Latar Belakang Masalah PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN DUOS VOLI DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VII SMP N 8 PATI

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas manusia dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Langeveld seorang ahli pedagogik dari Belanda mengemukakan batasan pengertian pendidikan, bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan Achmad Munib, 2011:26. John Dewey seorang tokoh pendidikan mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, 2001:69. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Era globalisasi saat ini menimbulkan persaingan ketat diberbagai bidang kehidupan sehingga sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Sehingga, pendidikan merupakan hal penting bagi pembentukan kualitas manusia. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan dari beberapa aspek yaitu kepribadian dan kemampuan manusia sehingga manusia tersebut menjadi lebih berkualitas serta dapat bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu pengembangan di bidang pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Persaingan ketat diberbagai bidang yang disebabkan oleh era globalisasi menuntut guru sebagai pelaku terdepan pendidikan untuk mampu mengarahkan siswa agar dapat menjelajahi seluruh informasi dan pengetahuan. Guru harus mampu mengintegrasikan berbagai informasi dan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber dengan cara menarik agar dapat memotivasi siswa untuk giat belajar. Sebab motivasi adalah salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak dalam belajar Ahmad Rifai Chatarina,2009:157. Cara untuk memotivasi siswa dalam belajar adalah dengan memberi variasi pembelajaran melalui pengembangan suatu permainan Ahmad Rifai Chatarina, 2009:187. Salah satu mata pelajaran yang bisa menggunakan pengembangan suatu permainan dalam pembelajaran adalah mata pelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, mengembangkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, serta kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara saksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa Samsudin, 2008:2-3. Program penjas harus dikaitkan dengan peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani. Siswa menginginkan belajar keterampilan baru dan berbagai cabang olahraga. Program penjas harus lebih dari sekedar mengembangkan tubuh, tetapi mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk bekerja pada masa yang akan datang. Pada tingkat usia SMP penjas dipandang sebagai tempat untuk bermain fairplay dan jiwa sportivitas yang baik. Sebagian siswa juga menginginkan bermain dalam satu tim Samsudin,2008:8. Salah satu kompetensi dasar pada kurikulum KTSP kelas VII yang harus dicapai yaitu mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu lanjutan serta nilai kerjasama, toleransi, memecahkan masalah, menghargai teman dan nilai keberanian. Bola voli merupakan salah satu nomor olahraga bola besar yang harus diajarkan di sekolah. Sedangkan passing merupakan teknik dasar dari permainan bola voli sehingga pembelajaran passing merupakan bagian dari pembelajaran bola voli. Menurut fase perkembangan gerak motorik, usia SMP12-15 tahun merupakan fase yang baik untuk mengembangkan kesegaran jasmani, sehingga perlu adanya pengoptimalan gerak dari anak Sugiyanto, 2008:5.20. Pendidikan jasmani di SMP pada hakekatnya merupakan waktu yang tepat untuk mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga. Mereka memiliki perhatian, kemauan, dan motivasi untuk meningkatkan penampilan yang pernah dicapai di masa kanak-kanak Sugiyanto, 2008:5.27. Sedangkan dari segi perkembangan sosialnya, anak usia SMP cenderung suka berkelompok dalam bermain dan mempunyai rasa kompetisi yang besar. Anak usia ini ingin diakui dalam kelompoknya dan mempunyai rasa persekawanan yang makin berkembang. Keterampilan gerak pada usia SMP telah siap untuk diarahkan kepada permainan besar atau olahraga prestasi Sukintaka,1992:45. Berdasarkan fokus program pendidikan jasmani, kompetensi dasar dan karakteristik pada tingkat usia SMP 12-15tahun maka dapat disimpulkan bahwa siswa membutuhkan pembelajaran penjas yang dari segi geraknya banyak mengeksplor gerak siswa menjadi aktif. Gerak bukan hanya terpaku pada peningkatan teknik dasar bola voli saja namun bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jasmani sekaligus kemampuan teknik dasar. Siswa harus diberi banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas belajar yang bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memungkinkan siswa dapat mengembangkan konsep geraknya serta menambah kemampuan dan percaya dirinya dalam menampilkan berbagai macam gerak. Selain itu, guru perlu memberikan pengertian tentang kesadaran pentingnya penjas dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari segi perkembangan maka pembelajaran passing bola voli untuk SMP harus diajarkan semenarik mungkin agar pembelajaran lebih menyenangkan dengan cara memberikan modifikasi. Suherman 2004 pernah mengemukakan bahwa persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah meliputi pandangan bahwa pembelajaran penjas membosankan, menghabiskan waktu dan mengganggu perkembangan intelektual. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu membuat penjas menjadi menarik dan menyenangkan dengan cara melakukan permainan Anirotul, 2011:93. Modifikasi permainan yang dibuat harus bisa mengoptimalkan gerak siswa, memberikan unsur kompetisi di dalam permainan secara berkelompok, mempunyai nilai-nilai yang dapat diajarkan secara implisit melalui permainan, dan modifikasi permainan dapat pula dijadikan sebagai media untuk mencapai olahraga prestasi. Berdasarkan latar belakang itulah, maka peneliti melakukan observasi untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran penjasorkes khususnya pembelajaran bola voli di sekolah. Hasil observasi dari beberapa sekolah yaitu SMP N 1 Pati, SMP N 4 Pati, SMP N 7 Pati, dan SMP N 8 Pati menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bola voli khususnya untuk pembelajaran passing masih kurang adanya variasi pembelajaran melalui permainan. Pembelajaran yang terjadi masih monoton, tidak menarik, dan membosankan karena masih kurangnya variasi pembelajaran melalui suatu permainan. Padahal pada usia ini perkembangan anak yang suka bermain dapat dimanfaatkan sebagai suatu sarana untuk memberikan suatu pembelajaran gerak. Akibat kurangnya variasi pembelajaran dalam bentuk permainan siswa akan cenderung lebih cepat jenuh dan menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam bergerak. Observasi yang peneliti lakukan di SMP N 8 Pati pada tanggal 28 Januari 2015 menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran bola voli khususnya pembelajaran passing belum terdapat suatu bentuk variasi pembelajaran melalui suatu permainan. Guru belum dapat memberikan suatu permainan bola voli karena siswa kelas VII baru bisa untuk menguasai teknik dasar passing saja. Pembelajaran yang terjadi hanya berpusat pada teknik dasar saja dan belum ada pengaplikasiannya di dalam suatu permainan. Kurangnya variasi dalam pembelajaran menyebabkan siswa malas untuk bergerak dan cenderung membuat siswa menjadi cepat jenuh. Gerak siswa menjadi kurang optimal karena kebanyakan siswa lebih banyak diam daripada bergerak. Hasil wawancara dari guru penjas di SMP N 8 Pati menyatakan bahwa dalam memberi pembelajaran bola voli di sekolah, beliau tidak menggunakan modifikasi pembelajaran. Selain itu, beliau juga menemukan banyak siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran. Maka perlu diberi kesempatan bermain karena anak usia SMP senang berkompetisi sehingga tercapai pengoptimalan gerak dalam belajar. Masalahnya, permainan bola voli sulit diberikan karena sebagian siswa hanya menguasai teknik dasar passing bawah saja. Adapun teknik dasar passing atas hanya dikuasai beberapa siswa saja. Padahal untuk bisa bermain permainan bola voli, minimal seseorang harus bisa menguasai dua teknik dasar bola voli yaitu passing dan servis. Oleh karena itu, guru sulit untuk memberikan permainan bola voli wawancara Dyah Kusuma, guru penjas SMP N 8 Pati. Sedangkan hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah ditemukan bahwa sarana prasarana yang ada di SMP N 8 Pati sudah cukup memadai untuk pembelajaran bola voli. Hal ini dibuktikan dengan jumlah bola voli yang berjumlah 8 buah, net bola voli 2 buah dan lapangan bola voli. Namun sarana dan prasarana yang ada kurang dimanfaatkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berniat mengembangkan suatu permainan bola voli melalui permainan Duos Voli untuk mengatasi permasalahan yang sering terjadi di sekolah dengan memperhatikan fase perkembangan anak dan prinsip mengajar gerak yaitu mencapai tujuan kulikuler melalui bermain sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

1.2 Perumusan Masalah