yang lebih tinggi sebagai hasil dari pemahamannya terhadap lingkungan yang konfliktual dan penuh paradoksial. Orang yang pada tahap ini
melihat semua orang sebagai makhluk yang harus ditolong dan diasuh, tidak per- duli jenis kelamin, etnis, usia, kelas sosial, agama, keyakinan politik, dan status
ekonominya. Dia datang sebagai rahmatan lil alamin mengambil istilah Islam. Orang ini tetap hidup sebagai manusia yang memiliki keterbatasan dan inkon-
sistensi, tapi keinginan dan tindakannya sangat berbeda yaitu melihat semua orang bahagia. Tahap enam ini dianggap luar biasa, hanya beberapa orang saja yang
mencapai tahapan ini, seperti Gandhi, Martin Luther King, dan Ibu Teresa Fowler, 1981. Menurut Fowler, kebanyakan manusia berhenti pada tahap 4, dan
kebanyakan tidak pernah mencapai tahap 5 dan tahap 6 Hasan, 2006: 298.
b. Teori Daniel Helmeniak
Daniel Helmeniak juga sangat berpengaruh di bidang perkembangan spiritual. Dia seorang mantan pendeta, pendidik, professor dan filosuf yang minat
terkininya adalah perkembangan spiritual homoseksual. Helmeniak 1987 men- dasarkan model perkembangan spiritualnya pada model perkembangan ego
23 Loevinger dan model perkembangan kepercayaan Fowler. Helmeniak 1987
menyatakan, teori perkembangan Fowler dan Loevinger mencakup aspek-aspek perkembangan manusia yang sangat luas dan pengantar yang jelas tentang empat
karakteristik perkembangan spiritual yang dia ciptakan tidak bertentangan dengan teori keduanya, tapi melengkapi dan menegaskan teori Fowler dan Loevinger. Dia
meyakini bahwa perkembangan spiritual harus dilihat dengan kacamata yang sama dengan model perkembangan lain seperti perkembangan ego dan perkem-
bangan moral. Helmeniak 1987 mendefinisikan perkembangan spiritual dengan empat
karakteristik: 1 prinsip intrinsik transendensi-diri yang otentik, 2 keterbukaan subyek terhadap prinsip ini, 3 integritas atau keutuhan subyek dalam bertanya,
dan 4 seorang dewasa yang kritis dan tanggung jawab. Love 2002 lebih jauh menjelaskan bahwa yang dimaksud Helemeniak “otentik” adalah orang yang
selalu berkomitmen untuk terbuka, bertanya, jujur, dan memiliki niat yang baik”. Seperti Fowler, Helmeniak 1987 menyatakan spiritualitasnya bukan sebuah
fenomena agama, tapi sebuah fenomena manusia. Dia menyadari bahwa Tuhan adalah sentral dalam spiritualitas sebagian besar orang, tapi dia menekankan
bahwa spiritualitas adalah komponen dasar manusia dan beragam agama hanyalah beragam cara dalam mengekspresikannya Helmeniak, 1996.
Helmeniak 1987 menjelaskan dalam beberapa kesempatan bahwa per- kembangan spiritual hanya fenomena orang dewasa. Dia memberi penjelasan
bahwa level perkembangan, bukan usia kronologis, yang membedakan apa yang dimaksud dengan “dewasa”. Titik awal perkembangan spiritual adalah “tahap
24 konformis”. Tahap ini dicirikan dengan perasaan yang mendalam dan pandangan
yang sangat rasional, menerima dasar otoritas eksternal dan didukung oleh pene- rimaan orang lain. Ciri ini menyebabkan adanya keterbukaan kepada konsep
bahwa remaja dapat mengalami pengalaman spiritual. Teori spiritual Helmeniak mencakup lima tahap: Conformist, Conscien-
tiousConformist, Conscientious, Compassionate, dan Cosmic. Helmeniak 1987:78 percaya bahwa “perkembangan spiritual bisa muncul jika mulai me-
ninggalkan Tahap Konformis teori Loevinger, 1976 atau Synthetic-Conventional teori Fowler, 1981, tapi perpindahan tahap itu sulit dan beresiko. Menurut teori
Helmeniak perpindahan ini idealnya terjadi di masa dewasa awal, tapi jarang sekali terjadi ada pengabaian spiritual hingga usia baya.
Jarang juga terjadi orang terus berada pada Tahap Conformist atau Synthetic Convenstional atau terus berada pada level transisi Conscienti-
ousConformist atau Self Aware Loevinger atau Tahap 3 dan 4 di sepanjang hidupnya. Tahap ini dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk memegang
teguh agama warisan dan mulai mempertanyakan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan dan keyakinan. Menurut Love 2002:361-362 dua tahap ini me-
wakili pengalaman remaja yang bergerak dari tahap pencarian pengakuan dan pengarahan dari lingkungan eksternal dalam pembuatan pemaknaan menuju
kesadaran diri dan kebebasan diri.
c. Ken Wilber: Model Integral