a. Bagi  Penulis  adalah  untuk  lebih  mengembangkan  penalaran,  membentuk
pola  pikir  yang  dinamis  sekaligus  untuk  mengetahui  kemampuan  penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
b. Bagi  masyarakat  selaku  end  userkonsumen  KPR,  agar  lebih  memahami
mengenai  perjanjian  kerjasama  antara  developer  dengan  bank  dan  untuk memberikan  masukan  bagi  semua  pihak  yang  berkepentingan  serta
memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. c.
Bagi  bank  dan  developer  selaku  pelaku  usaha,  agar  lebih  memahami mengenai  perjanjian  kerjasama  terkait  pemberian  fasilitas  KPR  kepada
konsumer,  serta  mengetahui  hak  dan  kewajiban  masing-masing  pihak dalam perjanjian kerjasama tersebut.
d. Bagi kalangan akademisi yang tertarik untuk mengetahui bahkan meneliti
lebih lanjut mengenai penelitian ini dan dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian berikutnya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  penelurusan  yang  telah  dilakukan,  baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, khususnya pada Sekolah Pascasarjana
Magister  Kenotariatan  Universitas  Sumatera  Utara,  dan  sejauh  yang  diketahui, ditemukan  judul  penelitian  yang  menyangkut  masalah  tentang  “perjanjian  antara
developer dengan  konsumenend  user  termasuk  hubungannya  dengan  bank  sebagai
pemberi fasilitas KPR yaitu penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap
Universitas Sumatera Utara
Konsumen  Dalam  Perjanjian  Pengikatan  Jual  Beli  Rumah  melalui  Pengembang Studi di Kota Medan”, oleh Henny Saida Flora, 037011032MKn.
Dilihat  dari  topik  yang  dikaji  pada  penelitian  diatas  jelas  sangat  berbeda dengan  penelitian  yang  penulis  lakukan.  Oleh  karena  itu  penelitian  tentang
“Perjanjian  Kerjasama  antara  Developer  dengan  Bank  Dalam  Pemberian  Fasilitas Kredit  Pemilikan  Rumah  Suatu  Penelitian  di  PT  Bank  CIMB  Niaga  Tbk  Cabang
Medan  Bukit  Barisan”  belum  pernah  dilakukan,  dan  penelitian  ini  adalah  asli adanya.  Artinya  secara  akademik  penelitian  ini  dapat  dipertanggungjawabkan
keasliannya,  karena  belum  ada  yang  melakukan  penelitian  yang  sama  dengan  judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Seiring dengan
perkembangan masyarakat,
hukumpun mengalami
perkembangan.  Kontinuitas  perkembangan  ilmu  hukum  selain  bergantung  pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.
5
Teori  adalah  untuk  menerangkan  dan  menjelaskan  gejala  spesifik  untuk  proses tertentu  terjadi.
6
Suatu  teori  harus  diuji  dengan  menghadapkannya  pada  fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
7
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1982,  hal. 6.
6
J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.
7
Ibid,  hal. 216.
Universitas Sumatera Utara
Menetapkan  landasan  teori  pada  waktu  diadakan  penelitian  ini  tidak  salah arah.  Sebelumnya  diambil  rumusan  landasan  teori  seperti  yang  dikemukakan  M.
Solly Lubis, yang menyebutkan: Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir  pendapat,
teori,  tesis  mengenai  sesuatu  kasus  atau  permasalahan  problem  yang  dijadikan bahan  perbandingan,  pegangan  teoritis,  yang  mungkin  disetujui  ataupun  tidak
disetujui  yang  dijadikan  masukan  dalam  membuat  kerangka  berpikir  dalam penulisan.
8
Teori  ini  sendiri  adalah  serangkaian  preposisi  atau  keterangan  yang  saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem  deduksi  yang mengemukakan suatu
penjelasan atas suatu gejala. Adapun teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah:
Seperangkat  preposisi  yang  berisi  konsep  abstrak  atau  konsep  yang  sudah didefenisikan  dan  saling  berhubungan  antar  variable  sehingga  menghasilkan
pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variable
lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variable tersebut.
9
Fungsi  teori  dalam  penelitian  ini  adalah  untuk  memberikan  arahan  dan meramalkan  serta  menjelaskan  gejala  yang  terjadi.  Karena  penelitian  ini  merupakan
penelitian  hukum  normatif,  kerangka  teori  diarahkan  secara  khas  ilmu  hukum. Penelitian  ini  berusaha  memahami  perjanjian  kerjasama  antara  bank  dan  developer
secara  yuridis,  artinya  memahami  objek  penelitian  sebagai  hukum  yakni  sebagai kaidah  hukum,  atau  sebagai  isi  kaidah  hukum  sebagaimana  yang  ditentukan  dalam
8
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994,  hal. 80.
9
Maria S. W. Sumarjono, Pedoman  Pembuatan  Usulan  Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
yurisprudensi  dan  peraturan-peraturan  yang  berkaitan  dengan  masalah  hukum perjanjian.
Teori yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keseimbangan antara developer
selaku  pengembang  yang  bergerak  dalam  industri  perumahan  yang membangun,  memasarkan  dan  melakukan  pengadaan  tanah  dan  bangunan  yang
dibutuhkan  oleh  masyarakatkonsumen  dan  bank  selaku  lembaga  keuangan  yang memberikan  fasilitas  KPR  kepada  masyarakatkonsumen.  Keseimbangan  untuk
memperoleh  kepastian  hukum  antara  para  pihak  dalam  perjanjian  kerjasama  yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian.
Dalam  perjanjian  kerjasama  antara  developer  dengan  bank,  bank  mempunyai kekuatan  untuk  menuntut  prestasi  dan  jika  diperlukan  dapat  menuntut  pelunasan
prestasi,  namun  developer  memikul  pula  kewajiban  untuk  melaksanakan  perjanjian itu dengan itikad baik.
Teori  keseimbangan  ini  dipelopori  oleh  Aristoteles  dimana  Ia  menyatakan bahwa hukum harus diluruskan penegakannya sehingga memberi keseimbangan yang
adil terhadap orang-orang  yang mencari keadilan. Dalam teori keseimbangan semua orang  mempunyai  kedudukan  yang  sama  dan  diperlakukan  sama  pula  seimbang
dihadapan hukum.
10
Kerangka  teori  yang  dimaksud  adalah  kerangka  pemikiran  atau  butir-butir pendapat,  teori,  dan  pandangan  dari  para  peneliti  ilmu  hukum  di  bidang  hukum
10
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1985, hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian pada umumnya, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin  disetujui  atau  tidak  disetujui,  yang  merupakan  masukan  eksternal  dalam
penelitian ini. Kerangka  teoritis  merupakan  pijakan  utama  dari  pokok  bahasan  tulisan  ini.
Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata  selanjutnya  disebut  KUHPerdata  Buku  III Bab I sampai dengan Bab IV Pasal 1319 KUHPerdata menegaskan “Semua perjanjian
baik  yang  mempunyai  suatu  nama  khusus  maupun  yang  tidak  dikenal  dengan  suatu nama  khusus  maupun  yang  tidak  dikenal  dengan  suatu  nama  tertentu,  tunduk  pada
peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Bab II dan Bab I KUHPerdata”. Di  dalam  KUHPerdata  dikenal  ada  beberapa  macam  perjanjian,  yaitu
perjanjian  bernama  dan  perjanjian  tidak  bernama.  Perjanjian  bernama  adalah perjanjian yang secara khusus diatur dengan lengkap di dalam KUHPerdata dan pada
umumnya  mempunyai  nama,  diantaranya  perjanjian  sewa-menyewa,  perjanjian  jual- beli,  pertanggungan,  sedangkan  perjanjian  tidak  bernama  adalah  suatu  perjanjian
yang tidak diatur secara  khusus dan lengkap di dalam KUHPerdata, pada umumnya tidak mempunyai nama, tetapi walaupun demikian perjanjian ini sering terjadi dalam
masyarakat salah satunya adalah perjanjian kerjasama developer dengan bank. Dalam  buku  ke-III  KUHPerdata  dapat  dicari  dasar  hukumnya  dari  perbuatan
perjanjian  kerjasama  yaitu  dengan  menafsirkan  buku  ke-III  KUHPerdata  tersebut sebagai  penganut  asas  kebebasan  berkontrak.  Dalam  hal  memuat  suatu  perjanjian,
tegasnya  dapat  dilihat  dalam  Pasal  1338  ayat  1  KUHPerdata  yang  menyatakan  :
Universitas Sumatera Utara
“Semua  perjanjian  yang  dibuat  secara  sah  berlaku  sebagai  undang-undang  bagi mereka yang membuatnya”.
11
Berpedoman  pada  ketentuan  tersebut,  maka  perjanjian  apa  saja  yang  dibuat menurut  persyaratan  yang  telah  ditentukan  oleh  undang-undang  adalah  sah  dan
mempunyai kekuatan hukum untuk mengikat para pihak yang telah mengadakannya. Pembuat  KUHPerdata  menyamakan  istilah  “kontrak”  dengan  “perjanjian”,  dan
bahkan  juga  dengan  “persetujuan”.
12
Istilah  kontrak  dalam  terminologi  sehari-hari nampaknya  sangat  populer,  istilah-istilah  kontrak  seperti  kontrak  sewa-menyewa,
kontrak  jual-beli,  kontak  kerja,  hampir  tidak  perlu  klarifikasi  bagi  kaum  awam  dan seringkali  bertolak  dari  pandangan  bahwa  yang  dimaksud  dengan  kontrak  adalah
sebuah  dokumen  tertulis.
13
Kontrak  yang  berasal  dari  bahasa  Inggris  “contract”, adalah :
1.  An  Agreement  between  two  or  more  parties  creating  obligations  that  are enforceable or otherwise recognizable at law a binding contract. 2. The writing
that  sets forth  such  an  agreement  a  contract  is  a  valid  if  valid  under the  law  of the residence of the party wishing to enforce the contract.
14
11
R.  Subekti  dan  R.  Tjitrosudibio,  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata,  Pradnya Paramitha, Jakarta, 1996, hal. 342.
12
J. Satrio, Hukum Perjanjian, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1992,  hal. 19.
13
Soedjono  Dirjosisworo,  Kontrak  Bisnis  menurut  Civil  Law,  Common  Law,  dan  Praktek Dagang Internasional,
Cetakan I, Mandar Maju, Bandung, 2003, hal. 65.
14
Bryan  A  Garner,  Black’s  Law  Dictionary,  Seventh  Edition,  West  Group,  St.  Paul  Minn, 1999, hal. 318.
Universitas Sumatera Utara
Yang mana perjanjiancontract dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara dua  orang  atau  lebih  yang  menciptakan  kewajiban  untuk  berbuat  atau  tidak  berbuat
sesuatu  hal  yang  khusus.  Dalam  membuat  suatu  kontrakperjanjian  harus  tetap memperhatikan  tehnik  pembuatan  kontrak  yang  terdapat  pada  hukum  kontrak.
Menurut  Lawrence  M.  Friedman,  hukum  kontrak  adalah  perangkat  hukum  yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.
15
Semua syarat perjanjian yang diatur dalam pasal-pasal KUHPerdata dipandang oleh  undang-undang  cukup  penting.  Sehingga  lahirlah  hubungan  hukum,  dan  di
dalam hubungan hukum itu terdapat hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak yang bersangkutan.
16
Buku  III  KUHPerdata  bersifat  terbuka,  maksudnya  adalah  para  pihak  yang ingin membuat suatu perjanjian bebas menyimpang dari ketentuan yang diatur dalam
buku  III  KUHPerdata  asalkan  isinya  tidak  bertentangan  dengan  undang-undang, kesusilaan  dan  ketertiban  umum.  Dalam  buku  III  KUHPerdata  tersebut  tidak
tecantum  definisi  perjanjian  itu  sendiri,  namun  definisi  perjanjian  dapat  ditemukan dalam  doktrin  ilmu  pengetahuan  hukum,  diantaranya  adalah  pendapat  R.  Subekti
15
Lawrence M. Friedman, American Law An Introduction, Penerjemah Whisnu Basuki, Tata Nusa, Jakarta, 2001, hal. 19.
16
Emmy  Pangaribuan  Simajuntak,  Pembukaan  Kredit  Berdokumen  documentary  credit opening
, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1995, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
yaitu “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.
17
Sedangkan  Wirjono  Prodjodikoro  mengemukakan  pendapatnya  bahwa  :  “Suatu perjanjian  dapat  diartikan  sebagai  suatu  perhubungan  hukum  mengenai  harta  benda
antara  dua  pihak  dalam  mana  suatu  pihak  berjanji  atau  dianggap  berjanji  untuk melakukan  sesuatu  hal,  sedangkan  pihak  lain  berhak  menuntut  pelaksanaan  janji
itu”.
18
Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut yang  dinamakan  perikatan.
19
Perjanjian  itu  menerbitkan  suatu  perikatan  antara  dua orang  yang  membuatnya.
20
Dalam  bentuknya,  perjanjian  itu  berupa  suatu  rangkaian yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
21
Perjanjian  menciptakan  hubungan  hukum  antara  pihak-pihak  yang membuatnya.  Hubungan  hukum  itu  mengandung  kewajiban  dan  hak  yang  bertimbal
balik  antara  pihak-pihak.  Apabila  kedua  pihak  tidak  memenuhi  kewajiban  hukum yang  telah  ditetapkan  dalam  perjanjian,  tidak  akan  menimbulkan  masalah,  sebab
kewajiban hukum pada hakekatnya baru dalam taraf diterima untuk dilaksanakan.
22
17
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 1.
18
Wirjono  R  Prodjodikoro,  Hukum  Perdata  tentang  Persetujuan-Persetujuan  Tertentu, Sumur, Bandung, 1973, hal. 9.
19
R. Subekti, Loc.Cit.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Abdulkadir  Muhammad, Hukum  Perdata  Indonesia,  PT  Citra  Aditya  Bakti,  Bandung, 2000,  hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi  apabila  salah  satu  pihak  telah  melaksanakan  kewajiban  hukumnya, sedangkan  pihak  lainnya  belumtidak  melaksanakan  kewajiban    hukum,  barulah  ada
masalah  yaitu wanprestasi yang mengakibatkan tidak tercapai tujuan.
23
Dalam hal ini muncul  sanksi  hukum  untuk  memaksa  pihak  yang  wanprestasi  itu  untuk  memenuhi
kewajiban.
24
Apabila  diperinci,  maka  perjanjian  itu  mengandung  unsur-unsur  sebagai berikut:
25
1 Ada pihak-pihak, sedikitnya dua orang subjek,
2 Ada persetujuan antara pihak-pihak itu konsensus,
3 Ada objek yang berupa benda,
4 Ada tujuan bersifat kebendaan mengenai harta kekayaan,
5 Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.
Hukum  Perjanjian  mengenal  beberapa  asas  penting  yang  merupakan  dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan itu, yaitu :
26
1. Asas Kebebasan Berkontrak.
Setiap orang bebas melakukan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau yang  belum  diatur  dalam  undang-undang.  Tetapi  kebebasan  tersebut  dibatasi
oleh  tiga  hal  yaitu  tidak  dilarang  oleh  undang-undang,  tidak  bertentangan dengan kepentingan umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan.
2.  Asas Pelengkap Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti
apabila  pihak-pihak  menghendaki  dan  membuat  ketentuan-ketentuan  sendiri yang  menyimpang  dari  ketentuan  undang-undang.  Tetapi  apabila  dalam
perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan undang-undang. Asas ini hanya mengenai hak dan kewajiban pihak-pihak saja.
3.  Asas Konsensual
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid, hal. 225.
26
Ibid, hal. 225 – 226.
Universitas Sumatera Utara
Asas  ini  mengandung  arti  bahwa  perjanjian  ini  terjadi  sejak  saat  tercapainya kata sepakat konsensus antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak
saat itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum. Dari asas ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat itu cukup secara lisan saja, sebagai
penjelmaan  dari  asas  “manusia  itu  dapat  dipegang  mulutnya”,  artinya  dapat dipercaya dengan kata-kata yang diucapkannya. Tetapi ada perjanjian tertentu
yang  dibuat  secara  tertulis  misalnya  perjanjian  perdamaian,  hibah, pertanggungan.  Tujuannya  ialah  untuk  bukti  lengkap  mengenai  apa  yang
mereka perjanjikan. Perjanjian dengan formalitas tertentu ini disebut perjanjian formal.
4.  Asas Obligatoir Asas  ini  mengandung  arti  bahwa  perjanjian  yang  dibuat  oleh  pihak-pihak  itu
baru  dalam  taraf  menimbulkan  hak  dan  kewajiban  saja,  belum  memindahkan hak milik. Hak milik baru berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang
bersifat  kebendaan  zakelijke  overeenkomst,  yaitu  melalui  penyerahan levering.
Perjanjian  yang  sah  adalah  perjanjian  yang  memenuhi  syarat-syarat  yang ditetapkan  oleh  undang-undang.  Menurut  ketentuan  pasal  1320  KUHPerdata
disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi empat syarat, yaitu: 1.   Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2.   Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3.   Suatu hal tertentu;
4.   Suatu sebab yang halal. Apabila  diantara  salah  satu  syarat  tidak  terpenuhi  maka  perjanjian  tersebut
dianggap tidak halal. Menurut  M.  Yahya  Harahap  bahwa  jika  undang-undang  menetapkan  subjek
perjanjian  yaitu  pihak  yang  berhak  atas  prestasi  dan  pihak  debitur  yang  wajib
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan  prestasi,  maka  intisari  atau  objek  dari  perjanjian  ialah  prestasi  itu sendiri.
27
Subjek yang berupa orang manusia, harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan  suatu  perbuatan  hukum  secara  sah,  yaitu  harus  telah  dewasa,  sehat
pikirannya  dan  tidak  oleh  peraturan  hukum  dilarang  atau  dibatasi  dalam  hal melakukan perbuatan hukum yang sah, seperti peraturan pailit, dan sebagainya.
28
Sedangkan  objek  hukum  perjanjian  adalah  prestasi  dari  perjanjian  itu  sendiri baik  secara  sepihak  atau  secara  dua  pihak.  Suatu  perjanjian  haruslah  mempunyai
objek tertentu, sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Bahwa objek tertentu itu dapat berupa benda yang sekarang ada dan nanti ada.
29
Adapun  yang  menjadi  objek  hukum  dalam  perjanjian  kerjasama  ini  adalah tanah  dan  bangunan  berupa  rumah  tinggal,  dalam  keadaan  siap  huni  maupun  siap
bangun  lengkap  dengan  surat-surat  bukti  kepemilikannya  dan  dokumen  pendukung lain,  yang  dijual  oleh  developerpenjual  kepada  konsumen  selaku  debitur,  dimana
pembiayaan atas pembeliannya menggunakan fasilitas kredit yang diberikan bank. Dalam pasal 1337 KUHPerdata disebutkan bahwa suatu sebab adalah terlarang
apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan dan ketertiban  umum.  Akibat  suatu  perjanjian  yang  dibuat  secara  sah,  berlaku  sebagai
27
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 10.
28
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal. 20.
29
Mariam  Darus  Badrulzaman,  KUHPerdata  Buku  III  Hukum  Perikatan  dan  Penjelasan, Alumni, Bandung, 1983, hal. 103.
Universitas Sumatera Utara
undang-undang  bagi  mereka  yang  membuatnya.  Suatu  perjanjian  tidak  dapat  ditarik kembali kecuali dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena undang-undang.
Pasal  1338  ayat  1  KUHPerdata  menentukan  bahwa  “semua  perjanjian  yang  dibuat secara  sah  berlaku  sebagai  undang-undang  bagi  mereka  yang  membuatnya”.  Ini
berarti setiap persetujuan mengikat para pihak. Dari perkataan “setiap” dalam pasal di atas dapat disimpulkan asas kebebasan berkontrak.
Kebebasan  berkontrak  ini  dibatasi  oleh  hukum  yang  sifatnya  memaksa. Sehingga para pihak yang membuat persetujuan harus mentaati hukum yang sifatnya
memaksa tersebut, misalnya terhadap pasal 1320 KUHPerdata.
30
Pasal  1338  ayat  2  KUHPerdata  menyebutkan,  “Suatu  Perjanjian  tidak  dapat ditarik  kembali  selain  dengan  sepakat  kedua  belas  pihak,  atau  karena  alasan-alasan
yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”. Ada persetujuan-persetujuan, dimana untuk setiap pihak atau untuk salah satu pihak menimbulkan suatu kewajiban
yang  berkelanjutan,  misalnya  sewa-menyewa,  persetujuan  kerja,  pemberian  kuasa, perseroan.
31
Persetujuan-persetujuan  ini  dapat  diakhiri  secara  sepihak,  mengingat  asasnya para  pihak  harus  diberi  kemungkinan  untuk  saling  membebaskan  dirinya  dari  pada
hubungan  semacam  itu.  Mereka  dapat  mencegah  kemungkinan  tersebut  dengan
30
R Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A Bardin, Bandung, 1999,  hal. 64.
31
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
membuat  persetujuan  untuk  jangka  waktu  tertentu,  dan  selama  masa  tersebut persetujuan dapat diakhiri dengan kata sepakat para pihak.
32
Menurut  pasal  1338  ayat  3  KUHPerdata,  semua  perjanjian  itu  harus dilaksanakan  dengan  itikad  baik.  Dalam  pasal  1338  ayat  3  KUHPerdata  itu  hakim
diberikan  kekuasaan  untuk  mengawasi  pelaksanaan  suatu  perjanjian,  jangan  sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan dan keadilan.
33
Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian, mempunyai dua sudut  :  Sudut  kewajiban-kewajiban  obligations  yang  dipikul  oleh  suatu  pihak  dan
sudut-sudut  hak-hak  atau  manfaat,  yang  diperoleh  oleh  lain  pihak,  yaitu  hak-hak untuk  menuntut  dilaksanakannya  sesuatu  yang  disanggupi  dalam  perjanjian  itu.
34
Lazimnya  suatu  perjanjian  adalah  timbal  balik  atau  bilateral.  Artinya,  suatu  pihak yang  memperoleh  hak-hak  dari  perjanjian  itu,  juga  menerima  kewajiban-kewajiban
yang merupakan kebalikannya dari hak-hak yang diperolehnya, dan sebaliknya suatu pihak yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak  yang dianggap
sebagai kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya itu.
35
Untuk  melaksanakan  suatu  perjanjian,  lebih  dahulu  harus  ditetapkan  secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan kata lain, apa saja hak
32
Ibid.
33
R. Subekti, Op.Cit, hal. 41.
34
Ibid, hal. 29.
35
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan  kewajiban  masing-masing  pihak.
36
Dalam  pelaksanaan  perjanjian  kerjasama antara  developer  dengan  bank  tersebut  tentunya  tidak  selalu  berjalan  sebagaimana
yang  diharapkan,  ada  kalanya  para  pihak  tidak  memenuhi  kewajibannya,  memenuhi kewajiban  tidak  sebagaimana  mestinya  ataupun  memenuhi  kewajiban  tetapi  sudah
lewat waktu yang diperjanjikan, kondisi demikian disebut dengan wanprestasi. Wanprestasi  juga  termasuk  kedalam  akibat  hukum  perjanjian  disamping
tuntutan  ganti  rugi  atas  perbuatan  wanprestasi  tersebut.  Wanprestasi  berasal  dari bahasa  Belanda  “wanprestatie”,  artinya  tidak  memenuhi  kewajiban  yang  telah
ditetapkan  dalam  perikatan,  baik  perikatan  yang  timbul  karena  perjanjian  maupun perikatan yang timbul karena undang-undang.
37
Berkenaan  dengan  perbuatan  ingkar  janji  wanprestasi  R.  Setiawan mengemukakan  sebagai  berikut  :  “Pada  debitur  terletak  kewajiban  untuk  memenuhi
prestasi,  dan  jika  tidak  melaksanakan  kewajibannya  tersebut  bukan  karena  keadaan yang memaksa maka debitur dianggap melakukan ingkar janji”.
Ada 3 tiga bentuk ingkar janji, yaitu :
38
1.   Tidak memenuhi prestasi sama sekali. 2.   Terlambat memenuhi prestasi.
3.   Memenuhi prestasi secara tidak baik.
36
Ibid.
37
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 20.
38
R. Setiawan, Op.Cit, hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hukuman atau akibat-akibat yang tidak baik dari debitur yang lalai ada empat macam dikemukakan R. Subekti sebagai berikut :
39
1. Membayar  kerugian  yang  diderita  oleh  debitur  atau  dengan  singkat  ganti
rugi 2.
Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian 3.
Peralihan risiko 4.
Pembayaran  biaya  perkara,  kalau  sampai  diperkarakan  di  depan  hakim kepengadilan.
Menurut  Abdulkadir  Muhammad  ingkar  janji  membawa  akibat  yang merugikan  bagi  debitur,  karena  sejak  saat  tersebut  debitur  berkewajiban  mengganti
kerugian yang timbul sebagai akibat daripada ingkar janji tersebut. Dalam hal debitur melakukan ingkar janji, kreditur dapat menuntut :
40
1.  Pemenuhan perikatan 2.  Pemenuhan perikatan dengan ganti rugi
3.  Ganti rugi 4.  Pembatalan persetujuan timbal balik
5.  Pembatalan dengan ganti rugi
Sehubungan  dengan  ganti  rugi,  dalam  KUHPerdata  yang  diatur  dalam  pasal 1243 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut :
Penggantian biaya ganti rugi dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya,  tetapi  melalaikan,  atau  jika  sesuatu  yang  harus  diberikan  atau dibuatnya,  hanya  dapat  diberikan  atau  dibuat  dalam  tenggang  waktu  yang  telah
dilampaukannya.
41
39
R. Subekti, Op.Cit,  hal. 45.
40
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 18.
41
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op.Cit, hal. 324.
Universitas Sumatera Utara
Konsepsi  adalah  salah  satu  bagian  terpenting  dari  teori,  peranan  konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
kenyataan.  Konsep  diartikan  sebagai  kata  yang  menyatukan  abstraksi  yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus  yang disebut defenisi operasional.
42
Oleh  karena  itu  untuk  menjawab  permasalahan  dalam  penelitian  ini  harus  di defenisikan  beberapa  konsep  dasar,  agar  secara  operasional  diperoleh  hasil  dalam
penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Konsep  merupakan  alat  yang  dipakai  oleh  hukum  disamping  yang  lain-lain,
seperti  asas  dan  standar.  Oleh  karena  itu  kebutuhan  untuk  membentuk  konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan penting dalam hukum.
Konsep  adalah  suatu  konstruksi  mental,  yaitu  sesuatu  yang  dihasilkan  oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.
43
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan suatu pengarah,  atau  pedoman  yang  lebih  konkrit  dari  pada  kerangka  teoritis  yang
seringkali  masih  bersifat  abstrak.  Namun  demikian,  suatu  kerangka  konsepsionil, kadang-kadang  dirasakan  masih  juga  abstrak,  sehingga  diperlukan  defenisi-
defenisi  operasional  yang  akan  dapat  pegangan  konkrit  didalam  proses penelitian.
44
Selanjutnya,  konsep  atau  pengertian  merupakan  unsur  pokok  dari  suatu penelitian,  kalau  masalahnya  dan  kerangka  konsep  teoritisnya  sudah  jelas,  biasanya
sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan
42
Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 3.
43
Soerjono  Soekanto  dan  Sri  Mamudji,  Penelitian  Hukum Normatif  Suatu  Tinjauan  Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7.
44
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 133.
Universitas Sumatera Utara
suatu  konsep  sebenarnya  adalah  defenisi  secara  singkat  dari  kelompok  fakta  atau gejala  itu.  “Maka  konsep  merupakan  defenisi  dari  apa  yang  perlu  diamati,  konsep
menentukan  antara  variabel-variabel  yang  ingin  menentukan  adanya  hubungan empiris”.
45
Untuk  menjawab  permasalahan  dalam  penelitian  tesis  ini  perlu  didefenisikan konsep  dasar  dalam  rangka  menyamakan  persepsi,  yaitu  KPR  adalah  kredit  yang
diberikan  kepada  debitur  perorangan  untuk  membiayai  sebagian  kebutuhan  dana untuk pembelian rumah, rumah toko, ataupun tanah.
46
Syarat-syarat rumah, rumah toko dan tanah yang dapat dibiayai, antara lain :
47
1 Harus  bersifat  marketable  baik  ditinjau  dari  segi  lokasi,  kondisi,  harga,  luas
tanahbangunan maupun desain bangunan. 2
Bersertifikat Hak Milik ataupun Hak Guna Bangunan dengan jatuh tempo Hak Guna Bangunan minimum 2 tahun setelah jatuh tempo kredit.
3 Rumah  yang  dibeli  tidak  boleh  disewakandipindahtangankan  kepada  pihak
lain tanpa ijin bank selama kredit belum lunas. Salah  satu  program  penyampaian  kredit  kepada  nasabah  melalui  kerja  sama
dengan mitra usaha, antara lain mempunyai bentuk developer’s line. Developer’s line adalah program kerjasama antara bank dengan developer yang merupakan pemberian
kredit  kepada  debitur  perorangan  end  user  untuk  membiayai  pembelian  tanah danatau rumah toko yang dikelola oleh developer.
48
45
Koentjoroningrat,  Metode-Metode  Penelitian  Masyarakat,  Edisi  Ketiga,  Gramedia  Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal. 21.
46
Anonim,  Buku    Materi    Peserta  Training,  Niaga    Basic    Consumer    Credit    Management NBCCM,
Op.Cit,  hal. 4.
47
Ibid.
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa Inggris artinya  adalah  pembangun  perumahan.  Sementara  itu  menurut  Pasal  5  ayat  1
Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  5  tahun  1974,  disebutkan  pengertian Perusahaan  Pembangunan  Perumahan  yang  dapat  pula  masuk  dalam  pengertian
developer , yaitu :
“Perusahaan  Pembangunan  Perumahan  adalah  suatu  perusahaan  yang  berusaha dalam  bidang  pembangunan  perumahan  dari  berbagai  jenis  dalam  jumlah  yang
besar,  di  atas  suatu  areal  tanah  yang  akan  merupakan  suatu  kesatuan  lingkungan pemukiman, yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-
fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat yang menghuninya”.
49
Pemberian  pinjaman  rumah  kepada  debitur  dapat  melalui  kerjasama  dengan developer
dan  perorangan  maupun  non-kerjasama.  Hubungan  non-kerjasama  pada umumnya terjadi pada pemberian pinjaman yang pertama kalinya atau hanya satu kali
transaksi transaksi pada suatu developerperorangan. Namun  apabila  pemberian  pinjaman  melalui  developer  tertentu  dilakukan
berulang  maka  hubungan  harus  ditingkatkan  dalam  bentuk  kerjasama  untuk kepentingan bank.
Perjanjian  kerjasama  adalah  perjanjian  antara  developer  dan  bank  yang berisikan  syarat  dan  ketentuan,  hak  dan  kewajiban  dari  setiap  pihak.  Perjanjian  ini
digunakan sebagai dasar untuk memberikan fasilitas KPR kepada  end-customer dari developer
terkait.  Developer  bermaksud  mengadakan  kerjasama  dengan  bank  dalam
49
Lihat  Pasal  5  ayat  1  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  5  tahun  1974  tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
rangka  memperluas  pemasaran  atas  proyek  perumahan  kepada  pembelidebitur dengan menggunakan fasilitas kredit dari bank.
Debitur  adalah  perorangan  yang  fasilitas  kreditnya  disetujui  oleh  bank  dan telah  melaksanakan  penandatanganan  Perjanjian  Kredit  dan  Perjanjian  Jaminan
dengan Bank.
50
Perjanjian Kredit adalah perjanjian yang ditandatangani oleh bank dan debitur yang  menjadi  dasar  perikatan  hukum  pemberian  fasilitas  kredit  guna  kepentingan
pembelian  tanah  danatau  tanah  dan  bangunan,  berikut  segala  perubahan  danatau pembaharuannya.
51
Fasilitas  Kredit  adalah  fasilitas  kredit  pemilikan  tanah  danatau  tanah  dan bangunan  yang  diberikan  oleh  bank  kepada  debitur  berdasarkan  Perjanjian  Kredit
untuk  membiayai  pembelian  tanah  danatau  bangunan  yang  dibangun  di  atas sebagian sertipikat induk atau diatas sertipikat pecahan yang dijual oleh developer
atau pemegang hak atas tanah atau pemilik Sertipikat IndukSertipikat Pecahan atau kuasanya selaku Penjual.
52
Tanah  berarti  bagian  dari  tanah  induk  dalam  keadaan  siap  bangun  lengkap dengan  surat-surat  bukti  kepemilikannya,  yang  dijual  oleh  penjual  kepada
konsumenpembeli selaku debitur sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
53
Tanah  dan  bangunan  berarti  tanah  dan  bangunan  berupa  rumah  tinggal  dalam keadaan  siap  huni  maupun  siap  bangun  lengkap  dengan  surat-surat  bukti
kepemilikannya  dan  dokumen  pendukung  lain,  yang  dijual  oleh  penjual  kepada
50
Perjanjian Kerjasama antara PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Developer Perumahan Platinum Residence No.66MORT-SALESMDNJND2010 Tanggal 23 Juni 2010, Pasal 1.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
konsumen  selaku  debitur,  dimana  pembiayaan  atas  pembeliannya  menggunakan fasilitas kredit yang diberikan bank.
54
Kewajiban  developer  adalah  janjikesanggupan  developer  untuk  melakukan hal tertentu untuk kepentingan bank antara lain berkenaan dengan dokumen jaminan
atau  lainnya,  termasuk  pemberian  penanggungan  oleh  developer  kepada  bank  untuk menjamin terbayarnya hutang dengan sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian
kerjasama. Buy back guarantee
adalah penyelesaian total outstanding kredit debitur oleh developer
dengan konsekuensi pemindahan semua  hak bank seperti yang tertera pada akta perjanjian kredit dan pemindahan jaminan kepada developer.
Dokumen  pemilikan  tanah  danatau  tanah  dan  bangunan  berarti  dokumen- dokumen  yang  terkait  dengan  objek  kredit  yang  pembeliannya  dibiayai  oleh  bank
berdasarkan perjanjian kredit, dan dijaminkan sebagai kewajiban pembayaran debitur kepada bank, antara lain sebagai berikut :
55
a.   Asli  sertipikat  tanah  atau  surat  pernyataan  cover  note  yang  dibuat  oleh developer
atau pemegang hak atas tanah atau PPAT yang melakukan pengurusan selama  sertipikat  tanah  masih  dalam  pengurusan  atau  penerbitannya  pada
pihakinstansi yang berwenang. b.   Asli salinan IMB atas unit pecahan, atau salinan  IMB  Induk, bila  IMB pecahan
belum tersedia, yang diterbitkan oleh pejabatinstansi yang berwenang untuk itu. c.  Asli  gambar  bangunan  cetak  birublue  print  yang  menggambarkan  tata  letak
ruangan konstruksi dan spesifikasi bangunan sesuai dengan IMB yang mendasari pembangunannya.
54
Ibid.
55
Perjanjian Kerjasama
Pemberian fasilitas
Kredit Pemilikan
Rumah No.155MORTGMDNJND2010  antara  PT  Bank  CIMB  Niaga  Tbk  dan  Developer  Perumahan
Golden Setiabudi, Pasal 1.
Universitas Sumatera Utara
d.  Asli polis asuransi atau cover note dari Perusahaan Asuransi yang ditunjuk atau disetujui oleh bank.
e.  Surat-surat lainnya yang berhubungan dengan tanah danatau tanah dan bangunan sebagaimana disyaratkan oleh bank kepada debitur, termasuk tetapi tidak terbatas
pada  bukti  pembayaran  pajak  perolehan  hak  atas  tanah  BPHTB  serta  pajak bumi dan bangunan PBB.
Sertipikat  Induk  adalah  sertipikat  bukti  kepemilikan  atas  tanah  induk,  baik berupa  hak  guna  bangunan  atau  hak  lain  dimana  proyek  perumahan  dibangun,
masing-masing  harus  dipecah  per  kavling  sesuai  dengan  site  plan  dari  proyek perumahan.
56
Sertipikat  Pecahan  adalah  sertipikat  hak  atas  tanah  danatau  tanah  dan  bangunan sebagai bagian dari sertipikat induk yang sudah dipecah perkavling sesuai dengan
site plan dari proyek perumahan yang masih terdaftar atas nama pemegang hak atas tanah  atau  pihak  yang  telah  memberikan  kuasanya  kepada  developer  untuk
mengelola,  membangun  maupun  mengalihkan  hak  atas  tanah  danatau  tanah  dan bangunan dalam lingkungan proyek perumahan kepada pihak-pihak pembeli.
57
G. Metode Penelitian