Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan hasil dari kebudayaan yang tergolong dalam ilmu pengetahuan dan seni. Jika menilik pengertian sastra, kita dapat melihat dari berbagai segi, diantaranya menurut Jean paul Sartre www.tonggowordpress.com 2008 yang mengatakan bahwa sastra bukan semata-mata sebuah aktivitas yang berdiri atas ego. Bukan juga sekedar pemaparan deskriptif mengenai sejumlah karakter dan situasi peradaban manusia. Menurutnya sastra merupakan pertanggungjawaban yang menjawab mengenai persoalan kebebasan manusia. Kreativitas seni yang tertuang dalam sastra tak lain merupakan aktivitas pembelaaan nilai moral manusia. Sedangkan pengertian sastra dilihat dari segi etimologi, sastra bahasa inggris: literature, menurut Oxford English Dictionary, berasal dari kata “litera” yang artinya tulisan yang bersifat pribadi. Istilah ini secara umum bermaksud mengidentifikasikan makna yang terkandung dalam sebuah tekstulisan termasuk prosa, fiksi, drama, dan puisi. Sebelumnya telah dikenal semacam sastra lisan, seperti epik, legenda, mitos, balada bentuk lain puisi lisan dan cerita rakyat folktale. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dijelaskan bahwa sastra berarti: 1 bahasa kata-kata, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab bukan bahasa sehari-hari; 2 karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, Universitas Sumatera Utara memiliki berbagai keunggulan seperti keaslian, keartistikan keindahan dalam isi dan ungkapannya www.tonggowordpress.com2008 Melihat defenisi diatas, di negara kita pengertian sastra sebenarnya juga telah lama mengalami perluasan arti. Bentuk konkretnya, sastra ternyata bukan mencakup seputar tulisan yang bermakna seni saja namun juga mencakup banyak hal berkaitan dengan sosialita, termasuk di dalamnya adalah budaya. Seperti yang juga dikatakan Sartre, karena ia menyangkut kehidupan manusia, maka ia tak kan lepas dari ideologi yang menjadi kebiasaaan sebuah komunitas tertentu yang dinamakan kebudayaan. Budaya menurut Koentjaraningrat 1976 :28 adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Sedangkan dalam Situmorang 1995 : 3 kebudayaan adalah jaringan makna yang dianyam oleh manusia dimana manusia tersebut hidup dan mereka tergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Maka, dilihat dari defenisi diatas , dapat dikatakan bahwa hasil dari kebudayaan yang berupa cipta, karsa, dan rasa manusia yang memiliki jaringan makna dituangkan dalam suatu bentuk karya sastra. Seperti yang kita tahu, negara kita dengan masyarakat yang heterogen memilki beraneka ragam kebudayaan. Begitu pula negara Jepang yang kita kenal sebagai negara yang maju dalam berbagai bidang, termasuk budaya mereka. Masyarakat Jepang terkenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai budayanya. Sebagai contoh budaya ikebana, hinamatsuri, tanabata, chanouyou dan lain sebagainya yang nenonjolkan karakteristik masyarakat Jepang itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Salah satu budaya Jepang yang menonjol di masyarakatnya adalah budaya kelompok atau kebersamaan shudan shugi. Shudan shugi adalah suatu kecenderungan dimana orang Jepang lebih memilih mengutamakan kepentingan kelompok ketimbang kepentingan individu http:forum.megaxus.com 2008. Pola ini telah menjadi pola dasar hubungan antar masyarakat Jepang. Hal ini memang tidak hanya dapat kita temui di Jepang saja, tetapi di Indonesia sendiri juga kita telah banyak di ajarkan sejak kecil agar tidak bertindak lebih mementingkan kepentingan individu saja. Tetapi yang membedakannya dengan di Indonesia adalah bahwa masyarakat Jepang menjadikannya sebuah tradisi dan budaya yang melekat dalam karakteristik diri mereka, sehingga mereka perlu melestarikannya. Menurut Ishizawa Takeshi www.02.246.ne.jp 2008, etika orang Jepang itu mempunyai tujuan utama untuk membentuk hubungan baik di dalam komunitas. Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Dalam suatu negara, desa, keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, partai, kelompok agama, tim sepak bola, dan lain-lain atau dalam bentuk apapun, orang Jepang lebih mementingkan komunitas dibandingkan diri sendiri. Sesudah zaman Meiji, pemerintah Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Tindakan pribadi dinilai dapat mendorong atau merusak rukun komunitas. Tindakan ini membawa prilaku masyarakat jepang cenderung hidup dalam kelompok. Dalam http:www.infoskripsi.com Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada Universitas Sumatera Utara kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia. Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme makhluk hidupyang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Jepang merupakan negara yang tentu saja memiki berbagai macam komunitas dalam masyarakatnya. Sebagaimana yang terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari, dalam linkungan keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan tempat mereka bekerja. Sebagai contoh, dalam perusahaan jepang ada budaya nenkojouretsu senioritas, dalam lingkungan sekolah ada budaya senpai-kohai senior-junior, dan dalam lingkungan masyarakat jepang misalnya adanya Universitas Sumatera Utara kelompok ekstrem yang di namakan otaku atau ada juga yang dinamakan visual kei dalam budaya remaja Jepang. Hal ini kemudian banyak dijadikan sastrawan sebagai lahan cerita dalam karya sastranya. Karya sastra yang menonjol di Jepang sebagaimana kita tahu adalah komik jepang manga. Komik Jepang atau dalam bahasa jepangnya dikenal dengan istilah manga sudah tidak asing lagi terdengar di Indonesia. Karena derasnya arus komik asing terutama Jepang membawa fenomena budaya membaca komik yang besar di Indonesia. Siapa yang tidak tahu tokoh seperti Doraemon, Crayon Shinchan, Candy-candy, Sailormoon, dan masih banyak lagi. Sebut saja Doraemon, yang pengarang aslinya Fujiko F. Fujio yang telah tiada, tetap saja sampai saat ini tokoh rekaannya masih sangat digandrungi dan masih diproduksi komik-komik lanjutannya. Apalagi teknologi internet sekarang sudah sangat luas, jadi komik tidak hanya dapat dibaca dalam bentuk hard copy, tetapi juga dalam bentuk digital. Bahkan, tidak sedikit komik-komik itu diangkat ke layar kaca dalam bentuk film. Komik sudah sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Osamu Tezuka www.indomedia.com 2008, maestro pembuat komik dan juga dikenal sebagai bapak animasi mengatakan “Apapun yang terjadi, bagi saya sebagai pembuat komik, saya tetap menganggap komik itu suatu benda yang benar-benar lucu dan menarik. Sebab komik itu adalah salah satu media yang dapat menyerap intelektual manusia, serta menumbuhkan rasa saling pengertian sesama orang” ujarnya. Universitas Sumatera Utara Adapun pengertian komik menurut www.wikipedia.com adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri. Kejadian yang terjadi dalam sebuah peristiwa dalam komik biasanya digambarkan oleh seorang tokoh. Tokoh dalam sebuah komik dilukiskan dalam karakter, pribadi dan perencanaan diri yang kuat dan meyakinkan, keberadaan tokoh tersebut terasa hidup dan meyakinkan. Salah satu manga bejudul 20th century Boys atau Anak Lelaki Abad 20 yang merupakan manga fiksi ilmiah karya Naoki Urasawa yang terkenal dengan karya lainnya seperti Monster, Pluto. Manga ini diterbitkan sejak tahun 1999 oleh Shogakukan yaitu penerbit manga terbesar di Jepang. Sedangkan pada tahun 2001, manga ini meraih penghargaan Manga Kondansha dalam kategori umum. Di Indonesia, 20 th Secara garis besar, manga ini menceritakan tentang persahabatan anak- anak yang terjalin hingga dewasa dimana mereka telah sibuk dengan kehidupan Century Boys diterbitkan oleh Level Comics yang termasuk ke dalam kelompok Gramedia pada tahun 2005. Ceritanya sendiri cukup kompleks dan berat khas Naoki Urasawa. Manga ini banyak diminati di Indonesia khususnya laki-laki dewasa kareana manga ini termasuk ke dalam genre komik dewasa sehingga menghadirkan permasalahan yang rumit dan tidak tertebak jalan ceritanya. Universitas Sumatera Utara mereka masing-masing. Hingga suatu hari, salah satu sahabat mereka meninggal dalam keadaan misterius. Tokoh utama dalam cerita ini kemudian menyelidiki dan ternyata kejadian tersebut ada hubungannya dengan peristiwa saat mereka masih kecil. Saat mereka kecil, mereka merencanakan sebuah skenario penyelamatan bumi dimana ada kekuatan jahat yang menghancurkan dunia secara perlahan dan mereka datang sebagai pahlawan yang menyelamatkan bumi. Mereka tidak menyangka bawa skenario tersebut kemudian dijalankan di masa depan oleh organisasi yang menamakan dirinya “Sahabat”. Tokoh “sahabat” disini digambarkan secara misterius memakai topeng dan memiliki kekuatan supranatural yang dapat menggerakkan pengikutnya loyal dan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Identitas “Sahabat” hingga beberapa volume belum diketahui, tetapi dia adalah salah satu teman masa kecil mereka yang telah mereka lupakan. Mereka harus mengingat kejadian-kejadian masa kecil mereka untuk mengetahui identitas “Sahabat”. Sementara itu “Sahabat” terus melaksanakan skenario untuk menghancurkan dunia. Dalam komik ini, diceritakan bahwa Kenji dan kawan-kawannya amat setia kawan satu sama lain hingga rela mempertaruhkan nyawa mereka. Mereka rela berkorban demi kepentingan kelompoknya serta umat manusia. Sikap ini dilandasi oleh pola hubungan shudan shugi kebersamaan dalam kelompok. Dalam komik ini juga digambarkan oleh berbagai tokoh bahwa dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik dalam lingkungan perusahaan, sekolah, maupun masyarakat bahwa struktur kebersamaan yang merupakan pola dasar pemikiran Universitas Sumatera Utara orang Jepang tentang sikap dan prilakunya yang didorong oleh kesadaran akan selalu berada di dalam lingkungan kelompoknya amatlah penting. Peneliti melihat bahwa manga ini adalah manga yang unik, oleh karena itu manga ini menarik untuk diteliti, keunikan yang menyebabkan manga ini menarik adalah jalan ceritanya yang kompleks dan tidak mudah ditebak kelanjutannya karena mengandung teka-teki yang misterius dan karena permasalahan yang diangkat dalam manga ini adalah permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang sehingga pembacanya dapat mengetahui karakteristik budaya masyarakat Jepang yang tersurat dalam manga ini hingga akhir cerita. Dengan melihat peristiwa yang terjadi dalam komik 20 th Century Boys yang mencerminkan budaya Shudan Shugi kebersamaan dalam kelompok dengan melihat kondisi sosialnya maka adapun judul penelitian ini adalah ANALSIS PRILAKU DALAM KELOMPOK MASYARAKAT JEPANG PADA KOMIK 20 TH

1.2. Perumusan Masalah