2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Mikroalga
Mikroalga merupakan biota perairan yang potensial untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan produk komersial di bidang pangan, farmasi,
kosmetika, pertanian dan sebagainya. Organisme ini termasuk eukariot yang mempunyai klorofil dan melakukan fotosintesis microscopic photosynthetic
organisms , berukuran mikro, uniselular, dan berperan sebagai produsen primer
di dalam perairan, dan dikenal dengan primitive form of plant. Mikroalga dapat hidup di perairan tawar, laut, maupun tempat lembab. Hingga saat ini mikroalga
masih banyak digunakan sebagai pakan. Nutrisi mineral alga tidak jauh berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi.
Kebutuhan absolut umum untuk alga meliputi karbon, fosfor, nitrogen, sulfur, potasium dan magnesium. Elemen-elemen seperti besi dan mangan diperlukan
dalam jumlah sedikit. Beberapa elemen seperti kobal, seng, boron, copper dan molybdenum merupakan essential trace element. Selain mineral ini beberapa
alga juga memerlukan substrat organik seperti vitamin, faktor tumbuh untuk pertumbuhan Becker 1994.
Mikroalga laut dapat dikultivasi dengan menggunakan medium Guillard. Agar pertumbuhan mikroalga dalam medium kultur bagus, maka lingkungan
harus dikondisikan sama dengan kebutuhan intrinsik organisme tersebut. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan alga antara
lain faktor fisik berupa cahaya dan suhu, serta faktor kimiawi yang digunakan untuk sintesis struktur dari sel alga Becker 1994. Kondisi yang mempengaruhi
pertumbuhan alga meliputi 1 iluminasi cahaya, yang mana untuk kultur alga dapat digunakan lampu 40 Watt yang memberikan intensitas cahaya 3200 lux, 2
suhu suhu ruang atau suhu dingin, yang mana suhu dapat mempengaruhi metabolisme organisme, dan 3 medium kultur. Fitoplankton laut dapat
ditumbuhkan dalam media air laut yang diperkaya atau media air laut sintetis Kungvankij 1988.
Media kultur alga dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu 1 media sintetis lengkap, 2 air asal natural waters yang diperkaya dengan suplemen, dan 3
limbah cair dari limbah industri atau fermentasi. Untuk kultur batch sistem tertutup dimana suplai nutrien terbatas dan tidak ada penambahan atau
pengurangan dari luar, alga tumbuh melalui fase yang berbeda Becker 1994. Kurva pertumbuhan mikroalga disajikan pada Gambar 2.
Penjelasan: 1 Fase adaptasi
2 Fase pertumbuhan 3 Fase penurunan
pertumbuhan 4 Fase stasioner
5 Fase kematian Waktu
Gambar 2 Kurva pertumbuhan mikroalga Fogg dan Thake 1987 Berikut adalah uraian singkat tentang kelima fase pertumbuhan mikroalga
tersebut: Fase 1. Pada fase ini medium diinokulasikan dengan organisme. Kondisi
pada awal biasanya berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Organisme sering tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan mungkin menjadi tidak
nyaman. Selama pada fase adaptasi atau fase lag ini, kultur alga menyesuaikan diri terhadap kondisi, laju pertumbuhan lebih rendah dan akan meningkat dengan
waktu kultivasi. Sel menjadi sensitif terhadap suhu atau perubahan lingkungan lainnya.
Fase 2. Setelah kultur alga beradaptasi terhadap kondisi kultivasi yang diberikan, sel masuk ke fase pertumbuhan. Selama periode ini intensitas cahaya
tidak terbatas dan perubahan konsentrasi nutrien masih kecil pengaruhnya. Dalam sebuah kultur, dimana persediaan nutrien dan cahaya tidak terbatas,
biomas alga bertambah per waktu secara proposional. Jumlah masa sel meningkat seiring terhadap waktu. Sel-sel membelah pada laju yang konstan.
Keadaan ini sangat penting dalam menentukan keadaan kultur. Fase 3. Pada fase ini alga tumbuh pada kultur yang padat, tidak ada
penambahan atau pengurangan dari medium setelah inokulasi, penurunan logaritmik mulai terjadi. Mineral juga mulai terbatas, akumulasi limbah toksik
meningkat.
Fase 4. Pada fase ini suplai cahaya per sel alga menjadi terbatas dan peranan respirasi mulai meningkat. Kurva pertumbuhan mendekati nilai limit,
yaitu fase stasioner. Fase 5. Fase ini merupakan berakhirnya fase stasioner, yang mana
populasi sel berkurang, sel-sel alga mulai mengeluarkan bahan organik, pertumbuhan terhambat. Terjadinya fase ini disebabkan oleh umur kultur yang
sudah tua, suplai cahaya dan nutrien terbatas. Pada fase ini laju kematian menjadi tinggi, populasi alga menjadi rusak secara sempurna.
2.2 Chaetoceros sp