Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian Hipotesis

E. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah.

Menurut Dedy Dan Dadang 2001 ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat terhadap peraturan perundangan yang berlaku, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab memperhatikan keadilan dan kepatutan. Sedangkan Abdul Halim 2001 mengungkapkan bahwa prinsip dalam pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut : 1. akuntabilitas 2. value for money 3. kejujuran alam pengelolaan keuangan daerah 4. transparansi 5. pengendalian 6. efisien dan efektif anggaran 7. pengendalian 8. format anggaran Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas tjahjanulin domai 2002 mengatakan ada beberapa prinsip dalam mengelola keuangan daerah yaitu : 1. Akuntabilitas : adalah kewajiban bagi pengelola keuangan daerah untuk bertindak selaku penanggungjawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang ditetapkan. 2. Transparansi : yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak tentang pengelolaan keuangan daerah dengan kata lain segala tindakan dan Universitas Sumatera Utara kebijakan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh umum. 3. keterbukan : pemberian informasi secara terbuka dan baik terhadap saran maupun kritik dari masyarakat. 4. Aturan hukum : pengelolaan keuangan daerah harus sesuai dengan peraturan pemerintah, undang-undang, peraturan daerah yang sudah ditetapkan.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan

Permendagri No 13 Tahun 2006.

1. Pengaruh

komitmen Terhadap Keberhasilan Penerapan Permendagri No 13 Tahun 2006. Adanya rasa keterikatan pada suatu falsafah dan satuan kerja kemungkinan untuk bertahan dalam satuan kerja akan lebih tinggi ketimbang pegawai yang tidak mempunyai rasa keterikatan pada satuan kerja. Shadur, Kinzle dan Rodwell 1999 memberi pengertian bahwa pegawai yang mempunyai komitmen terhadap satuan kerja menunjukkan kuatnya pengenalan dan keterlibatan pegawai dalam satuan kerja yang dinyatakan sebagai berikut “Organizational commitement was defined as the strength of an individual’s identification with and involvement in a particular organization”. Pegawai yang memiliki komitmen terhadap satuan kerja kemungkinan untuk tetap bertahan lebih tinggi dari pada pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Oleh Husselid dan Day 1991:387 Universitas Sumatera Utara dalam Agustina, 1997dikatakan bahwa komitmen pegawai dapat mengurangi keinginan untuk melepaskan diri dari organisasi atau unit kerja. Mereka cenderung menunjukkan keterlibatan yang tinggi diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Selain itu pegawai yang menunjukkan sikap komitmennya akan merasa lebih senang dengan pekerjaan mereka, berkurangnya membuang-buang waktu dalam bekerja dan berkurangnya kemungkinan meninggalkan lingkungan kerja Robinson, Simourd dan Propirino,1999. 24 Morrow 1983 dalam Robinson, Simourd dan Poporino 1999 menyimpukan bahwa komitmen merupakan fungsi karakteristik personal dan fungsi-fungsi situasional yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Karakteristik personal ini berupa usia, masa kerja, dan pendidikan sedangkan faktor situasional meliputi konflik peran dan iklim organisasi. Ada lima pendekatan untuk menggerakkan komitmen pegawai menurut Lee 1987 yaitu; 1. Understanding employee work value 2. Communication job performance standard 3. Linking performance to reward 4. Providing effective performance evaluations 5. Offering support for managers and supervisory Berdasarkan kelima pendekatan tersebut komitmen akan timbul apabila ada pemahaman nilai kerja, mengkomunikasikan standar prestasi kerja dan menghubungkannya dengan reward dan memberikan dukungan kepada pimpinan atau atasan. Lebih lanjut untuk meningkatkan komitmen Universitas Sumatera Utara menurut Balfour dan Wechsler 1991 dapat dilakukan dengan meningkatkan atmosfir sosial satuan kerja dan pemahaman akan tujuan. Sedangkan menurut Robinson, Simourd dan Porporino 1999 hal-hal yang dapat mengefektifkan komitmen dilakukan semenjak sebelum dan awal prosedur sosialisasi pekerjaan hingga mempertahankan pemberian penghargaan. Dalam Kepmenpan nomor 25KEPM.PAN042002 pengertian komitmen adalah keteguhan hati, tekad yang mantap dan janji untuk melakukan atau mewujudkan sesuatu yang diyakini. Ada dua motif yang mendasari seseorang untuk komitmen pada organisasi atau unit kerjanya Reichers, 1985 dalam Berg Baron, 1997-191, antara lain; 1. Side – Best Orientation Side – Best Orientation ini memfokuskan pada akumulasi dari kerugian yang dialami atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh individu pada organisasi apabila meninggalkan organisasi tersebut. Dasar pemikiran ini adalah bahwa meninggalkan organisasi akan merugikan, karena takut kehilangan hasil kerja kerasnya tidak didapat di tempat lain. 2. Goal – Congruence Orientation Memfokuskan pada tingkat kesesuaian antara tujuan personal individu dan organisasi sebagai hal yang menentukan komitmen pada organisasi. Pendekatan ini dipopulerkan oleh Poter dan Asosiasinya, menyatakan bahwa komitmen karyawan pada organisasi dengan goal congruence orientation akan menghasilkan pegawai yang memiliki; Universitas Sumatera Utara - Penerimaan atas tujuan dan nilai-nilai organisasi - Keinginan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan - Hasrat untuk tetap menjadi anggota organisasi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian mengenai komitmen pada dasarnya menekankan bagaimana hubungan pegawai dan satuan kerja menimbulkan sikap yang dapat dipandang sebagai rasa keterikatan pada falsafah dan satuan kerja. Dimana pegawai akan memegang teguh sepenuh hati dan berjanji melaksanakan tugas yang harus diemban secara taat asas, yang telah ditetapkan oleh sekelompok orang atau badan yang terikat dalam satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh DepartemenLembaga di pemerintah pusat dan ProvinsiKabupatenKota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh GubernurBupatiWalikota dengan mengacu kepada peraturan daerah Universitas Sumatera Utara tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan DepartemenLembaga di pusat dan GubernurBupatiWalikota di daerah.

2. Pengaruh Sumber daya Manusia Terhadap Keberhasilan

Penerapan Permendagri No 13 Tahun 2006. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk setiap usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya sebenar-benarnya. Banyak definisi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan sumber daya manusia,diantaranya adalah: 1 Menurut Willy Susilo dalam Audit Sumber Daya Manusia 2002:3 “sumber daya manusia adalah pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi dan tujuannya” 2 Menurut Nawawi 2001:8 ada tiga pengertian sumber daya manusia yaitu: 1 Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan. 2 Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. 3 Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal non materialnon finansial di dalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata real secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya Universitas Sumatera Utara berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi lembaga. “Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich yg dikutip dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Mathis dan Jackson 2002: 4. Maka dari itu, Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan Tambunan, 2003:15. “Nilai sumber daya manusia adalah jumlah nilai dari sumber daya manusia pada sebuah organisasi yang dapat juga disebut sebagai modal intelektual yang terdiri dari orang-orang dalam organisasi, kemampuan yang mereka miliki, dan menggunakannya dalam pekerjaan mereka. Sehingga bagian terpenting dari peningkatan nilai sumber daya manusia adalah dengan mendayagunakan semua bakat-bakat orang-orang yang ada dalam organisasi dan mengambil yang terbaik dari populasi yang bervariasi di luar organisasi. Disebabkan perubahan kependudukan pada tenaga kerja, manajemen sumber daya manusia harus memaksimalkan kapabilitas sumber daya manusia yang bervariasi. Ditambahkan, praktisi sumber daya manusia haruslah orang-orang yang meyakinkan semua tenaga kerja tanpa melihat latar belakang mereka, menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kapabilitas mereka” sebagaimana dikemukakan oleh Mathis dan Jackson Universitas Sumatera Utara 2002:19. Begitu juga dengan pemerintahan, apabila di dalamnya terdapat sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan menjadikan daerah tersebut berjaya. Bagi perekonomian negara, kejayaan suatu pemerintahan akan menjadikan perekonomian suatu negara lebih baik. Oleh karena itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis Kuratko dan Hodgets, 1998:87. Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh GubernurBupatiWalikota kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan. Universitas Sumatera Utara

3. Pengaruh regulasi Terhadap Keberhasilan Penerapan Permendagri

No 13 Tahun 2006. Menurut Prof. DR. Isang Gonarsyah 2001 PPs-IPB, regulasi adalah “upaya sadar oleh individu atau kelompok individu untuk mempengaruhi sikap dari individu atau organisasi lainnya. Sifat regulasi berusaha membatasi prilaku sesorang atau kelompok. Menurut Stigler regulasi adalah tanggapan pemerintah atas permintaan regulasi oleh kelompok-kelompok orang atau lapisan masyarakat agar kepentingannya terpenuhi walau terkadang merugikan kelompok lain. Regulasi dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu regulasi ekonomi yang mengatur kerangka acuan bagi pelaku ekonomi, regulasi sosial yang mengatur standar kesehatan, keselamatan, lingkungan dan sebagainya, serta regulasi administrasi yang mengatur formalitas dan prosedur. Bank Dunia menyimpulkan bahwa selama ini regulasi peraturan perundang-undangan dipandang sebagai kendala dalam menjalankan bisnis di negara-negara OECD. Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia dan Letter of Intent dengan IMF perlu review regulasi persaingan usaha tidak sehat dan ekonomi biaya tinggi, sehingga tahun 2001 diterbitkan Manual Review Regulasi Indonesia MRRI dan direvisi tahun 2003. Hal ini terkait dengan reformasi regulasi yang meliputi revisi atau menghapuskan regulasi yang tidak diperlukan dan tidak efisien. Membangun ulang seluruh kerangka regulasi dan pelembagaannya, meningkatkan proses untuk merancang dan mengelola regulasi. Universitas Sumatera Utara Reformasi regulasi untuk menuju Good Regulatory Government GRG, terdiri atas tiga elemen yaitu kebijakan yang diadopsi di tingkat politik, alat kontrol kualitas, dan manajemen kelembagaan. Regulasi adalah keputusan politik, oleh karena itu dalam membuat putusan politik, pemerintah dan DPR haruslah secermat mungkin, karena akan berlaku untuk semua warga negara dan berdampak negatif, jika regulasi yang diambil tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar review regulasi. Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami oleh pembuat regulasi, agar regulasi baik dan bermanfaat, yaitu: satu, regulasi efektif minimum . Pemerintah hanya mengeluarkan regulasi untuk mengatasi masalah yang tidak dapat diselesaikan selain melalui penerbitan regulasi. Jika harus dengan regulasi, maka regulasi yang diterbitkan adalah yang tidak memiliki dampak negatifbiaya yang paling sedikit. Dua, netralitas terhadap kompetisi, yaitu regulasi harus menciptakan peluang yang sama bagi semua pelaku usaha. Regulasi yang dikeluarkan tidak diskriminatif terhadap pihak atau golongan tertentu, sehingga ada pihak yang dirugikan. Tiga, perumusan regulasi dilakukan secara terbuka dan memperhatikan aspirasi stakeholder dan masyarakat. Empat, Cost-Benefit Cost Effectiveness. Setiap regulasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar daripada biayanya. Jika benefit tidak dapat ditentukan, gunakan ukuran cost yang terkecil. Universitas Sumatera Utara Selama ini dalam penyusunan undang-undang atau peraturan daerah tidak atau kurang memperhatikan prinsip dasar review regulasi, sehingga sebagian besar perda yang diterbitkan menimbulkan permasalahan, khususnya di bidang investasi. Hampir semua perda yang diterbitkan mengatur tentang pungutan retribusi dan pajak yang berlindung di balik pembinaan Belum selesai respons pemerintahan daerah dalam menerapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri ini berbeda-beda. Ada yang menerapkannya pada tahun 2003 dan ada yang tidak menerapkannya hingga tahun 2005. Belum selesai respons dari pemerintahan daerah terhadap pengaturan dalam Kepmendagri No.29 Tahun 2002 tersebut, Pemerintah pusat melalui Departemen Dalam Negeri mengeluarkan peraturan baru yang mengubah kembali struktur pencatatan dan APBD yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Implikasi lebih jauh, Pemerintahan Daerah harus kembali mengubah struktur pencatatan dalam APBD karena lahirnya pedoman yang baru ini.

4. Pengaruh perangkat pendukung Terhadap Keberhasilan Penerapan

Permendagri No 13 Tahun 2006. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengiktisaran dan pelaporan posisi keuangan Universitas Sumatera Utara dan operasi keuangan pemerintahan. Maka dari itulah dibutuhkannya perangkat pendukung untuk membantu sistem akuntansi pemerintahan dapat berjalan secara efektif. Dalam hal ini perangkat pendukungnya adalah perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat Keras ini merupakan peralatan yang harus ada pada sebuah sistem komputer. Adapun definisi- definisi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan perangkat keras,diantaranya adalah: 1 Menurut Kenneth dan Jane dalam Sistem Informasi Manajemen 2005:18, “perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktivitas input, pemrosesan, dan output dalam sebuah sistem informasi”. 2 Menurut Sri Mulyono dalam Jurnal Struktur Komputer 2007 mendefinisikan bahwa “perangkat keras hardware adalah peralatan fisik yang secara langsung, bisa dilihat,dipegang atau dipindahkan. Bagian terpenting dari hardware adalah CPU Cetral Processing Unit yang berfungsi sebagai pemegang kendali dari jalannya kegiatan komputer yaitu tempat pengolahan data”. Menurut Sri Mulyono 2007, perangkat keras adalah peralatan komputer yang dapat dilihat oleh mata atau diraba. Untuk satu unit komputer mikro, peralatan tersebut terdiri dari: 1 Monitor Video Display Unit, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk memperlihatkan semua yang telah dikerjakan dengan papan ketik. Universitas Sumatera Utara 2 Unit sistem System Unit atau Unit Pemroses Pusat Central Processing Unit, yaitu rumah dari komponen-komponen komputer yang berupa chip-hip elektronika. Komponen utama berupa suatu microchip yang disebut dengan nama microprocessor. Microprocessor inilah yang sebenarnya otak komputer, sehingga unit sistem disebut pula dengan nama Unit Pemroses Pusat atau Central Processing Unit CPU,tetapi tidak setiap Microprocessor adalah CPU. 3 Papan Ketik Key Board, yaitu tombol huruf dan tombol angka yang bentuknya hampir mirip dengan papan ketik mesin tulis manual maupun elektronik. 4 Disket diskette, yaitu media tempat menyimpan teks atau perangkat lunak yang dipergunakan. 5 Pemutar Disk Disk Drive, biasanya terdiri dari 2 kadang 4 bahkan beberapa komputer memiliki 8. Letaknya dapat menjadi satu dengan unit sistem atau terpisah. 6 Pencetak Printer atau disebut juga dengan printer. Perangkat Lunak atau lebih dikenal dengan software, dibuat untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan mengikuti instruksi-instruksi yang terdapat pada program. Banyak definisi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan perangkat lunak atau software, beberapa diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara 1 Menurut Kenneth dan Jane dalam Sistem Informasi Manajemen 2005: 18 mendefinisikan “ perangkat lunak komputer merupakan sekumpulan rincian instruksi praprogram yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras komponen komputer di dalam sebuah sistem informasi” 2 Menurut Sri Mulyono dalam Jurnal Struktur Komputer 2007 mendefinisikan “perangkat lunak atau software adalah perangkat lunak yang meliputi perintah-perintah atau instruksi- instruksi yang berisi program serta data yang melengkapi dan juga mempunyai tugas yang menghubungkan manusia dengan perangkat kerasnya”. Perangkat lunak ini terdiri dari rincian instruksi praprogram yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras komponen komputer di dalam sebuah sisten informasi Kenneth dan jane, 2005:18 Dengan demikian, dari definisi-definisi perangkat keras dan perangkat lunak tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat keras ataupun perangkat lunak ini merupakan perangkat pendukung yang memegang peranan yang cukup penting di dalam suatu organisasi. Yang mana dengan adanya perangkat pendukung ini diharapkan sistem informasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Faktor perangkat pendukung tergolong penting dalam pelaksanaan dan penyelengaraan aktivitas pemerintahan daerah khususnya pemerintahan kabupaten. Untuk dapat memperlancar daya kerja pemerintahan daerah, Universitas Sumatera Utara maka diperlukan adanya perangkat pendukung yang baik dalam arti cukup dalam jumlah dan efisien , efektif, serta praktis dalam penggunaannya. Perkembangan teknologi informasi yang terjadi saat ini begitu cepat. Perubahan yang terjadi pada komputer baik pada hardware perangkat keras, dan software perangkat lunak, yang memaksa perusahaan untuk selalu mengikutinya. Kondisi ini terjadi karena tuntutan dari para pemakai yang mengkehendaki agar berbagai teknologi yang baru dapat meng-update tekologi sebelumnya, sehingga tercapai tujuan peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja. Hingga saat ini teknologi komputer ini sudah merambah ke berbagai bidang, baik untuk keperluan dalam membuat laporan keuangan. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya aplikasi program yang ditawarkan untuk mempermudah dalam membuat laporan keuangan. Sehingga, apabila kemajuan teknologi ini yaitu perangkat pendukung yang canggih dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kota dengan sebaik mungkin, maka seharusnya hal ini akan mempermudah SKPD dalam menyiapkan laporan keuangannya sesuai dengan Permendagri no 13 tahun 2006 dan SAP. Diharapkan pula dengan penggunaan perangkat pendukung yang optimal, maka akan meningkatkan keefektifitasan dan keefisienan dalam membuat laporan keuangan tersebut. Universitas Sumatera Utara

5. Pengaruh komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukung

dan regulasi terhadap keberhasilan penerapan Permendagri No. 13 Tahun 2006. Perubahan yang signifikan dari akuntansi pemerintahan di Indonesia adalah dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis kas menuju akrual cash toward accrual. Hal ini mengacu kepada praktik akuntansi pemerintahan di berbagai negara yang sudah mengarah kepada akuntansi berbasis akrual. Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003. Secara sederhana, akuntansi berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas dan tidak mencatat aset dan kewajiban. Sebaliknya, akuntansi berbasis akrual mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi baik kas maupun non kas dan mencatat aset dan kewajiban. Sedangkan akuntansi berbasis kas menuju akrual cash basis toward accrual yang akan dikembangkan di Indonesia saat ini adalah menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Akuntansi berbasis kas mempunyai kelebihan yaitu sederhana penerapannya dan mudah dipahami. Namun akuntansi akuntansi berbasis kas mempunyai berbagai kekurangan antara lain, kurang informatif karena hanya berisikan informasi Universitas Sumatera Utara tentang penerimaan, pengeluaran, dan saldo kas, dan tidak memberikan informasi tentang aset dan kewajiban. Dampak minimnya informasi tentang aset sudah dirasakan dengan tidak dipertanggungjawabkannya secara baik aset tetap milik pemerintah. Demikian pula minimnya informasi tentang utang pemerintah mempersulit manajemen utang pemerintah termasuk pembayaran cicilan dan bunga. Di samping itu, akuntansi berbasis kas juga tidak memisahkan secara tegas antara kas yang diperuntukkan untuk belanja operasional dan belanja modal sehingga bisa terjadi pinjaman jangka panjang diperuntukkan untuk belanja operasional. Kekurangan dari akuntansi berbasis kas tadi ditutupi oleh akuntansi berbasis akrual yang lebih informatif dan mendukung manajemen keuangan. Kajian dari Deloitte menyebutkan bahwa akuntansi berbasis akrual secara signifikan memberikan kontribusi untuk: 1 meningkatkan kualitas pengambilan keputusan untuk efisiensi dan efektivitas pengeluaran publik melalui informasi keuangan yang akurat dan transparan, 2 meningkatkan alokasi sumber daya dengan menginformasikan besarnya biaya yang ditimbulkan dari suatu kebijakan dan transparansi dari keberhasilan suatu program. Informasi keuangan yang disusun dengan basis akrual akan mempermudah para pemakai untuk Deloitte, 2004: 1 membandingkan secara berimbang antara alternatif dari pemakaian sumber daya, Universitas Sumatera Utara 2 menilai kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dari entitas pemerintah, 3 melakukan evaluasi atas kemampuan pemerintah untuk mendanai kegiatannya serta kemampuan untuk pemerintah untuk memenuhi kewajiban dan komitmennya, 4 melakukan evaluasi atas biaya, efisiensi, dan pencapaian kinerja pemerintah, dan 5 memahami keberhasilan pemerintah dalam mengelola sumber daya. Namun akuntansi berbasis akrual mempunyai berbagai kendala antara lain adalah adanya pilihan atas berbagai penilaian, pengakuan, dan pelaporan atas aset, kewajiban, dan ekuitas. Berbagai pilihan ini akan dapat mengundang tekanan dari berbagai pihak, baik penyusun maupun para pengguna dari laporan keuangan untuk mendapatkan informasi keuangan sesuai dengan keinginan masing-masing. Kendala lain dari akuntansi berbasis akrual adalah kompleksitas dari sistem pencatatan yang memerlukan dukungan komitmen dari pimpinan dan ketersediaan SDM dan sarana teknologi informasi untuk penerapannya. Perubahan basis akuntansi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap. Pada saat ini, akuntansi pemerintahan menggunakan akuntansi basis kas dengan modifikasi, atau disebut juga akuntasi basis kas menuju akrual cash basis toward accrual. Diharapkan penerapan akuntansi berbasis kas secara penuh akan dilakukan untuk tahun anggaran 2008. Hal Universitas Sumatera Utara ini sejalan dengan amanat dalam UU No. 17 tahun 2003 pasal 36 1 yang memberikan masa transisi selama lima tahun untuk penerapan pengakuan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual. Secara internasional perubahan dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual juga umumnya dilakukan secara bertahap. Kesuksesan perubahan akuntansi pemerintahan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Dimana memerlukan upaya dan kerjasama dari berbagai pihak.Untuk itu perlu diidentifikasi tantangan yang mungkin menghambat implementasi akuntansi pemerintahan dan membangun strategi untuk implementasi strategi.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Binsar H Simanjuntak 2006 : 12 : . Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan adalah: • Komitmen dari pimpinan Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh DepartemenLembaga di pemerintah pusat dan ProvinsiKabupatenKota Universitas Sumatera Utara untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh GubernurBupatiWalikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan DepartemenLembaga di pusat dan GubernurBupatiWalikota di daerah. • Tersedianya SDM yang kompeten Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh GubernurBupatiWalikota kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi Universitas Sumatera Utara pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan. • Resistensi terhadap perubahan Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka penulis akan mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut: Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Independen Variabel Dependen Variabel Sumber: Penulis, 2008. Keberhasilan Penerapan Permendagri 13 Komitmen Sumber Daya Manusia Perangkat Pendukung Regulasi Universitas Sumatera Utara

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: Ha : faktor perangkat yang mendukung, komitmen, regulasi, dan sumberdaya manusia mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan penerapan PERMENDAGRI No.13 Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen dipengaruihi Sugiyono, 2006 : 41. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan hubungan komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukungnya dan regulasi sebagai variabel independen dan keberhasilan penerapan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai variabel dependen. Berdasar latar belakang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang ada maka penelitian ini termasuk penelitian design cross sectional yaitu penelitian yang melibatkan perhitungan sampel untuk digeneralisir populasinya, melalui proses inferensial dimana variabel diteliti pada waktu yang bersamaan. .

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, 2006 : 89. Penelitian ini akan dilakukan di Pemerintahan kabupaten Deli Serdang. Populasi penelitian adalah Kepala SKPD dan staf PPK SKPD. Universitas Sumatera Utara