Medium pertumbuhan yang biasa digunakan untuk kultivasi Chaetoceros adalah medium Guillard. Namun harga medium ini cukup mahal, sehingga perlu
dicari alternatif medium yang lebih murah. Larastri 2006 menyatakan bahwa Chaetoceros
sp dan beberapa diatom lain dapat ditumbuhkan dalam medium NPSi, namun belum dikembangkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
Chaetoceros gracilis yang diperoleh dari perairan Indonesia menggunakan
medium pertumbuhan NPSi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan medium yang sesuai untuk pertumbuhan Chaetoceros gracilis dengan harga murah, sehingga
pemanfaatannya lebih optimal. 4.1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pola pertumbuhan Chaetoceros gracilis
yang ditumbuhkan dalam medium NPSi dan menentukan rendemen biomasa Chaetoceros gracilis yang ditumbuhkan dalam medium NPSi.
4.2 Bahan dan Metode
4.2.1 Bahan dan alat 1 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini meliputi mikroalga laut jenis Chaetoceros gracilis. Mikroalga laut sebagai bahan baku pada penelitian ini
dipanen pada umur 7 hari. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan Chaetoceros gracilis
adalah NPSi, yang terdiri dari urea, triple super fosfat TSP dan natrium silika yang dibeli di toko pertanian dan toko kimia. Selain itu juga
ditambahkan vitamin B12, biotin, dan vitamin B1 yang dibeli di apotek, serta trace element
seperti CuSO
4
5H
2
O, ZnSO
4
7H
2
O, NaMoO
4
2H
2
O, NH
4
6Mo
7
O
24
4H
2
O, CoCl
2
6H
2
O, MnCl
2
4H
2
O. 2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain erlenmeyer, flask, lampu neon 20 Watt, pompa udara untuk aerasi, selang, refrigerator, mikro pipet
dan tipnya, mikroskop, haemositometer, filter keramik, sentrifus, pengering beku freeze dryer, dan peralatan gelas lain yang digunakan di laboratorium.
4.2.2 Metode penelitian 1 Kultivasi Chaetoceros gracilis dalam medium NPSi
Chaetoceros gracilis ditumbuhkan dalam flask yang dilengkapi dengan
aerasi dan lampu 20 Watt 2500 lux yang dilakukan terus menerus. Kultivasi dilakukan pada ruangan yang dilengkapi dengan AC bersuhu sekitar 25-26
o
C. Hal ini mengacu pada Lailati 2007 yang melaporkan bahwa kultur Chaetoceros
gracilis pada ruangan yang dilengkapi AC dengan lama penyinaran 24 jam
menghasilkan rendemen biomasa sel lebih besar dibanding 12 jam, pada tempat dan kondisi sama.
Komposisi medium NPSi yang digunakan mengikuti peneliti sebelumnya, yaitu N:P:Si = 3:1:4 Larastri 2006. Komposisi medium yang digunakan untuk
pertumbuhan Chaetoceros gracilis disajikan pada Lampiran 1. Kultur Chaetoceros gracilis
dibuat dengan cara menambahkan sebanyak 10 stok kultur ke dalam wadah yang telah berisi medium NPSi.
2 Penentuan kurva pertumbuhan Untuk mengetahui kurva pertumbuhan C. gracilis, maka dilakukan analisis
penghitungan jumlah sel dari awal kultivasi sampai akhir kultivasi fase kematian dengan metode hitungan langsung menggunakan haemositometer dan
mikroskop.. Kurva pertumbuhan ini bertujuan untuk menentukan umur panen Chaetoceros gracilis
. Pertumbuhan mikroalga juga dapat ditinjau dari rendemen biomasa, yaitu
berat biomasa kering per satuan volume atau per satuan luasan atau per satuan berat Becker 1994.
3 Pemanenan Chaetoceros gracilis Kultur yang telah masuk fase akhir logaritmik umur 7 hari dipanen,
selanjutnya dipisahkan biomasanya menggunakan metode filtrasi. Filter yang digunakan adalah filter keramik yang memiliki pori 0,3 µm. Biomasa Chaetoceros
gracilis yang diperoleh kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer lalu
ditimbang untuk diketahui berat keringnya. 4.2.3 Prosedur analisis
1 Penghitungan jumlah sel Sel dalam kultur dihitung dengan cara melakukan sampling setiap hari
sampai kultur mencapai fase kematian. Penghitungan jumlah sel dilakukan dengan metode hitungan langsung menggunakan haemositometer dan
mikroskop perbesaran 400x Hadioetomo 1993 dengan formulasi yang dipakai dalam menghitung kepadatan sel adalah sebagai berikut:
ml 10
mm 1
mm 0,1
mm 0,2
mm 1
1 2
N N
N
3 3
2 1
Keterangan: N = kepadatan sel selml
ΣN
1
= jumlah sel dalam 80 kotak kecil ulangan ke-1. ΣN
2
= jumlah sel dalam 80 kotak kecil ulangan ke-2. 1 mm
= panjang haemositometer dalam 80 kotak kecil. 0,2 mm = lebar hemasitometer dalam 80 kotak kecil.
0,1 mm = tinggi hemasitometer.
ml mm
3 3
10 1
= faktor konversi dari satuan mm
3
ke satuan ml. Hasil penghitungan jumlah sel kemudian dibuat log dan diplotkan pada
grafik hingga diperoleh kurva pertumbuhan dengan umur kultur hari sebagai sumbu x dan log kepadatan sel selml sebagai sumbu y.
2 Penghitungan rendemen biomasa Berat kering dari masing-masing kultur kemudian dilakukan penghitungan
terhadap rendemen biomasa dengan cara membagi berat kering tersebut dengan volume panen. Perhitungan rendemen biomasa Becker 1994 adalah
sebagai berikut: Berat biomasa kering gram
Rendemen biomasa = Volume panen liter
4.3 Hasil dan Pembahasan