Transparansi dalam Ruang

(1)

TRANSPARANSI DALAM RUANG

SKRIPSI

OLEH

YOHANA FERONIKA SIMBOLON

100406047

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TRANSPARANSI DALAM RUANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOHANA FERONIKA SIMBOLON

100406047

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

TRANSPARANSI DALAM RUANG SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(4)

Judul Skripsi : TRANSPARANSI DALAM RUANG Nama Mahasiswa : Yohana Feronika Simbolon

Nomor Pokok : 100406047 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS,Ph.D)

Koordinator Skripsi,

Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT


(5)

Telah diuji pada Tanggal:

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D Anggota Komisi Penguji : Wahyuni Zahrah, ST., MS. Hajar Suwantoro, ST., MT.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Transparansi dalam Ruang”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Vinky N. Rahman, M.T. selaku Ketua Departemen Arsitektur

2. Ir. Bauni Hamid, M.Des. selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Ir. Samsul Bahri, M.T. selaku Dosen Pembimbing Studio Perancangan Arsitektu 6 yang turut membantu proses pengerjaan skripsi ini.

4. Ars. Syahlan Jukhri Nst., S.T., IAI selaku Arsitek Pembimbing Studio Perancangan Arsitektu 6 yang turut membantu proses pengerjaan skripsi ini. 5. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.


(7)

6. Bapak Hajar Suwantoro, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf di Departemen Arsitektur USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Staf Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Aur yang telah membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data Perancangan Arsitektu 6.

9. Teman-teman stambuk 2010 Departemen Arsitektur USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014 Penulis

Yohana Feronika Simbolon NIM. 0100406047


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xiii

Abstrak ... xiv

Prologue ... 1

BAB I. PENDAHULUAN A River Runs Through It ... 2

BAB II. MENGENAL LEBIH DEKAT ... 11

2.1. Sungai Deli ---- Parit Raksasa ... 11

2.2. Manusia : Alasan dan Tujuan Arsitektur ... 20

BAB III. SEBUAH EKSPEKTASI ... 31

3.1. Apartemen ---- Belajar dari Berbagai Aspek ... 31


(9)

BAB IV. “HARUSKAH MENUTUP DIRI ?” ... 51

4.1. Transparansi dalam Ruang ... 51

4.2. Konsep yang Berkaitan dengan Keamanan ... 57

BAB V. TUMBUH DARI TAPAK ... 61

BAB VI. DESIGN ACTIONS : CONCEPT, ACT NOW, SMART MISTAKES, RE-DISCOVER ... 71

6.1. Concept : From the Inside Out ... 71

6.2. Re-discover... 80

6.3. Sekali Lagi ... 88

BAB VII. UTILITAS ... 94

BAB VIII. SATU PROYEK BAGI SATU KOTA ... 102

BAB IX. KESIMPULAN : RANCANGAN YANG BERUSAHA ... 105

Epilogue ... 109

Daftar Pustaka ... 111


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kondisi di sepanjang pinggir Sungai Deli yang diisi

dengan pemukiman liar ... 6

Gambar 2.1. Grafik debit bulanan air Sungai Deli ... 12

Gambar 2.2. Grafik debit bulanan air Sungai Deli di Titi Gg. Sejarah tahun 1990-2004 ... 12

Gambar 2.3. Data kondisi sungai ... 13

Gambar 2.4. Kondisi di pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar ... 14

Gambar 2.5. Aktivitas warga di pinggir sungai Deli ... 14

Gambar 2.6. Data bangunan di sekitar tapak ... 16

Gambar 2.7. Analisa sistem utilitas dalam tapak ... 18

Gambar 2.8. Bangunan di Jalan Badur ... 18

Gambar 2.9. Bangunan di Jalan Mangkubumi ... 19

Gambar 3.1. Bosco Verticale Apartment ... 34

Gambar 3.2. Desain Bosco Verticale ... 35

Gambar 3.3. Konsep vegetasi pada Bosco Verticale ... 36

Gambar 3.4. Natural Evolution Residential Tower ... 37

Gambar 3.5. Interior ruang dengan pemandangan terbuka dan taman privat ... 38

Gambar 3.6. Eksterior bangunan ... 38


(11)

Gambar 3.8. Analisa ruang terbuka dan sistem vegetasi ... 46

Gambar 4.1. Arsitektur Mies Van der Rohe ... 52

Gambar 4.2. Konsep zoning secara vertikal ... 58

Gambar 4.3. Konsep zoning tapak ... 59

Gambar 5.1. Skematik awal Groundplan ... 61

Gambar 5.2. Konsep rancangan tapak ... 62

Gambar 5.3. Konsep rancangan sirkulasi kendaraan ... 63

Gambar 5.4. Konsep rancangan outdoor cafe dan riverwalk ... 64

Gambar 5.5. Alternatif bentukan massa ... 66

Gambar 5.6. Alternatif layout unit ... 67

Gambar 5.7. Konsep pengelompokan hunian ... 68

Gambar 5.8. Skematik potongan tower ... 68

Gambar 5.9. Skematik hubungan antar bangunan ... 69

Gambar 5.10. Skematik potongan tapak ... 70

Gambar 6.1.a. Denah skematik tower di Jalan Mangkubumi ... 72

Gambar 6.1.b. Denah skematik tower di Jalan Badur ... 72

Gambar 6.2. Denah tower ... 73

Gambar 6.3. Denah skematik lantai dasar ... 75

Gambar 6.4. Denah skematik lantai 1 ... 76

Gambar 6.5. Denah skematik lantai 2 ... 76

Gambar 6.6. Denah skematik lantai parkir ... 77


(12)

Gambar 6.8. Denah skematik lantai Lower Ground ... 79

Gambar 6.9. Denah skematik lantai basement 1 ... 79

Gambar 6.10. Denah skematik lantai basement 2 ... 79

Gambar 6.11. Konsep massa baru ... 80

Gambar 6.12. Denah tower baru ... 81

Gambar 6.13. Perubahan denah podium ... 81

Gambar 6.14. Rancangan tampak bagunan ... 82

Gambar 6.15. Revisi rancangan tapak ... 83

Gambar 6.16. Potongan skematik riverwalk ... 85

Gambar 6.17. Hubungan plaza dengan bangunan ... 86

Gambar 6.18. Pengelompokan unit ... 89

Gambar 6.19. Pengelompokan unit berdasarkan view ... 89

Gambar 6.20. Denah denah unit ... 90

Gambar 6.21. Perubahan denah tower ... 92

Gambar 6.22. Denah lantai bersama ... 92

Gambar 7.1. Skema exploded structure ... 95

Gambar 7.2. Skema distribusi air ... 97

Gambar 7.3. Skema aliran listrik ... 98


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku dan Etnis ... 22

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 23

Tabel 2.3. Jumlah penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan ... 24


(14)

Abstrak

Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Keberadaannya harus dijaga dan diperhatikan. Proyek apartemen ini adalah salah satu upaya revitalisasi daerah aliran sungai di Medan. Tapak perancangan berada di Jalan Mangkubumi, Kelurahan Hamdan Medan. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam bangunan adalah perbelanjaan dan hunian. Keberadaan apartemen juga ditunjang oleh berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam renang, spa dan sauna,

fitness center, dan area taman di sepanjang pinggir sungai.

Berangkat dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam sosiologi perkotaan, isu yang diangkat sebagai fokus desain adalah masalah kriminalitas yeng masih terjadi di lingkungan apartemen. Meskipun sistem pengawasan dalam lingkungan ini sudah terorganisir dengan baik lewat teknologi CCTV, kurangnya partisipasi dari penghuni membuat sistem pengawasan tidak bisa berfungsi maksimal. Rancangan apartemen ini berusaha untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan tema “Transparansi dalam Ruang”. Penerapan tema dalam

bangunan adalah dengan penggunaan void yang memungkinkan interaksi antar penghuni, pengelompokan penghuni dalam tower berbeda, penggunaan sisi unit yang saling berhadapan, serta penyediaan ruang-ruang bersama. Perancangan sirkulasi di dalam bangunan dibuat sederhana dan dihindarkan dari ruang-ruang mati agar mudah diawasi. Di dalam tapak, pengadaan taman-taman publik juga membantu pengawasan terhadap bangunan. Pengawasan dalam bangunan terjadi secara alami oleh penghuni dan juga secara buatan oleh keberadaan sistem CCTV dan pos-pos penjagaan. Proses perancangan banyak melalui perubahan desain hingga mencapai desain akhir.


(15)

Abstract

Water is renewabled natural recouces, but it is also limited. Its existence should be considered and observed. This apartment project is one of the to revitalize the river bank area in Medan. The site located in Jalan Mangkubumi, Hamdan Village, in Medan. The functions within the building are shopping facilities and residential. The presence of the appartment is also supported by various recreation facilities such as the swimming pool area, spa and sauna, fitness

center, and public garden along the river bank.

Moving from so many issues that happened inside the city sociology, the main issue become the focus in this design is about criminality that still happened inside apartments environment. Though the control system inside the area has been organized well, the participation from the occupants is stil very weak and makes the control system can not fully work. This apartment design tries to solve

the problem through the theme “Trasparency within the Space”. The theme

application inside the building is the using of void to enable interaction among occupants, making the side of apartment units face each other, and providing common rooms. Circulation design inside the bulding are made simple, and the design avoid dead area like corner, so the corridor can be easy controlled. The control system inside the building happened naturally by the occupants and also supported by CCTV system and guard posts. The design process has through lots of change and development untill it reaches the finale design.


(16)

Prologue

Everybody makes design, but each one of them would design in different ways. That is why the process of design became so unique. But then it comes into this similarity : learning.

Setiap orang baik secara sadar atau tidak selalu dihadapkan pada persoalan yang menuntut mereka untuk mencari jalan keluar. Beberapa orang menyelesaikannya dengan cara yang biasa mereka lihat atau lakukan. Sementara itu yang lainnya berusaha menyelesaikan persoalan mereka dengan cara baru yang belum pernah terpikir oleh mereka sebelumnya. Baik cara biasa ataupun cara baru adalah bagian dari proses desain.

Dalam masa perkuliahan di jurusan arsitektur saya sudah banyak melihat berbagai cara dalam menyelesaikan persoalan desain, dari referensi tertulis seperti buku, informasi internet yang selalu up-to date, kuliah dari dosen, bahkan dari teman mahasiswa. Semua mempunyai cara masing-masing dalam menciptakan sebuah desain. Hal ini bisa terjadi karena memang ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan sebuah desain. Kita bisa memilih untuk menciptakan sebuah desain dengan berpatokan dari desain yang sudah ada atau berusaha menciptakan sesuatu yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Namun keduanya tetap harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Keduanya sama-sama membutuhkan usaha untuk berpikir, keberanian untuk bertindak, dan kemauan untuk belajar.


(17)

Abstrak

Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Keberadaannya harus dijaga dan diperhatikan. Proyek apartemen ini adalah salah satu upaya revitalisasi daerah aliran sungai di Medan. Tapak perancangan berada di Jalan Mangkubumi, Kelurahan Hamdan Medan. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam bangunan adalah perbelanjaan dan hunian. Keberadaan apartemen juga ditunjang oleh berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam renang, spa dan sauna,

fitness center, dan area taman di sepanjang pinggir sungai.

Berangkat dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam sosiologi perkotaan, isu yang diangkat sebagai fokus desain adalah masalah kriminalitas yeng masih terjadi di lingkungan apartemen. Meskipun sistem pengawasan dalam lingkungan ini sudah terorganisir dengan baik lewat teknologi CCTV, kurangnya partisipasi dari penghuni membuat sistem pengawasan tidak bisa berfungsi maksimal. Rancangan apartemen ini berusaha untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan tema “Transparansi dalam Ruang”. Penerapan tema dalam

bangunan adalah dengan penggunaan void yang memungkinkan interaksi antar penghuni, pengelompokan penghuni dalam tower berbeda, penggunaan sisi unit yang saling berhadapan, serta penyediaan ruang-ruang bersama. Perancangan sirkulasi di dalam bangunan dibuat sederhana dan dihindarkan dari ruang-ruang mati agar mudah diawasi. Di dalam tapak, pengadaan taman-taman publik juga membantu pengawasan terhadap bangunan. Pengawasan dalam bangunan terjadi secara alami oleh penghuni dan juga secara buatan oleh keberadaan sistem CCTV dan pos-pos penjagaan. Proses perancangan banyak melalui perubahan desain hingga mencapai desain akhir.


(18)

Abstract

Water is renewabled natural recouces, but it is also limited. Its existence should be considered and observed. This apartment project is one of the to revitalize the river bank area in Medan. The site located in Jalan Mangkubumi, Hamdan Village, in Medan. The functions within the building are shopping facilities and residential. The presence of the appartment is also supported by various recreation facilities such as the swimming pool area, spa and sauna, fitness

center, and public garden along the river bank.

Moving from so many issues that happened inside the city sociology, the main issue become the focus in this design is about criminality that still happened inside apartments environment. Though the control system inside the area has been organized well, the participation from the occupants is stil very weak and makes the control system can not fully work. This apartment design tries to solve

the problem through the theme “Trasparency within the Space”. The theme

application inside the building is the using of void to enable interaction among occupants, making the side of apartment units face each other, and providing common rooms. Circulation design inside the bulding are made simple, and the design avoid dead area like corner, so the corridor can be easy controlled. The control system inside the building happened naturally by the occupants and also supported by CCTV system and guard posts. The design process has through lots of change and development untill it reaches the finale design.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A River Runs Through It

Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, namun terbatas. Air dan daratan telah lama saling berdampingan sejak bumi ada. Keberadaannya bukan sekedar substansi alam semesta, namun lebih dari itu air telah menghidupi manusia sejak lama. Berbagai kebutuhan manusia, mulai dari minum, mandi, mencuci, hingga transportasi dipenuhi dengan ketersediaan air. Dengan keberadaannya, air mengingatkan kita akan kebesaran dan keindahan alam.

Bagi kita yang tinggal di lingkungan kota yang padat, kita seakan tidak mendapat kesempatan untuk menyaksikan keindahan alam ini. Lingkungan kita diisi oleh bangunan-bangunan modern seperti hotel dan perkantoran, sebagian dibangun menjadi daerah pemukiman yang padat, sedang daerah di dekat jalan raya biasa bertumbuh menjadi kawasan pertokoan dengan ruko-ruko yang berderet di sepanjang jalan. Pemandangan akan kota yang padat dan sumpek bisa kita lihat sehari-hari. Sebagian orang yang merasa jenuh dengan kehidupan kota berusaha meluangkan waktunya untuk bisa berlibur dan menikmati kesegaran alam di akhir pekan.


(20)

Air sebagai elemen rekreasi dan relaksasi

Water provides the most obvious example of immediacy, because the transition between water and dry land offers the biggest of all psychological contrast.

Gordon Cullen

Selain memenuhi kebutuhan fisik manusia, air juga memenuhi kebutuhan jiwa kita. Elemen air mampu memberikan ketenangan bagi jiwa manusia. Sudah selayaknya keberadaannya dijaga dan diperhatikan. Kita bisa bercermin dari kota-kota indah dan cerdas yang banyak dikunjungi turis asing. Kota-kota-kota dengan arsitektur muka air (waterfront cities) adalah salah satu tempat yang paling banyak menarik wisatawan ke sana. Kota-kota di berbagai negara Eropa seperti Amsterdam, St. Petersburgh, atau kota-kota di Singapura bertumbuh menjadi sangat indah dengan aliran sungai yang melintasi kota, menciptakan kontras antara air dan daratan.

Kehadiran air seakan menjadi hiburan sendiri bagi manusia. Saya dan teman-teman saya di masa Sekolah Dasar sering menghabiskan waktu sore untuk bermain di pinggir Danau Toba. Anak-anak seumuran saya saat itu umumnya mendapat tugas rumah untuk mencuci piring dan pakaian, namun hal itu tampaknya tidak menjadi pekerjaan yang berat sebab kami bisa bekerja sambil bermain. Biasanya setelah menyelesaikan tugas rumahnya, anak-anak pergi bersama untuk mandi di danau. Meski setiap rumah memiliki kamar mandi sendiri, namun orang-orang saat itu lebih suka mandi di danau. Mungkin karena mereka bisa bertemu dengan kerabatnya di sana atau dengan alasan untuk


(21)

menghemat pembayaran air, namun tempat-tempat di pinggir danau ini sepertinya tidak pernah sepi. Beberapa tempat, seperti dermaga kapal, secara tidak langsung bahkan menjadi ruang berkumpul masyarakat sebab mereka sering melakukan aktivitas bersama-sama di tempat itu, seperti mengambil air, mecuci, memancing, atau mandi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan air dapat menarik manusia untuk beraktivitas di dekatnya, dan secara tidak langsung menyediakan ruang rekreasi bagi manusia.

Kebutuhan akan revitalisasi sungai

Di lingkungan kita sendiri, kota Medan, keberadaan elemen air seperti sungai belum mendapat perhatian manusianya. Kondisi kawasan muka sungai umumnya tampak kumuh dan tidak tertata, bahkan identik dengan kawasan terlantar. Permukiman liar semakin bertambah dan mengambil alih daerah resapan sungai. Sementara bangunan-bangunan besar bertumbuh tanpa sedikit pun memperhatikan keberadaan sungai. Daerah aliran sungai menjadi bagian belakang bangunan yang tidak terlihat dan tidak mendapat perhatian. Padahal keberadaan sungai di Kota Medan harusnya bisa memberi sumbangan positif bagi masyarakat kota, dan menyediakan ruang yang rekreatif bagi masyarakat kota.

Dengan melihat kondisi ini, revitalisasi sungai menjadi langkah tepat yang harus diambil oleh pemerintah Kota Medan. Diharapkan dengan penataan ulang bangunan di sepanjang daerah aliran sungai, keberadaan sungai sebagai muka


(22)

bangunan dapat dikembalikan. Selain itu daerah di sekitar sungai juga bisa menjadi ruang beraktivitas dan berinteraksi bagi masyarakat kota.

Apartemen sebagai jawaban permasalahan sosiologi perkotaan

Kehidupan masyarakat perkotaan sangat jauh berbeda dengan masyarakat desa. Masyarakat kota cenderung kepada heterogenitas, individualitas, dan persaingan. Kehidupan ekonomi menengah ke atas membuat orang-orang merasa seakan tidak perlu berinteraksi dengan orang lain. Beberapa hal yang tampak pada masyarakat perkotaan adalah hidup berdasarkan rasionalitas dan tidak bergantung kepada alam, kehidupannya bergantung pada usaha kapitalis, jumlah penduduk yang relatif besar dan padat, dan perbedaaan budaya, suku, agama yang berujung pada diferensiasi sosial.

Beberapa aspek di dalam kehidupan kota adalah populasi, perumahan/pemukiman, kemiskinan, sektor informal, gelandangan , kriminalitas , hubungan antaretnik, ras, dan kelas sosial, transportasi, isu lingkungan: polusi dan sanitasi, teknologi, gaya hidup, serta urbanisasi.

Kota-kota besar selalu bertumbuh dan meningkat kepadatannya, demikian juga dengan Kota Medan. Kota dianggap menjadi pusat perkembangan dan peradaban. Banyak orang-orang bermigrasi ke kota untuk memperoleh fasilitas pendidikan dan penghidupan yang lebih baik. Orang-orang dari desa mengganggap kota sebagai tempat tinggal impiannya, di mana semua orang bisa


(23)

hidup dengan lebih terjamin kebutuhannya. Sedang bagi masyarakat perkotaan sendiri, kota telah berubah menjadi lingkungan yang padat dan menimbulkan stress. Kepadatan yang selalu meningkat menyebabkan kehidupan kota menjadi tidak teratur.

Hamdan dan Sungai Deli

Kelurahan Hamdan merupakan kawasan pemukiman penduduk menengah ke atas yang padat. Lebih dari 2.000 keluarga bertempat tinggal di wilayah ini. Masyarakat Kelurahan Hamdan umumnya adalah orang Aceh, Batak, dan Nias. Mayoritas penduduk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan TNI, sedang sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta.

Daerah sepanjang aliran sungai Deli yang melintasi kelurahan ini diisi oleh permukiman liar. Sekitar dua ratus kepala keluarga bermukim di sepanjang pinggiran sungai di dalam tapak. Batas sempadan sungai dimanfatkan menjadi permukiman warga, hampir tidak ada lagi vegetasi atau lahan yang menjadi daerah resapan bagi aliran sungai ini. Hal ini mengakibatkan permukiman warga di bantaran sungai kerap kali terkena banjir saat hujan lebat. Kejadian banjir di Kota Medan rata-rata 10-12 kali/tahun.

Gambar 1.1. Kondisi di sepanjang pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar Sumber : dokumentasi pribadi


(24)

Bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Deli, mereka sudah terbiasa dengan situasi ini. Bagi mereka, selain membawa kesusahan banjir, sungai Deli juga memberikan ruang bagi mereka untuk beraktivitas. Meski kondisi air sungai ini sangat buruk, penduduk sekitar tetap menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Keadaan ekonomi mereka yang tidak memungkinkan untuk tinggal di hunian yang lebih layak membuat mereka harus terbiasa dengan kehidupan kumuh di bantaran sungai. Namun sayangnya, keberadaan mereka tidak bisa dipertahankan. Sadar atau tidak, mereka hanya memperburuk keadaan sungai dengan mengambil alih daerah resapan sungai dan turut mengotori sungai dengan sampah rumah tangganya.

Kawasan Kelurahan Hamdan merupakan kawasan pemukiman yang menguntungkan di satu sisi, sebab memberi akses yang cepat menuju pusat kota. Lokasi ini juga dikelilingi oleh daerah komersial di Jalan Palang Merah, dan dekat dengan koridor bisnis Zainul Arifin. Maka tidak heran banyak orang yang bersedia tinggal di sana meskipun dengan kepadatan yang tinggi. Dengan melihat kondisi ini, pembangunan hunian vertikal akan menjadi solusi yang tepat untuk memperbaiki kualitas hunian di Kelurahan Hamdan dan memperbaiki kondisi Sungai Deli.

Aspek-aspek kehidupan kota sudah selayaknya turut dipertimbangkan dalam perancangan sebuah bangunan. Banyak bangunan yang dirancang tanpa memperhatikan hal ini, kemudian malah menambah masalah kota karena tidak bisa memenuhi kebutuhan manusianya dengan baik. Dengan demikian,


(25)

perancangan hunian apartemen ini harus bisa berorientasi kepada kebutuhan manusia perkotaan dan mampu menyediakan ruang positif bagi orang banyak.

Transparansi dalam ruang

Dari proyek ini, arsitektur muka sungai diharapkan menjadi sebuah citra kota. Lebih jauh lagi proyek ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi proyek-proyek lain dalam rangka mengatasi permasalahan kota. Satu di antaranya adalah kriminalitas yang menimbulkan perasaan cemas setiap saat.

Ancok (2004) menjelaskan bahwa kriminalitas merupakan salah satu permasalahan masyarakat kota. Kepadatan penduduk di dalam suatu kota memiliki keterkaitan dengan frekuensi kriminalitas di kota tersebut. Semakin padat penduduk, semakin sering terjadi kasus kriminalitas. Kepadatan di kota besar menimbulkan perasaan cemas terhadap kriminalitas (fear of crime) di kalangan para warga kota, sedangkan manusia cenderung memilih tempat tinggal yang mampu menyediakan kenyamanan dan keamanan penghuninya. Kecemasan akan kriminalitas dalam tempat tinggal dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kurangnya pengawasan dalam kawasan pemukiman. Keberadaan tempat -tempat yang bisa diawasi bersama (defensible space) sangat kurang.

Kawasan pemukiman padat seperti apartemen dengan masyarakat yang tidak saling mengenal satu sama lain. Selain itu budaya masyarakat kota yang heterogen membuat sistem pengawasan sosial perilaku sulit dikontrol. Karena itu dalam kompleks pemukiman dibutuhkan tempat-tempat di mana orang- orang bisa


(26)

saling berjumpa, seperti taman, tempat rekreasi, tempat olah raga bersama, bahkan tempat parkir bersama. Perjumpaan ini akan mendorong orang-orang saling mengenal, sehingga keberadaan orang luar dalam bangunan bisa diawasi. Selain itu desain apartemen juga memungkinkan penghuni untuk ikut mengawasi tempat- tempat seperti koridor untuk memperkecil kemungkinan tindak kriminal. Perasaan aman di tempat tinggal juga dipengaruhi oleh suasana luar. Penerangan yang baik di malam hari akan membuat orang-orang merasa lebih nyaman.

Mengapa Transparansi ?

Perumahan di perkotaan cenderung dengan ruang tertutup. Rumah berpagar tinggi sepertinya sudah tumbuh menjadi budaya masyarakat perkotaan. Kecemasan akan tindak kriminalitas membuat banyak orang seperti memisahkan diri dari lingkungan, dengan batas teritorial pribadi, baik secara fisik lewat pagar, maupun secara psikologis dengan kurangnya interaksi sosial dengan tetangga. Namun ternyata metode ini tidak cukup untuk mencegah tindak kriminalitas seperti pencurian. Ruang-ruang yang tertutup justru memudahkan pencuri beroperasi, sebab tindakannya tidak diawasi oleh lingkungan.

Di permukiman vertikal seperti apartemen, kualitas hidup penghuninya sudah lebih tinggi. Apartemen dianggap sebagai hunian eksklusif, bangunannya tertutup dari lingkungan sekitar dan tidak bisa dimasuki sembarangan. Apartemen dengan pengawasan ketat, yakni akses masuk dengan kartu akses khusus, lift khusus, dan pengamanan CCTV, bahkan tak menjamin berkurangnya potensi kejahatan. Bahkan, pengawasan itu kerap dimanfaatkan untuk perlindungan bagi


(27)

jaringan pelaku kejahatan, seperti narkotika dan obat-obatan berbahaya, prostitusi, dan perjudian di apartemen.

Transparansi dalam dunia arsitektur diartikan sebagai dematerialisasi dari selubung bangunan dengan menggunakan bahan terbuka dan tembus cahaya. Transparansi umumnya diartikan sebagai penggunaan material yang memancarkan atau meneruskan cahaya, seperti kaca, sebagai material utama bangunan.

Ruang yang transparan dapat diartikan sebagai ruang yang jujur, terbuka dan mudah dikenali. Dengan menetapkan tema transparansi, diharapkan kualitas ruang yang didesain akan menjadi lebih baik, dan lebih mudah diawasi oleh penghuninya. Selain itu kualitas penerangan yang baik lewat penggunaan kaca akan mengurangi perasaan sumpek dan stress penghuni.


(28)

BAB II

MENGENAL LEBIH DEKAT

Meski tidak semua aspek kehidupan di lingkungan tapak proyek dipengaruhi oleh keberadaan sungai Deli, namun bagi beberapa pihak sungai ini telah menjadi bagian dari hidup mereka.

2.1. Sungai Deli ---- Parit Raksasa

Keadaan aliran sungai Deli sangat jauh dari kriteria baik. Beberapa media cetak bahkan menyebutnya sebagai parit buruk raksasa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini. Pertama, kondisi hutan di hulu Sungai Deli, yakni di daerah Sibolangit memang sudah semakin rusak dan luasnya semakin berkurang setiap tahun. Kemudian kondisi sungai dibagian tengah tidak lebih baik dari itu. Limbah industri dan rumah tangga sudah menjadi pemandangan umum di sepanjang aliran sungai. Sampah-sampah tersebut menumpuk di dasar sungai dan menyebabkan pendangkalan setiap tahunnya. Saat meninjau lokasi proyek kami mendapati ketinggian air sungai di dalam tapak hanya sekitar 30 cm. Warga yang tinggal di bantaran sungai itu menjelaskan bahwa ketinggian air sungai biasanya hanya mencapai 30 cm- 50 cm saat tidak ada hujan. Debit air Sungai Deli mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penyebab utama hal ini adalah berkurangnya luas hutan di daerah hulu sungai. Berdasarkan hasil pengukuran dalam dokumen Bapedalda 2006, debit air Sungai Deli relatif tinggi setiap


(29)

bulannya, dan mencapai debit terbesar pada bulan September hingga Oktober. Hal ini memang tampak secara nyata sebab musim hujan berlangsung dari bulan September hingga Desember dan seringkali mendatangkan banjir di Kota Medan.

Pengukuran debit air di Titi Gg. Sejarah dari tahun 1990 –2004 menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 debit air Sungai Deli hampir mencapai 20 m3/s sedangkan pada tahun 2004 debit air sungai hanya mencapai 5 m3/s.

Selain itu keadaan ini diperburuk dengan pemukiman liar di sepanjang pinggir sungai. Ada sekitar dua ratus kepala keluarga yang bermukim di sepanjang daerah

Gambar 2.1. Grafik debit bulanan air Sungai Deli Sumber : dokumen Bapedalda 2006

Gambar 2.2. Grafik debit bulanan air Sungai Deli di Titi Gg. Sejarah tahun 1990-2004 Sumber : dokumen Bapedalda 2006


(30)

aliran sungai Deli di Kelurahan Hamdan. Rumah-rumah warga telah mengambil alih lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan sungai. Kawasan muka sungai ini menjadi tempat bagi mereka untuk beraktivitas. Anak-anak umumnya mandi di sana. Sebagian besar warga juga menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian di sana. Mereka bahkan membuat sebuah tempat bersama yang digunakan saat mencuci dan bagi anak-anak yang berkumpul di sana.

Gambar 2.3. Data kondisi sungai Sumber : laporan Perancangan Arsitektur 6


(31)

Buruknya kondisi kawasan aliran sungai Deli sebagai salah satu sungai utama yang mengaliri Kota Medan telah membawa pengaruh buruk bagi kawasan sekitarnya, bahkan Kota Medan sendiri. Bencana banjir adalah salah satu dampak paling nyata yang ditimbulkan oleh kondisi ini. Kejadian banjir di Kota Medan rata-rata 10-12 kali/tahun. Kawasan bantaran sungai kerap kali terkena dampak banjir ini. Saat banjir sedang rumah-rumah di bantaran ini bisa terendam hingga 1,20 meter dari lantai. Sedangkan pada saat banjir besar, yang ditimbulkan oleh banjir kiriman dari hulu sungai, rumah-rumah warga ini bisa terendam sampai empat meter (mencapai atap). Kondisi ini tentu tidak nyaman bagi para warga tersebut, dan menunjukkan bahwa sudah selayaknya pemukiman mereka direlokasi sebab daerah aliran sungai itu tidak layak untuk dihuni.

Gambar 2.4. Kondisi di pinggir Sungai Deli yang diisi dengan pemukiman liar Sumber : dokumen pribadi

Gambar 2.5. Aktivitas warga di pinggir sungai Deli Sumber : dokumen pribadi


(32)

Aktivitas dalam Tapak--- pertimbangan terhadap proyek

Aktivitas di dalam tapak adalah hunian, perkantoran dan pertokoan. Oleh karena perancangan apartemen ditujukan untuk golongan menengah ke atas, maka masyarakat ekonomi bawah yang tinggal tidak menjadi pertimbangan. Namun sebagai bagian dari perancangan, usaha relokasi masyarakat bantaran sungai Deli perlu direncanakan dengan baik, termasuk bagaimana proses dan sosialisasinya. Warga yang tinggal di bantaran sungai sebenarnya adalah warga ilegal yang tidak tercatat dalam statistik kelurahan. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, pihak penghuni lama yang tidak memiliki legalitas kepemilikan lahan dan bangunan akan mendapat ganti rugi sepadan dengan kondisi bangunan. Selain relokasi warga, upaya normalisasi sungai juga perlu direncanakan dengan baik, menyangkut bagaimana sistemnya. Dalam sebuah wacana di media cetak disebutkan bahwa pihak Pemko Medan sendiri sudah merencanakan upaya normalisasi sungai ini dengan perbaikan kondisi hutan di hulu sungai dan penanggulangan limbah di sungai. Dengan demikian, keberadaan sungai Deli, selain memberi sejumlah permasalahan di atas juga selayaknya bisa menyediakan ruang positif bagi warga. Jika upaya normalisasi sungai direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, daerah aliran sungai bisa dimanfaatkan sebagai ruang komunal bagi penghuni apartemen, bahkan juga bagi masyarakat sekitar.


(33)

Lingkungan sekitar--- dari permukiman yang lengang hingga kompleks pertokoan yang sibuk

Kondisi Sungai Deli yang buruk dan tak terurus itu sama sekali tidak menarik bangunan sekitar untuk berorientasi kepadanya. Selain rumah-rumah kumuh di bantaran sungai, bangunan lainnya lebih memilih untuk menghadap jalan atau gang kecil. Hampir tak ada bangunan layak huni yang menghadap ke sungai.

Di Jalan Badur, bangunan umumnya adalah pemukiman warga dan kantor dengan tinggi satu sampai dua lantai. Rumah-rumah ini tampak sudah lama dibangun, bahkan beberapa rumah sudah tidak dihuni dan ditinggalkan tak

Gambar 2.6. Data bangunan di sekitar tapak Sumber : Laporan Perancangan Arsitektur 6


(34)

terawat. Meski daerah ini padat penduduk, namun saat siang hari daerah ini tampak lengang karena warga sekitar beraktivitas di luar rumah. Pada saat kami meninjau kondisi tapak, tidak ada aktivitas sosial yang terjadi di sana, hanya beberapa kendaraan roda dua dan roda empat melintasi jalan ini sesekali meskipun kondisi jalannya yang sempit dan banyak berlubang. Tidak tampak adanya pengawasan terhadap akses keluar masuk permukiman ini. Bagi saya, lorong sempit dan gelap, rumah-rumah tertutup rapat, dan ketiadaan aktivitas manusia di dalam tapak ini memberikan pengalaman yang tidak nyaman berada dalam tapak. Meskipun bangunan di jalan ini jauh lebih layak dari rumah-rumah di bantaran sungai, namun saya merasa lebih aman saat masuk ke dalam lingkungan bantaran itu, sebab masyarakat di sana lebih terbuka dan bersosialisasi.

Kondisi utilitas di sepanjang jalan ini pun belum memadai. Kondisi parit yang terbuka dan pada beberapa titik tampak dipenuhi sampah membuat pemandangan tapak yang buruk bahkan dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan warga sekitar. Penerangan buatan tidak terpenuhi dengan baik. Lampu jalan hanya terletak di beberapa titik dan tidak mampu menjangkau seluruh jalan. Lebar jalan ini beragam namun tidak cukup lebar untuk menampung sirkulasi kendaraan dengan baik. Jalan ini hanya muat untuk satu lajur kendaraan, dan semakin dipersempit oleh adanya kendaraan becak yang diparkirkan di pinggir jalan. Bahkan jalan ini tidak dilengkapi dengan trotoar sebagai sarana bagi pejalan kaki.


(35)

Dibandingkan dengan tapak di Jalan Badur, daerah di Jalan Mangkubumi cukup ramai, karena terdapat berbagai aktivitas pendukung di dalamnya, seperti swalayan dan toko-toko kecil. Di jalan ini bangunan komersial (rumah toko) dengan tinggi bangunan satu sampai tiga lantai lebih mendominasi. Selain itu terdapat juga rumah warga, perkantoran, serta kios-kios kecil di pinggir jalan. Fungsi-fungsi ini mendorong orang untuk datang ke sana sehingga cukup banyak

Gambar 2.8. Bangunan di Jalan Badur Sumber : dokumen pribadi Gambar 2.7. Analisa sistem utilitas dalam tapak


(36)

yang melintasi daerah ini. Namun di ujung tapak terdapat sebuah lahan kosong yang daerah luarnya dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menunjukkan kesadaran penduduk sekitar akan kebersihan lingkungan masih kurang, dan ketersediaan sarana lingkungan pun tidak memadai.

Kondisi utilitas di jalan ini tidak banyak berbeda dari Jalan Badur. Lampu jalan yang minim, kabel listrik yang semerawut, ketiadaan trotoar dan lebar jalan yang tidak memadai membuat sirkulasi di jalan ini masih kurang nyaman.

Di koridor Jalan Suprapto, bangunan umumnya adalah perkantoran dan institusi pemerintahan. Namun demikian sirkulasi di jalan ini cukup nyaman. Jalan yang lebar dan didukung oleh ketersediaan vegetasi membuat koridor ini cukup teduh. Keberadaan jembatan Suprapto juga memberi sebuah penanda bagi lokasi tapak. Masih ada beberapa titik dimana trotoar terputus. Namun dari fakta di lapangan memang tidak banyak pejalan kaki yang melintasi daerah ini. Hal ini karena umumnya kendaraan yang melintasi jalan ini adalah kendaraan pribadi, yakni mobil, sepeda motor dan becak. Tidak ada angkutan umum yang melewati

Gambar 2.9. Bangunan di Jalan Mangkubumi Sumber : dokumen pribadi


(37)

jalan ini, sehingga para pengguna kendaraan umum cenderung tidak melewati koridor ini.

Di koridor lainnya, yakni Jalan Palang Merah, lalu lalang kendaraan dan manusia adalah hal yang sangat sering dijumpai. Koridor ini merupakan koridor yang sibuk dengan berbagai aktivitas pendukung di sepanjang jalan, seperti toko, cafe dan sarana rekreasi lainnya. Jalan Palang Merah dan Jalan Brigjen Katamso adalah pusat aktivitas bisnis menengah dengan deretan toko dan perkantoran. Di lingkungan lain di sekitar kawasan adalah koridor Zainul Arifin yang diisi oleh aktivitas bisnis besar dengan perkantoran, retail dan fungsi komersial. Aktivitas pendukung ini memungkinkan intensitas pengunjung ke dalam tapak menjadi tinggi, bahkan mendorong masyarakat luar untuk bermukim di apartemen untuk mendapat akses yang cepat dan mudah ke tempat kerja mereka.

2.2. Manusia : Alasan dan Tujuan Arsitektur

Design is not really a way for me to express myself. Design is a product that we produce for a client.

Paleg Top

Manusia kapan pun dan dimana pun akan selalu menjadi pertimbangan utama dalam arsitektur. Pendataan terhadap manusia di sekitar tapak menjadi sangat perlu dilakukan dalam perancangan ini, sebab akan mempengaruhi rencana


(38)

ruang yang dihasilkan. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan ekonomi dan budaya yang berbeda-beda akan mendorong kebutuhan ruang yang berbeda pula. Nuraini (2010) menyatakan bahwa proses perancangan bertujuan untuk menafsirkan dan menjawab kebutuhan manusia, lewat fungsi dan bentuk ruang yang sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaan manusia. Sebuah karya arsitektur hendaknya merupakan konfigurasi ruang dan lingkungan yang menjadi tempat manusia hidup tenang dan bahagia.

Proses pengumpulan data penduduk merupakan salah satu tahap yang sulit dan panjang, sebab melibatkan banyak pihak dan instansi. Di sini keadaan birokrasi berpengaruh besar terhadap jalannya proyek. Instansi-instansi yang berpengaruh dalam proses ini adalah Departemen Arsitektur USU, Badan Pembangunan Daerah Kota Medan, dan kantor kelurahan terkait. Untuk bisa mendapatkan data dari pihak kelurahan diperlukan langkah-langkah administrasi seperti pengajuan surat izin lewat Badan Pembangunan Daerah kepada kantor Kelurahan Aur dan Kelurahan Hamdan. Selain itu karakter orang-orang yang dijumpai dalam setiap instansi juga cukup beragam dan turut berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas data yang didapat.

Dari data yang kami dapat tentang kedua kelurahan di atas, nampak perbedaan kondisi birokrasi. Di Kelurahan Hamdan, data mengenai penduduk sangat kurang. Data yang ada di kantor kelurahan lebih banyak mencatat tentang sarana fisik, sedangkan kondisi manusianya kurang terdata. Hal ini tampak pada jumlah penduduk yang tercatat berdasarkan etnis sangat jauh lebih sedikit


(39)

dibandingkan dengan jumlah penduduk. Selain itu pihak kelurahan juga mengakui kekacauan data sebab banyak masyarakat yang bermukim secara ilegal di dalam tapak, terutama daerah di pinggir sungai. Sementara itu di Kelurahan Aur data penduduk lebih baik daripada data sarana fisik.

Data penduduk berdasarkan suku dan etnis

Kedua kelurahan, baik Aur maupun Hamdan merupakan daerah dengan kepadatan relatif tinggi dan etnis masyarakat yang beragam. Meski data yang didapat masih belum lengkap, namun bisa dilihat bahwa penduduk yang bermukim di daerah ini berasal dari berbagai etnis berbeda seperti Jawa, Aceh, Batak, Nias, Minang, Melayu, dan Tionghoa.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku dan Etnis

Kelurahan Jumlah Penduduk

Aur

Jawa Minang Melayu Aceh Batak Cina Total

290 2503 210 65 160 362 3590

Kelurahan Aceh Batak Nias Total

Hamdan

LK 128 118 107 353

PR 133 121 112 246


(40)

Data Penduduk berdasarkan mata pencaharian

Di Kelurahan Aur, sebagian besar warga bekerja sebagai pedagang. Hal ini jelas terlihat lewat bangunan-bangunan rumah toko yang mendominasi daerah ini. Sementara di Kelurahan Hamdan umumnya warga bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan pensiunan TNI.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelur

ahan

Jumlah Penduduk

Aur

PNS ABRI POLRI

PEGAWAI SWASTA

PEDAGANG BURUH Total

352 122 118 1981 2110 1586 6269

Kelurahan PNS Pedagang Dokter swasta

Bidan swasta

Pensiun TNI

Hamdan

LK 147 6 2 - 115 270

PR 52 3 - 3 4 62


(41)

Data penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan

Sebagian besar warga di daerah ini, yakni sekitar 60 % memeluk agama Islam. Warga lainnya merupakan pemeluk agama Protestan, Katolik, Hindu, serta Budha yang tidak terdata. Berikut ini merupakan data penduduk di kelurahan Aur berdasarkan agama/ aliran kepercayaan.

Tabel 2.3. Jumlah penduduk berdasarkan agama/ aliran kepercayaan

No. Agama

Jenis Kelamin LK (orang) PR (orang)

1. Islam 2300 1320

2. Protestan 415 530

3. Katolik 115 150

4. Hindu 103 107

5. Budha 0 0

6. Khonghucu 0 0

7. Kepercayaan kpd Tuhan YME 0 0

8. Aliran kepercayaan lainnya 0 0

Jumlah 2933 3107


(42)

Data penduduk berdasarkan Pendidikan

Berikut ini merupakan tabel data penduduk di Kelurahan Aur. Warga kelurahan ini umumnya merupakan tamatan SMA/sederajat.

Tabel 2.4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin LK (orang) PR (orang) 1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 42 47

2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ play group 86 99

3. Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 0 0

4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 307 328

5. Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 0 0

6. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD 208 215

7. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTP 283 297

8. Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTA 202 696

9. Tamat SD/ sederajat 364 391

10. Tamat SMP/ sederajat 178 489

11. Tamat SMA/ sederajat 514 589

12. Tamat D-1/ sederajat 31 26

13. Tamat D-2/ sederajat 19 17


(43)

15. Tamat S-1/ sederajat 23 29

16. Tamat S-2/ sederajat 9 7

17. Tamat S-3/ sederajat 2 0

18. Tamat SLB A 0 0

19. Tamat SLB B 0 0

20. Tamat SLB C 0 0

Jumlah 3266 3266

Sumber : Data Kelurahan Aur dan Hamdan

Data-data di atas sangat menunjukkan keragaman penduduk, baik dari sisi sosial, ekonomi, dan budaya. Hal seperti ini memang tidak dapat dihindari dalam lingkungan kota. Wirth (1897-1952) mendifinisikan kota sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation1). Sementara itu ahli Geografi Indonesia, Prof.

Bintarto (1983) mengartikan kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, budaya dan ekonomi seringkali menimbulkan

1

Impersonal relation diartikan sebagai relasi atau hubungan yang sifatnya formal atau sekadarnya saja, sehingga tidak terjalin hubungan yang dekat atau akrab.


(44)

interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial dalam masyarakat perkotaan. Hal ini mungkin muncul akibat proses urbanisasi dan migrasi masyarakat dari berbagai daerah ke lingkungan kota.

Dampak dari perbedaan sosial ini adalah interaksi sosial yang cenderung sedikit. Dalam beberapa kali peninjauan ke tapak proyek, saya mendapati bahwa masyarakat di sekitar tapak tidak banyak berinteraksi satu sama lain. Lingkungan ini relatif sepi, tidak ada aktivitas bersama di luar rumah. Hal ini bisa berpengaruh buruk terhaadap sistem pengawasan sosial. Kondisi seperti ini mungkin terjadi karena sebagian besar warga memiliki jam kerja yang padat dan hanya menghabiskan sedikit waktu di rumah. Selain itu faktor penerangan yang kurang baik di ruang luar seperti jalan juga menghambat keinginan warga untuk beraktivitas di luar.

Dalam kehidupan masyarakat kota yang heterogenis, interaksi yang terjalin cenderung terbatas pada kelompok-kelompok tertentu saja, dimana ada hubungan timbal-balik yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Hal ini membuat hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja. Contohnya, persahabatan tidak lagi lahir karena adanya kesamaan latar belakang, tempat tinggal, norma, tradisi, dan sejenisnya. Hubungan persahabatan lahir dari kebutuhan dan kepentingan yang sama di dalam kehidupan kota yang kompleks. Emile Durkheim (1858 – 1917) menyatakan bahwa dalam masyarakat yang lebih kompleks dan modern seperti perkotaan, orang-orang yang ada di dalamnya berbeda satu dengan


(45)

yang lainnya dalam hal agama, politik, etnik, dan latar belakang. Solidaritas sosial di perkotaan modern, menurut Durkheim, adalah solidaritas organik2, tidak

didasarkan atas kesamaan-kesamaan melainkan oleh ketergantungan pada posisi sosial dan okupasional masing-masing. Selain itu masyarakatnya yang heterogen dan kurang saling mengenal satu sama lain membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol.

Sistem Organisasi dan Kepemimpinan

Selain masyarakat sebagai calon penghuni bangunan, sistem organisasi stakeholder (instansi terkait) juga perlu diperhatikan untuk menjamin kemudahan administrasi penghuni. Setiap penghuni apartemen harus tercatat dalam data kependudukan kelurahan. Salah satu hal yang belum bisa dipastikan adalah wilayah administrasi tapak, sebab kondisi tapak yang terbagi dua oleh aliran sungai dan memang keduanya saat ini merupakan bagian dari dua kelurahan berbeda. Tapak di Jalan Mangkubumi merupakan wilayah Kelurahan Aur, sedangkan tapak di Jalan Badur merupakan wilayah Kelurahan Hamdan.

Sistem kepengurusan kelurahan ditangani oleh lurah dan sekretaris lurah, serta dibantu oleh beberapa kepala seksi, di antaranya bagian pemerintahan, pembangunan, dan trantib. Selain itu wilayah dalam satu kecamatan terbagi atas beberapa lingkungan yang dipimpin oleh Kepling. Kelurahan Hamdan dan

2

Solidaritas organik adalah sebuah konsep yang dinyatakan oleh Durkheim (1858-1917) yang terjadi pada masyarakat yang sudah kompleks (masyarakat perkotaan) karena adanya pembagian kerja (profesi) yang menimbulkan ketergantungan antar individu.


(46)

Kelurahan Aur masing-masing terbagi atas sepuluh lingkungan. Dalam satu lingkungan terdapat 86-550 kepala keluarga (110-2.967 jiwa), dengan rata-rata 247 kepala keluarga setiap lingkungan.

Sistem organisasi dan pendataan penghuni dalam apartemen direncanakan akan mengikuti bentuk yang telah ada, yaitu dengan pengelompokan, sehingga penawasan dan pelayanan bisa terlaksanana secara lebih mudah dan teratur.

Peran proyek terhadap lingkungan sekitarnya

Menurut saya interaksi terjalin lewat lingkungan yang terbuka. Kondisi masyarakat di sekitar tapak memang sangat beragam, mulai dari kalangan atas sampai bawah. Sebagian orang mungkin melihatnya sebagai hal yang harus dihindari, sebab seringkali menimbulkan kekacauan dan pemandangan yang buruk. Hal ini tampak pada proyek-proyek permukiman yang menutup diri terhadap lingkungannya dengan pagar tinggi yang selalu diawasi dengan petugas keamanan yang terlihat menakutkan sehingga tak sembarang orang bisa masuk. Mereka berusaha mengukuhkan diri sebagai komplek eksklusif yang tak mudah didekati apalagi dimasuki.

Dilatarbelakangi oleh isu-isu di atas, proyek berusaha untuk mengurangi kecenderungan diferensiasi penduduk. Ruang yang transparan adalah sebuah konsep dimana pagar-pagar tinggi itu diruntuhkan. Meski kehidupan apartemen


(47)

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mewah dan ekslusif, namun tak seharusnya permukiman menjadi terisolasi dari lingkungannya. Interaksi sosial harus tetap terjaga demi kenyamanan manusia. Seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya dalam analisa kondisi tapak, keberadaan Sungai Deli mampu membentuk sebuah ruang komunal yang menarik banyak orang untuk bertemu dan berinteraksi di dalamnya. Ruang yang transparan memungkinkan setiap orang mampu mengawasi keadaan sekelilingnya.


(48)

BAB III

SEBUAH EKSPEKTASI

The most important part of design is finding all the issues to be resolved. The rest are details.

Soumeet Lanka

3.1. Apartemen ---- Belajar dari Berbagai Aspek

Dalam memulai proses perancangan ini saya cukup banyak mencari referensi tentang apartemen, pengertiannya, fungsi di dalamnya, budaya hidup penghuninya, sistem manajemennya, dan prospek pengembangannya. Berbagai media yang menjadi sumber di antaranya adalah jurnal online, buku, dan internet.

Berdasarkan Dictionary of Architecture and Construction, apartemen merupakan satu atau beberapa ruang dalam sebuah gedung yang dirancang sebagai tempat tinggal. Dengan kata lain apartemen adalah unit hunian yang disusun secara vertikal. Dalam Time Saver Standard (1983) dijelaskan bahwa satu unit apartemen setidakya terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan ruang santai.

Budaya masyarakat modern

Di masa sekarang ini siapa yang tidak mengenal apartemen ? Budaya hidup di apartemen telah menyebar luas, terutama di kota-kota besar. Apartemen


(49)

bahkan telah berkembang lama di berbagai negara, meski dalam istilah yang berbeda-beda. Seiring dengan perkembangannya, apartemen telah mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun sosial. Pada awal perkembangannya apartemen menjadi pilihan hunian oleh masyarakat yang membentuk komunitas-komunitas tertentu. Fuggerei3 di Augsburg, Bavaria adalah sebuah komplek

perumahan sosial tertua di dunia. Di komplek ini masyarakat kota tinggal bersama dan menjalin hubungan yang akrab satu sama lain. Kini masyarakat telah menyadari kepentingan akan hunian yang semakin meningkat saat mereka memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu gedung. Kesadaran akan kehidupan sosial bukan menjadi fokus utama lagi. Masyarakat kota cenderung melihat kemudahan dan efisiensi hunian vertikal ini. Secara fisik, bangunan apartemen telah berkembang dari apartemen sederhana yang dihuni oleh satu sampai empat keluarga, menjadi garden apartemen, bangunan bertingkat rendah yang bisa dihuni ratusan keluarga, dan kini bangunan-bangunan tinggi mewah yang didesain oleh arsitek-arsitek ternama dunia. Dari hunian, apartemen telah beralih menjadi penanda strata sosial. Itulah mengapa apartemen umumnya ditempati oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas yang lebih mengutamakan kemudahan, bahkan tak jarang menginginkan gaya hidup mewah.

Apartemen sekarang ini umumnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penghuninya. Fasilitas ini beragam pula, tergantung pada jenis apartemennya. Semakin mewah sebuah apartemen, maka fasilitas di

3

Fuggerei adalah sebuah komplek perumahan sosial tertua di dunia yang masih difungsikan sampai sekarang ini. Perumahan ini dibangun di tahun 1516 di Kota Augsburg, Bavaria. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat dari en.wikipedia.org/wiki/Fuggerei


(50)

dalamnya akan semakin lengkap. Hal ini juga dilakukan oleh developer untuk menarik orang-orang tinggal di apartemen mereka. Tak jarang bangunan apartemen bahkan dilengkapi dengan pusat perbelanjaan sendiri, sehingga penghuni apartemen tidak perlu pergi jauh-jauh saat mereka butuh rekreasi. Semua kemudahan ini telah menjadi budaya hidup masyarakat kota pada umumnya.

Pertimbangan lainnya..

Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua apartemen bisa menarik minat orang-orang untuk tinggal di sana. Beberapa faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah lokasi apartemen, harga unit, sistem pengelolaan, dan peraturan dalam apartemen. Lokasi menjadi faktor yang sangat menentukan, sebab calon penghuni cenderung akan memilih tempat tinggal di lokasi yang aman dan nyaman, akses yang mudah, dan dekat dengan tempat mereka bekerja. Harga unit tentu juga diperkirakan oleh calon penghuni saat dia ingin memilih apartemen. Tak jarang ia membandingkan harga unit suatu apartemen dengan apartemen lainnya. Sistem pengelolaan dan peraturan dalam apartemen akan mempengaruhi kemudahan dan kenyamanan penghuni. Ada berbagai sistem pengelolaan dalam apartemen, mulai dari sistem sewa dimana pihak pengelola bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan penghuni, sistem beli (kondominium), hingga apartemen dengan sistem koperasi.


(51)

Studi banding

Selain mempelajari berbagai aspek dalam apartemen, pembelajaran lainnya adalah menyangkut desain sendiri, dengan mencari beberapa proyek apartemen sebagai studi banding terhadap proyek ini.

1. Bosco Verticale

Lokasi : Milan, Italia Konstruksi awal : 2009

Luas lantai : 360,000 m2 (3,900,000 sq ft)

Arsitek : Stefano Boeri, Gianandrea Barreca, Giovanni La Varra

Arsitek Stefano Boeri yang merancang bangunan ini juga merupakan pemerhati lingkungan hidup dan penghijauan. Berawal dari pemikiran nya yaitu dengan melihat ruang terbuka hijau di kota Milan semakin menyusut, maka

Gambar 3.1. Bosco Verticale Apartment Sumber : http://www.archdaily.com


(52)

muncullah ide ini supaya kemudian pemanasan global dan polusi udara semakin berkurang. Kota Milan adalah salah satu kota dengan polusi tertinggi di dunia, yang mana kualitas udaranya sering melewati batas aman yang ditentukan oleh Komisi Eropa.

Desainnya terdiri dari dua buah menara yang terintegrasi dengan sistem energi sel surya dengan tanaman dan pohon di setiap sisi bangunan nya. Keuntungan dengan adanya vegetasi ini adalah dapat memproduksi oksigen dan mengurangi karbondioksia serta menyediakan ekosistem bagi serangga dan burung. Pepohonan dan tanaman juga akan membantu mendinginkan apartemen dan mengurangi biaya energi untuk AC, terutama di musim panas pada saat kota Milan mencapai suhu 100 derajat F arau 37,8 derajat C dan akan dan membantu mengurangi urban heat island effect.

Gambar 3.2. Desain Bosco Verticale Sumber : http://www.archdaily.com


(53)

Semua lantai dikombinasikan agar berkapasitas 730 pohon, 5000 semak dan 11.000 tanaman (setara dengan 2,5 acre hutan atau 10117,15 meter persegi hutan ). Tipe pepohonannya dipilih oleh ahli botani terpercaya untuk menentukan pohon mana yang paling sesuai dengan bangunan dan iklimnya. Sedangkan tanaman yang digunakan di dalam proyek ini sebelumnya dibudidayakan sehingga tanaman ini secara perlahan akan beraklimatisasi dengan kondisi yang akan dialami ketika berada di bangunan.

Setiap apartemen dalam bangunan akan memiliki sebuah balkon yang ditanami dengan pepohonan dan tanaman sehingga selalu ada perlindungan selama musim panas sekaligus mem-filter polusi kota. Irigasi tanaman akan didukung dari penyaringan dan penggunaan kembali air kotor yang diproduksi bangunan.

Gambar 3.3. Konsep vegetasi pada Bosco Verticale Sumber : http://www.archdaily.com


(54)

2. Natural Evolution Residential Tower

Bangunan ini didesain oleh Emmanuel Person, berlokasi di New York, dengan konsep green roof, sustainable architecture, dan roof garden. Residential tower didesain sepperti sebuah perkampungan, di mana terdapat tempat bagi orang-orang berkumpul, dan menyediakan tempat bermain bagi anak-anak. Setiap hunian memiliki taman privat yang diisi vegetasi beragam, memberikan udara yang sejuk serta pemandangan yang baik bagi penghuninya. Taman-taman ini menjadi pelindung alami bagi interior bangunan. Keberadaan vegetasi mampu melindungi ruangan dari panas, bising, dan lain-lain.

Gambar 3.4. Natural Evolution Residential Tower Sumber : http://www.lushome.com


(55)

Pemilihan kedua proyek apartemen ini sebagai studi banding dikarenakan desainnya yang menonjol pada penggunaan material kaca. Selain itu penggunaan vegetasi sebagai shading utama bangunan sangat cocok diterapkan di dalam tapak, dengan kondisi penerimaan sinar dan panas matahari yang berlimpah. Dengan demikian penggunaan energi dalam bangunan untuk pencahayaan dan pengkondisian udara juga bisa ditekan.

Gambar 3.5. Interior ruang dengan pemandangan terbuka dan taman privat Sumber : http://www.lushome.com

Gambar 3.6. Eksterior bangunan Sumber : http://www.lushome.com


(56)

3.2. Proyek PA 6

Stakeholder dan Sistem Manajemen

Berdasarkan penjelasan dalam KAK, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini adalah Pemko Medan sebagai owner, Kontraktor (PT. Twin Rivers Development), (Studio PA6 design Group) sebagai konsultan.

Dalam proyek ini Pemerintah Kota Medan dan PT. Twin Rivers Development bekerja sama dalam pembangunan hunian apartemen. Kedua pihak ini secara bersama-sama menjadi pemilik proyek. Pemko Medan sebagai owner tentu menginginkan sebuah lingkungan binaan yang lebih baik dari sebelumnya. Lingkungan yang tertata dan kehidupan masyarakat yang lebih teratur menjadi target mereka. Namun pihak pemerintah umumnya lebih bersifat protektif terhadap pendanaan proyek, sehingga sebisa mungkiin menghindari biaya pembangunan yang mahal. Hal ini harus terwujud dalam desain proyek yang sesuai dengan lokasi dan mampu menyelesaikan masalah-masalah di dalam tapak. Di lain sisi PT. Twin Rivers Development sebagai pihak swasta saya kira lebih menilik kepada bagaimana bangunan bisa menonjol dalam lingkungannya, bahkan dalam lingkup Kota Medan, sehingga banyak orang akan datang ke sana. Selain itu PT. Twin Rivers Development sebagai pihak penyandang dana bagi proyek juga sangat mmpertimbangkan aspek ekonomi. Mereka akan memperkirakan keuntungan yang bisa didapat dengan sejumlah uang yang mereka tanamkan dalam modal pembangunan apartemen. Beberapa metode yang sering diambil


(57)

oleh pihak developer adalah penyediaan fasilitas-fasilitas mewah yang mampu menarik minat masyarakat untuk menghuni apartemen, dan pengadaan beberapa fasilitas publik yang mampu menambah keuntungan proyek seperti mal dan ruang rekreasi.

Lenders (Bank) merupakan pihak yang turut terkait dalam pengadaan dana proyek. Beberapa pertimbangan penting bagi lenders cash flow pengembalian pinjaman yang di ajukan. Hal ini akan bergantung kepada perhitungan investasi bangunan. Oleh sebab itu memang diharapkan berbagai fungsi lain seperti mal dan rekreasi yang bisa ditawarkan kepada pengunjung untuk mendorong keuntungan owner. Sementara itu partner bisnis yang akan mengisi ruang-ruang dalam mal seperti pemilik restauran atau toko buku juga memerlukan jaminan dari bangunan. Mereka akan lebih yakin untuk menginvestasikan jasanya jika lokasi bangunan memang strategis dan mampu menarik banyak pengunjung. Di sini bisa dilihat bahwa beberapa faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Kontraktor dituntut untuk melaksanakan proyek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh owner. Dalam proyek ini yang menjadi kontraktor adalah PT. Twin Rivers Development. Masyarakat sekitar juga turut terlibat sebagai orang-orang yang menilai kesuksesan bangunan, apakah mereka merasa senang atau tidak terhadap bangunan baru itu. Maka konsultan harus mampu memperhatikan kepentingan dan kemudahan pengerjaan bangunan dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat.


(58)

Pembeli (penghuni apartemen) dan pengunjung sebagai klien cenderung akan menilai bagaimana bangunan itu dapat memenuhi kepentingan mereka, misalnya dengan menyediakan ruang untuk rekreasi, fasilitas berbelanja, dan tak jarang berusaha membandingkan suatu bangunan dengan yang lainnya. Jadi proyek ini perlu menunjukkan eksistensinya terhadap proyek-proyek sejenis di lingkungannya seperti Royal Condominium .

Semua pihak yang terlibat perlu dipertimbangkan kepentingannya, dan semua faktor yang disebut di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya bangunan yang menarik dari desain dan lokasi akan memungkinkan banyak pengunjung. Di waktu yang bersamaan para partner bisnis akan tertarik untuk membuka usaha di dalamnya.

Konsumen sasaran, karakter dan kebutuhan ruangnya

Dalam kasus proyek Perancangan Arsitektur 6, apartemen ditujukan bagi masyarakat menengah ke atas. Dari segi lokasi, sasaran utama dari apartemen ini adalah warga yang sebelumnya menghuni di sekitar tapak dan penduduk yang beraktivitas di sekitar Medan Maimun yang bersedia untuk tinggal di apartemen. Menurut saya keberadaan aktivitas ekonomi di sekitar tapak, mulai dari Jalan Palang Merah, Jalan Bridgen Katamso, hingga Jalan Zainul Arifin akan membawa pengaruh yang sangat besar bagi proyek ini. Orang-orang yang bekerja di sana mungkin akan mempertimbangkan untuk pindah ke tempat yang lebih dekat dengan tempat kerja mereka. Kaum pekerja seperti mereka umumnya saangat


(59)

mementingkan efisiensi. Pada umumnya karakter khusus yang terlihat pada kalangan ini adalah menuntut kemudahan akses dari apartemen ke tempat kerja atau tempat-tempat penting lainnya di kota. Selain itu penghuni juga mengharapkan faktor-faktor lain seperti privasi, kenyamanan, estetika dan keamanan. Privasi yang tinggi merupakan salah satu tuntutan konsumen yang pada umunya merupakan golongan masyarakat pekerja. Kenyamanan tinggi diharapkan untuk mendukung kegiatan penghuni untuk beristirahat setelah seharian bekerja. Estetika bangunan merupakan salah satu strategi aktualisasi diri pada golongan masyarakat menengah ke atas. Keamanan tinggi, mendukung kelas ekonomi penghuni yang merupakan golongan ekonomi menengah ke atas dan memberi rasa aman bagi penghuni yang tinggal dalam apartemen. Semua faktor ini akan sangat mempengaruhi minat masyarakat untuk mau tinggal dalam apartemen.

Berdasarkan karakter konsumen sasarannya, kegiatan dalam apartemen terbagi ke dalam beberapa fungsi, yaitu fungsi utama sebagai hunian, fungsi pendukung sebagai fasilitas tambahan bagi penghuni, serta fungsi pelengkap yang menjamin berjalannya manajemen apartemen.

Fungsi utama dalam apartemen adalah hunian. Apartemen harus bisa mengakomodasi aktivitas penghuni secara rutin seperti di dalam rumah. Jenis aktivitas tersebut antara lain adalah tidur, makan, menerima tamu, berinteraksi sosial, melakukan hobi, bekerja, dan lain-lain. Fungsi pendukung merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada apartemen untuk mendukung fungsi utama. Selain itu juga difungsikan untuk mambantu aspek pemasaran


(60)

apartemen tersebut dengan menarik pengunjung (masyarakat umum) untuk datang ke bangunan. Umumnya fungsi pendukung yang ditambahkan dalam apartemen adalah layanan olah raga (fitness center, kolam renang, spa & sauna, tennis court), layanan kesehatan ( poliklinik dan apotek), layanan komersial (minimarket, restoran, salon,dan lain-lain), serta layanan anak (tempat penitipan anak dan area bermain). Fungsi pelengkap adalah fungsi-fungsi yang diadakan untuk mengorganisir terlaksananya fungsi utama dan fungsi pendukung. Kegiatannya adalah kegiatan pengelolaan. Aktivitas di dalamnya adalah administrasi, pemasaran, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan bangunan, dan pengamanan.

Dalam proyek ini saya melihat semua fasilitas di atas adalah penting dan perlu diterapkan dalam desain. Namun selain itu perlu ditambahkan aktvitas pendukung lainnya, mengingat keberadaan Sungai Deli yang potensial untuk melahirkan ruang-ruang publik. Ruang-ruang luar bisa digunakan oleh penghuni apartemen bahkan pengunjung sebagai area rekreasi. Selain memenuhi kebutuhan penghuni, fasilitas-fasilitas ini juga akan menambah nilai jual apartemen dan minat orang untuk berkunjung.

Hunian yang aman dan nyaman

Setiap orang tentu mendambakan tempat tinggal yang aman. Demikian juga dalam proyek ini keamanan menjadi salah satu faktor utama. Hampir semua bangunan-bangunan sekarang ini telah dipasangi pengawasan teknologi tinggi


(61)

seperti CCTV. Namun ternyata semua teknologi masih belum bisa menjamin keamanan dalam gedung. Sesungguhnya pengawasan oleh manusia lebih menjamin keamanan hunian, namun tak banyak orang yang mau peduli dengan keadaan di sekitar mereka. Karakter penghuni apartemen yang sering dijumpai adalah interaksi yang sangat minim. Bahkan penghuni apartemen yang telah lama tinggal berdekatan bisa saja tidak mengenal satu sama lain. Kebutuhan akan interaksi melahirkan kebutuhan akan ruang-ruang komunal dimana para penghuni bisa saling bertemu dan berbincang.

Kemudahan pengawasan dalam bangunan dan tapak juga diterapkan lewat penzoningan. Berdasarkan privatisasinya, ruang-ruang di dalam apartemen dapat digolongkan menjadi ruang privat, semi publik, dan ruang publik. Ruang privat mempunyai aksesibilitas terbatas bagi kelompok atau golongan tertentu, misalnya ruang hunian. Ruang semipublik merupakan kelompok ruang dengan aksesibilitas bebas terbatas. Ruang-ruang ini bisa diakses oleh pengunjung umum, tetapi terbatas pada kelompok tertentu . Contohnya adalah area administratif pengelola. Ruang publik adalah kelompok ruang dengan aksesibilitas tinggi, bebas diakses oleh siapapun. Contohnya adalah ruang-ruang pendukung (minimarket,fitness center, restoran, dan sebagainya). Dalam setiap daerah peralihan dari zona-zona ini harus dilengkapi dengan pengawasan yang ketat.

Perancangan apartemen ini juga perlu mempertimbangkan keamanan penghuni terhadap bahaya darurat, misalnya saat terjadi kebakaran atau gempa


(62)

bumi. Pengadaan tangga darurat harus didesain sebaik mungkin agar mudah diakses oleh setiap penghuni.

Potensi lingkungan tapak

Lingkungan di sekitar tapak umumnya diisi oleh permukiman, fasilitas pertokoan (komersial), serta bangunan instansi pemerintah. Hal ini mendorong banyak aktivitas pendukung yang terjadi di sekitar tapak, seperti aktivitas perdagangan. Selain itu tapak juga terletak dekat dengan koridor bisnis Kota Medan, sehingga memberi nilai tambah bagi tapak. Hal ini juga semakin diperkuat dengan keputusan dalam RDTR Kota Medan yang merencanakan lokasi proyek sebagai kawasan komersial. Penghuni apartemen akan semakin dimudahkan untuk mengakses tempat-tempat penting di dalam kota, seperti tempat bekerja atau sekolah bagi anak-anak.


(63)

Dalam ketersediaan ruang terbuka hijau, lingkungan tapak memang kurang menjanjikan, sebab tidak ada ruang terbuka hijau umum yang bisa ditemui di lingkungan ini. Sementara masyarakat memerlukan tempat untuk bisa berinteraksi atau sekedar melepas penat dari rutinitas mereka sehari-hari. Untuk menanggapi hal ini, proyek apartemen juga didesain untuk bisa menyediakan ruang terbuka di sekitar sungai yang bisa dikunjungi oleh masyarakat sekitar yang bukan penghuni apartemen.

Berdasarkan peninjauan kondisi lingkungan tapak secara langsung, saya mendapati bahwa Jalan Mangkubumi adalah jalan yang paling berpotensi sebagai akses utama ke dalam bangunan. Jalan ini dapat diakses dari dua koridor besar, yakni Jalan Jend. Suprapto dan Jalan Palang Merah. Namun kondisi jalan memerlukan beberapa perubahan/ perbaikan, seperti pelebaran jalan dan

Gambar 3.8. Analisa ruang terbuka dan sistem vegetasi Sumber : Laporan Perancangan Arsitektur 6


(64)

penambahan jalur pejalan kaki (pedestrian). Dalam hal pengadaan parkir, ruang basement dianggap sebagai alternatif yang lebih menguntungkan untuk efisiensi ruang. Namun karena letaknya yang dekat dengan sungai, pengadaan basement harus didesain secara lebih tanggap terhadap bahaya banjir. Pengadaan parkir bagi pengunjung mal sebisa mungkin dipisahkan dari parkir penghuni, untuk memudahkan pengawasan dan memberikan kenyamanan bagi penghuni.

Pembangunan proyek harus bertanggung jawab terhadap lingkungan kota. Masalah utama yang sering terjadi, khususnya pada daerah-daerah di sepanjang sungai adalah bangunan-bangunan yang secara langsung membuang limbanya ke sungai. Hal ini telah menyumbangkan efek negatif yang sangat besar terhadap kondisi Sungai Deli saat ini. Karena itu bercermin dari pengalaman tersebut, sistem pembuangan limbah pada bangunan ini harus dirancang dengan baik, mulai dari limbah cair sampai kepada limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh kamar mandi harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke riol kota. Untuk limbah lainnya, seperti sampah dapur atau pekerjaan rumah lainnya harus diatur dengan tepat. Pengadaan shaft sampah adalah metode yang telah banyak diterapkan dalam apartemen-apartemen modern sekarang ini. Setelah itu pengelola akan bertanggung jawab atas sampah ini sebelum diserahakan kepada Dinas Kebersihan Kota Medan.


(65)

Pengadaan hunian

Dalam menganalisa kebutuhan hunian ada beberapa metode yang diterapkan. Metode yang saya gunakan adalah dengan perkiraan distribusi penduduk di sekitar tapak. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun 2010-2030, distribusi penduduk tahun 2030 di Kecamatan Medan Maimun diperkirakan sebanyak 99.087 jiwa dengan kepadatan sekitar 333 Jiwa/Ha. Jumlah KK di Medan Maimun diperkirakan sebanyak 19.817, dengan jumlah keluarga kecil sebanyak 11.890, keluarga sedang 5.945, dan keluarga besar sebanyak 1.982. Dengan tapak seluas 2,5 ha dan perbandingannya dengan wilayah Kacamatan Medan Maimun seluas 298 ha, maka jumlah minimum keluarga yang bermukim dalam tapak adalah sebanyak 167 keluarga. Angka ini kemudian digunakan sebagai jumlah minimal unit.

Berdasarkan perkiraan distribusi penduduk tersebut dan analisa terhadap data penduduk yang telah ada, saya membagi jenis unit hunian ke dalam lima jenis unit. Bagi penghuni lajang yang sedang bekerja atau kuliah disediakan hunian tipe deluxe dengan ruang tidur dan ruang bekerja yang menyatu. Bagi keluarga kecil yang tidak memiliki anak, tersedia tipe junior suite dengan satu kamar tidur. Bagi keluarga dengan satu atau dua anak tersedia unit tipe executive suite dengan dua kamar tidur. Keluarga dengan dua anak dewasa yang memerlukan kamar masing-masing dapat memilih unit tipe superior suite dengan tiga kamar tidur. Selain itu apartemen juga menyediakan unit penthouse bagi keluarga yang lebih besar atau bagi orang-orang yang memerlukan privasi dan


(66)

fasilitas lebih mewah. Rasio perbandingan jumlah unit didasarkan pada perkiraan jumlah keluarga besar, sedang dan kecil, yakni 1:3:6.

Penggunaan kaca sebagai material selubung bangunan dilakukan untuk menghadirkan pengalaman transparansi secara literal. Namun dengan kondisi iklim sekitar yang memungkinan panas berlebih pada siang hari, penggunaan secondary skin pada bangunan perlu dilakukan. Dalam proyek ini, saya memilih penggunaan tanaman sebab memiliki berbagai keuntungan, misalnya mampu menyaring sinar matahari berlebih, mendinginkan udara yang masuk ke dalam ruangan, dan memberikan suasana yang lebih sejuk bagi penghuni. Material lain yang digunakan adalah beton ringan, untuk memudahkan proses pemasangan material.

Dalam menganalisa sistem struktur, sistem rangka adalah pilihan yang paling umum digunakan dalam pembangunan apartemen, sebab pelaksanaannya mudah dan efisien. Dalam hal pemasokan energi listrik, umumnya proyek-proyek sejenis menggunakan energi dari Perusahaan Listrik Negara dengan alternatif genset di waktu darurat. Sedangkan dalam hal pasokan air, proyek apartemen juga umumnya masih mengoptimalkan air dari PDAM. Karena pasokan energi yang terbatas, rancangan apartemen harus mampu mengarahkan penghuni kepada pemakaian energi yang tepat. Penerangan alami di siang hari adalah salah satu contoh yang bisa diterapkan dalam bangunan. Selain itu penggunaan ventilasi juga perlu untuk mengurangi beban pengkondisian udara.


(67)

Selain faktor-faktor di atas, rancangan desain juga harus memenuhi regulasi yang ada tentang pembangunan apartemen. Dalam UU No 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung , dijelaskan membahas fasilitas / sarana keselamatan dalam gedung yang harus dipenuhi, sedangkan dalam RDTR Kota Medan terdapat peraturan mengenai sempadan jalan, sungai dan bangunan. Garis sempadan bangunan setidaknya adalah lima meter dari Jalan Mangkubumi, 15 meter dari Jalan Suprapto, tiga meter dari Jalan Badur, dan 15 meter dari pinggir sungai. Wilayah sempadan ini akan difungsikan sebagai ruang terbuka seperti sarana pedestrian di samping jalan dan riverwalk di pinggir sungai.


(68)

BAB IV

HARUSKAH MENUTUP DIRI ?

4.1. Transparansi dalam Ruang

Transparansi dalam dunia arsitektur diartikan sebagai dematerialisasi dari selubung bangunan dengan menggunakan bahan terbuka dan tembus cahaya. Transparansi umumnya diartikan sebagai penggunaan material yang memancarkan atau meneruskan cahaya, seperti kaca, sebagai material utama bangunan.

Rowe dan Slutzky (1963) membedakan transparansi menjadi transparansi literal dan transparansi fenomenal. Transparansi literal lebih menekankan penggunaan material yang tembus cahaya seperti kaca. Sedangkan transparansi fenomenal adalah pengalaman akan ruang yang transparan tanpa benar-benar tertembus cahaya. Mies Van der Rohe menjelaskan bahwa transparansi dalam arsitektur bercirikan sebuah struktur yang jelas sebagai dasar dari konstruksinya. Ungkapannya yang berisi “Less is more”4 benar-benar terlihat dari pemilihan material yang digunakannya. Dengan pemakaian konstruksi kaca, baja dan beton, ia menganggap bahwa bangunan akan terlihat apa adanya. Sedangkan Grogy Kepes menganggap bahwa transparansi dalam arsitektur adalah suatu analogi arsitektural yang dapat ditemukan pada material kaca dan plastik. Ia menggabungkan unsur-unsur arsitektural berupa warna dan tekstur material.

4

Less is more adalah sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Mies Van der Rohe mengenai desain bangunan di masa arsitektur modern yang menunjukkan ciri kesederhanaan dari dekorasi bangunan.


(69)

Menurut Webster’s New International Dictionary, transparansi dalam arsitektur juga bisa dilihat dari sifat ruang yang terbuka, jujur, mudah dilihat, dikenali dan dipahami.

Pemilihan tema transparansi dilatarbelakangi oleh tingginya tindak kriminalitas dalam bangunan apartemen. Kriminalitas sebagai salah satu permasalahan sosiologi kota harus diperhatikan dalam perencanaan pemukiman, termasuk hunian vertikal seperti apartemen.

Interpretasi Tema

Kebanyakan orang akan mengartikan transparansi dengan penggunaan material kaca pada bangunan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena merupakan perwujudan transparansi literal. Namun di dalam perancangan ini akan dibahas kedua jenis transparansi di atas, baik transparansi literal maupun fenomenal.

Gambar 4.1. Arsitektur Mies Van der Rohe

Glass Skyscraper (kiri) dan Lakeshore Apartment (kanan)


(1)

-Toilet

Toilet pria NAD 0,96 m2/ org

5 4,8

Toilet wanita NAD 0,96 m2/ org

5 4,8

Urinoir NAD 0,6 m2/ org 5 3

Wastafel NAD 0,6 m2/ org 10 6

TOTAL 18,8

3. Fasilitas Pengelola

No Ruang Acuan Pendekatan (m2)

Kapasitas (orang)

Jumlah unit

Total luas 3 Fasilitas

pengelola

-Kantor Pengelola R. General Manager

NAD 20 m2 1 1 20

R. Asisten General Manager

NAD 12

m2/orang

1 1 12

R. Sekretaris NAD 12

m2/orang

1 1 12

44

-Marketing Dept

R. Manager NAD 12 m2/orang

1 1 12

R. Sales & Promotion

NAD 6 m2/orang 2 1 12

R. Tenancy Coordinator

NAD 6 m2/orang 2 1 12

R. Public Relation

NAD 6 m2/orang 2 1 12

Meeting room

NAD 2.5

m2/orang

10 1 25

73


(2)

R. Manager Operasional

NAD 12

m2/orang

1 1 12

Front Office NAD 3 m2 2 1 6

R. Personel NAD 6 m2/orang 6 1 36

R. House Keeping

NAD 6 m2/orang 4 1 24

R. Security NAD 6 m2/orang 6 1 36

114

-Finance Dept

R. Manager NAD 12 m2/orang

1 1 12

R.

Accounting

NAD 6 m2/orang 2 1 12

R. Finance Coordination

NAD 6 m2/orang 2 1 12

Meeting room

NAD 2.5

m2/orang

10 1 25

61

-Engineering Dept R Chief Engineering

NAD 12

m2/orang

1 1 12

R. ME Staff NAD 6 m2/orang 4 1 24

R. Building & Site Staff

NAD 6 m2/orang 2 1 12

R. Rapat NAD 2.5 m2/orang

10 1 25

73

Pantry SB 20

Gudang ASU 40

- Toilet

Urinal NAD 0.9 m2/unit 1 2 1.8

WC NAD 2.1 m2/unit 1 3 6.3

Wastafel NAD 0.5 m2/unit 1 4 2


(3)

-Laundry Laundry washer

SBT 40 1 40

Laundry dryer

SBT 40 1 40

Ruang karyawan

SUR 4,5 m2/ org 10 45

Gudang linen NAD 0,32m2/ kmr

96

TOTAL 221

-Storing

Loading dock NAD 50 1 50

Gudang umum TSS 48 1 48 Gudang

bahan

TSS 100 1 100

Gudang alat TSS 56 1 56

R. Sampah TSS 40 1 40

TOTAL 294

-ME

R. Genset SBT 20 2 40

R. Chiller SBT 40 1 40

R. Pompa SBT 20 2 40

R. Ahu SBT 20 2 40

R. Trafo, panel, shaft

SBT 40 1 40

Ruang CCTV SBT 30 1 30

TOTAL 230

Total Luas Ruang = 24.181,88 m2 Sirkulasi 30 % = 7.254,56 m2 Luas Bangunan = 31.436,44 m2 Luas lahan = 25.224,10 m2 KDB = 60 % = 15. 134,46 m2 KLB = 16

Jumlah lantai = 16 x 25.224,10 m2 / 15. 134,46 m2 = 26,6 lantai


(4)

LAMPIRAN 4 : PERHITUNGAN KEBUTUHAN LIFT

Jumlah populasi TOWER A

No unit kapasitas Jumlah unit Jumlah populasi

1 Deluxe 1 72 72

2 Junior suite 2 72 144

TOTAL 216

N = Hc/h

Keterangan : N = Jumlah Lift Hc = Handling Capacity

h = kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan handling capacity = pHc x populasi bangunan

= 10 % (untuk apartemen) x 216 = 22 orang

Untuk apartemen, spesifikasi lift yang bisa digunakan adalah Car capacity = 2000 pounds

Minimum car Speed = 250 – 300 feet/minute Car Travel = 126‐200feet

Round Tripnya adalah 130 seconds (untuk 12 lantai)

Dengan spesifikasi kapasitas elevator 2000 lbs, maka spesifikasi Car Passenger capacity

(P)nya adalah

Maximum Passenger capacity = 12 Normal Passenger Load trip = 10

Perhitungan kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan h = 300 x p/RT

= 300 x 10 / 130 = 23.08 =>23 Maka jumlah lift N = Hc/h

N = 22/23


(5)

Perhitungan kebutuhan Lift Jumlah populasi TOWER B

No unit kapasitas Jumlah unit Jumlah populasi

1 Executive suite 3 84 252

3 Penthouse 6 2 12

TOTAL 264

N = Hc/h

Keterangan : N = Jumlah Lift Hc = Handling Capacity

h = kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan handling capacity = pHc x populasi bangunan

= 10 % (untuk apartemen) x 264 = 27 orang

Untuk apartemen, spesifikasi lift yang bisa digunakan adalah Car capacity = 2000 pounds

Minimum car Speed = 250 – 300 feet/minute Car Travel = 126‐200feet

Round Tripnya adalah 150 seconds (untuk 16 lantai)

Dengan spesifikasi kapasitas elevator 2000 lbs, maka spesifikasi Car Passenger capacity

(P)nya adalah

Maximum Passenger capacity = 12 Normal Passenger Load trip = 10

Perhitungan kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan h = 300 x p/RT

= 300 x 10 / 150 = 20

Maka jumlah lift N = Hc/h

N = 27 / 20


(6)

Perhitungan kebutuhan Lift Jumlah populasi TOWER C

No unit kapasitas Jumlah unit Jumlah populasi

1 Superior suite 4 90 360

2 Penthouse 6 2 12

TOTAL 372

N = Hc/h

Keterangan : N = Jumlah Lift Hc = Handling Capacity

h = kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan handling capacity = pHc x populasi bangunan

= 10 % (untuk apartemen) x 372 = 38 orang

Untuk apartemen, spesifikasi lift yang bisa digunakan adalah = Car capacity = 2000 pounds

Minimum car Speed = 250 – 300 feet/minute Car Travel = 126‐200feet

Round Tripnya adalah 170 seconds (untuk 18 lantai)

Dengan spesifikasi kapasitas elevator 2000 lbs, maka spesifikasi Car Passenger capacity

(P)nya adalah

Maximum Passenger capacity = 12 Normal Passenger Load trip = 10

Perhitungan kapasitas yang akan diangkut dalam 1x pengangkutan h = 300 x p/RT

= 300 x 10 / 170 = 17.65 => 18 Maka jumlah lift N = Hc/h

N = 38 / 18