orang Jepang tentang sikap dan prilakunya yang didorong oleh kesadaran akan selalu berada di dalam lingkungan kelompoknya amatlah penting.
Peneliti melihat bahwa manga ini adalah manga yang unik, oleh karena itu manga ini menarik untuk diteliti, keunikan yang menyebabkan manga ini menarik
adalah jalan ceritanya yang kompleks dan tidak mudah ditebak kelanjutannya karena mengandung teka-teki yang misterius dan karena permasalahan yang
diangkat dalam manga ini adalah permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang sehingga pembacanya dapat mengetahui
karakteristik budaya masyarakat Jepang yang tersurat dalam manga ini hingga akhir cerita. Dengan melihat peristiwa yang terjadi dalam komik 20
th
Century Boys yang mencerminkan budaya Shudan Shugi kebersamaan dalam kelompok
dengan melihat kondisi sosialnya maka adapun judul penelitian ini adalah
ANALSIS PRILAKU DALAM KELOMPOK MASYARAKAT JEPANG PADA KOMIK 20
TH
1.2. Perumusan Masalah
CENTURY BOYS KARYA NAOKI URASAWA.
Sesuai judul proposal, yaitu “Analisis Prilaku Dalam Kelompok Masyarakat Jepang Pada Komik 20
th
Jadi, untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam komik 20
Century Boys Karya Naoki Urasawa”, maka proposal ini akan membahas mengenai bentuk shudan shugi dan perilaku shudan
shugi yang tercermin dalam komik ini.
th
Century Boys maka masalah penelitian yang dirumuskan dalam pertanyaan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimana prilaku-perilaku dalam kelompok shudan shugi yang
tercermin dalam komik 20
th
2. Bagaimana bentuk shudan shugi yang terdapat dalam komik 20
Century Boys karya Naoki Urasawa?
th
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Century Boys karya Naoki Urasawa?
Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlunya adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini
dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat terarah dan terfokus.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada kondisi sosial kehidupan masyarakat Jepang
dengan budaya kelompoknya shudan shugi yang tercermin dalam komik ini, terutama dilihat dari prilaku, ciri-ciri, sikap yang digambarkan dalam komik “20
th
Century Boys”. Penulis juga akan mendeskripsikan hal-hal yang melatarbelakangi munculnya shudan shugi, pengertian dan jenis-jenisnya, bagaimana pengaruhnya
bagi masyarakat jepang berdasarkan komik tersebut. Untuk dapat melihat atau mengerti hal tersebut, penulis akan coba juga melihat pandangan tentang shudan
shugi atau perkelompokan yang terdapat dalam masyarakat Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1. Tinjauan Pustaka
Kebudayaan Jepang sangat beragam, dan budaya Jepang sudah tidak begitu asing dalam memahami bagaimana perilaku dan kebiasaan mereka yang
menunjukkan pola karakter yang mengarahkan kepada fungsi-fungsi moral yang menjadikan masyarakat Jepang baik dalam golongan besar sampai pada yang
terkecil tetap pada prinsip budaya. Budaya menurut Koentjaraningrat 1976 : 28 adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa. Hasil dari cipta, rasa, dan karsa
tersebut dinamakan kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan menurut C. Kluckhon dalam Koentjaraningrat 1976: 203-204 ada tujuh, yaitu: 1 bahasa, 2 sistem
teknologi, 3 mata pencarian hidup atau ekonomi, 4 organisasi sosial, 5 sistem pengetahuan, 6 religi, 7 kesenian.
Salah satu bentuk dari unsur kebudayaan yaitu bahasa dapat ditemukan dalam komik. Sedangkan kebudayaan menurut Suryo Hadiprojo 1982 :192,
adalah hasil dari budidaya dan hasil dari pemikiran manusia. Defenisi ini mirip sekali dengan yang dikemukakan koentjaraningrat sehingga kebudayaan hadir
dalam masyarakat dan membaur membentuk persepsi dan pemikiran yang berbeda-beda dan terbentuklah gejala dan aspek-aspek sosial dalam masyarakat.
Ilmu yang mempelajari tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat di sebut sosiologi www.wikipedia.com2008.
Sosiologi merupakan ilmu cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat, dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Masalah pokok dalam studi sosiologi
Universitas Sumatera Utara
sastra menurut Nyoman Kutha 2003 : 25adalah eksistensi aspek sosial dalam struktur instrinsik suatu karya.
Sosiologi sastra menurut Ratna 2003 : 2 yaitu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung
didalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara dua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karenanya, analisis sosiologis memberikan perhatian
yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra sebagai produk masyarakat tertentu.
Dari defenisi di atas dapat dilihat bahwa sastra dan kebudayaan, baik secara definitif etimologis maupun secara praktis pragmatis berkaitan erat,
keduanya berbagi wilayah yang sama,yaitu aktivitas manusia, namun dengan jalan yang berbeda. Sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas yang ditumpu
kemampuan emosionalitas, sedangkan kebudayaan melalui kemampuan akal sebagai kemampuan intelektualitas. Kedua-duanya sama-sama menaruh perhatian
besar pada aspek-aspek rohaniyah sebagai pencerahan akal budi.
Penelitian sosiologi sastra banyak memberikan perhatian pada sastra modern. Misalnya komik, yang berkaitan dengan masyarakat sebagai latar
belakang prosa kratif, masalah yang menarik adalah kenyataan bahwa masyarakat berada dalam kondisi berubah dan dinamis. Analisis sosiologis melalui peranan-
peranan sosial menempatkan individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Seorang komikus dapat belajar pengetahuan sosial dan berlatih kepekaan sosial dari ilmu sosiologi, sehingga dapat membuat karya sastranya lebih
Universitas Sumatera Utara
berbobot dan mesra dengan pergulatan dengan dunia ceritanya dan lebih terasa nyata bagi pembacanya.
Pembahasan sastra secara sosiologis menutut Hardjana 1994 : 73 dapat mengembangkan kecenderungan lain secara lebih jauh lagi, yakni kecenderungan
tokoh khayalan dengan lingkungannya sebagai identik dengan tidak lain dan tidak bukan adalah mewakili tokoh-tokoh dalam suatu kelompok sosial tertentu dan
lingkungan hidup kelompok tersebut.
Kelompok sosial menurut Sunarto 2000 : 129 merupakan suatu gejala yang amat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan
manusia berlangsung di dalamnya. Mungkin tanpa kita sadari bahwa sejak lahir hingga kini kita telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok.
Menurut http:antoniusfelix-shared.blogspot.com, prilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang
kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerap-kan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu,
sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Kerangka Teori
Kebudayaan menurut Edward B. Taylor exalute.wordpress.com2009, merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Sedangkan menurut Dr. K. Kupper
Masih dalam situs yang sama, menurut exalute.wordpress.com2009,
kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
William H. Haviland,
Sedangkan defenisi prilaku yang dimaksud dalam pengertian di atas menurut Skinner 1938 yang dikutip Notoatmojo, 1997 http:eprint.ums.ac.id
adalah hasil hubungan antara rangsangan stimulus dan tanggapan respon. Kebudayaan
adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima oleh semua masyarakat.
Ada dua jenis respon menurut Skinner yaitu respondent respons dan operant respons. Respondens respons adalah respon yang ditimbulakan oleh
rangsangan tertentu. Perangsangan itu menimbulkan respon yang bersifat tetap. Misalnya makanan yang lezat beraroma akan merangsang keluarnya air liur.
Operant respons yang tinmbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Perangsangan itu akan mengikuti tau memperkuat suatu prilaku tertentu yang telah dilakukan organisme, dalam hal ini manusia.
Penelitian tentang gejala masyarakat yang menyangkut kebudayaan ini dilakukan melalui sebuah komik yang merupakan sebuah karya sastra. Imajinasi
pengarang dalam karya sastra tersebut sebenarnya mengandung nilai-nilai budaya yang sangat tinggi. Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang
ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu.
Sastra juga dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat. Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan
merupakan sarana untuk memahaminya luxemburg : 1986 23-24-29. Karya sastra mempunyai hubungan nonsastra kepada riwayat hidup pengarang, kondisi
zaman ketika karya sastra itu ditulis, dan dengan kenyataan yang terungkap dalam karya sastra tersebut luxemburg, 1986 : 46. Kaya sastra yang dikaji
dengan melibatkan masyarakat, dilakukan dengan menggunakan teori sosiologi sastra.
Menurut Ratna www. Kajiansastra.blogspot.com2009 ada sejumlah defenisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka
menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek
kemasyarakatannya. 2.
Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan
masyarakat yang melatarbelakangi. 4.
Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah dialektik antara sastra dengan masyarakat, dan
5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara
sastra dengan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang
dibicarakan.
Dalam bukunya A Glossary of Literature Term, Abrams menulis bahwa dari sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh kritikus atau
peneliti, yaitu:
1. Penulis dengan lngkungan budaya tempat ia tinggal.
2. Karya, dengan kondisi sosial yang direfeleksikan di dalamnya.
3. Audien atau pembaca www.kajiansastra.blogspot.com2009
Dalam hal ini peneliti memusatkan pada karya sastra dengan kondisi sosial direfleksikan di dalamnya. Pradopo 2002: 22 berpendapat bahwa sosiologi sastra
Universitas Sumatera Utara
dikenal pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang perhatian utamanya ditujukan pada cara-cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status
kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan dan jenis pembaca yang dituju. Para ahli sosiologi sastra
memperkenalkan karya sastra sebagai karya yang ditentukan secara tidak terhindarkan oleh-keadaan-keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada
zamannya yaitu dalam pokok permasalahan.
Sebagai salah satu bentuk karya sastra, komik merupakan genre yang dapat mencerminkan kebudayaan. Komik dapat diartikan sebagai cerita
bergambar cergam yang terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita google.com: 2009. Komik menurut wikipedia
indonesia dijelaskan bahwa komik adalah suatu bentuk kesenian yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk jalinan cerita. Sedangkan komik menurut Marcel Bonnet google.com:2009 adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk
menceritakan pengalamannya, yang dituangkan dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.
Joseph McGarth dalam Silviana Realyta,2007:6 mengemukakan bahwa suatu kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang dalam batasan
tertentu saling berhubungan secara dinamis antara satu dengan yang lainnya. Definisi ini mencakup berbagai tipe kelompok seperti keluarga kecil, kelompok
kerja yang besar, kelompok eksperimental yang hanya bertemu sekali, unit militer
Universitas Sumatera Utara
yang tinggal bersama untuk beberapa bulan atau beberapa tahun. Kelompok- kelompok tersebut berbeda dalam hal jumlah interaksi sosial yang terjadi,
intensitas tekanan pressure terhadap anggota, atau komitmen yang dilibatkan dalam fungsi kelompok Silviana Realyta,2007:6.
Paulus dalam Silviana Realyta, 2007:11 mengemukakan bahwa suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi, memiliki tujuan
yang sama. Hubungan yang stabil, saling tergantung, dan merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok. Sedangkan menurut Taylor, Plepo, dan Sears
dalamSilviana Realyta, 2007:12 , dalam suatu kelompok individu-individu saling tergantung dan mempunyai potensi untuk interaksi mutual. Ciri-ciri dasar dari
suatu kelompok adalah bahwa anggota-anggota saling tergantung, artinya mereka saling mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai cara.
Bales dalam Silviana Realyta, 2007:10 mendefinisikan kelompok sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interakasi satu sama lain pada satu atau
serangkaian pertemuan, dimana tiap anggota menerima berbagai pesan atau persepsi dari anggota lainnya sehingga pada saat itu atau saat mendatang ia dapat
memberikan reaksi pada salah seorang anggota tersebut sebagai inividu, walaupun hal tersebut hanya dapat di-recall bila anggota lainnya juga hadir. Bass dalam
Silviana Realyta, 2007:12 mendefinisikan kelompok sebagai kelompok individu yang keberadaannya berarti bagi individu- individu tersebut.
Stodgil dalam Silviana Realyta, 2007:13 mendefenisikan kelompok sebagai suatu sistem interaksi terbuka dimana tindakan- tindakan akan
Universitas Sumatera Utara
menentukan struktur sistem dan interaksi suksesif enghasilkan efek yang setara terhadap identitas sistem. DeLamater dalam Shaw 1981 mengemukakan definisi
komprehensif dari kelompok dapat diformulasikan dalam kaitannya dengan berbagi hal: interaksi antar individu, persepsi dari anggota-anggota lain dan
perkembangan persepsi bersama, perkembangan ikatan afeksi, dan perkembangan ketergantungan atau peran.
Marvin.E.Shaw dalam Silviana Realyta, 2007:13 mendefenisikan kelompok sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan
sedemikian rupa sehingga setiap orang mempengaruhi.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok group adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, saling
mempengaruhi sikap dan perilaku satu sama lain, saling tergantung, memiliki hubungan yang relatif stabil, dan memilki perasaan sebagai bagian dari kelompok.
Untuk menyelami karakter masyarakat jepang mengenai budaya kelompok shudan shugi peneliti memakai pendekatan semiotik. Menurut Halliday
www.syaifulmunkari.blogspot.com menyebutkan bahwa semiotik adalah kajian umum dimana bahasa dan sastra adalah satu bidang di dalamnya. Meskipun
demikian, justru dalam bahasa dan sastralah kajian semiotik dilakukan secara mendalam, sehingga dalam periode dan semestaan tertentu semotik seolah-olah
menjadi dominasi ilmu sastra.
Universitas Sumatera Utara
Semiotik didefenisikan Ferdinand de Saussure dalam www.syaifulmunkari.blogspot.com , sebagai ilmu yang mengkaji tanda sebagai
bagian dari kehidupan sosial. Secara implisit, dalam defenisi itu adalah prinsip, bahwa semiotika menyandarkan dirinya pada aturan main rule atau kode sosial
yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat di pahami maknanya secara kolektif.
Penggunaan metode semiotik sebagai pendekatan pembacaan dalam penelitian karya sastra didasarkan pada pengertian tentang tanda, cara kerjanya,
dan penggunaannya. Menurut peirce www.syaifulmunkari.blogspot.com tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas2 tertentu.
Tanda2 memungkinkan kita berpikir , berhubungan dengan orang lain dan memberikan makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Manusia
memiliki kemungkinan yang sangat luas dalam penerapan tanda-tanda dengan kategori linguistik.
Tanda dalam semiotika mempunyai dua aspek yaitu penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk formal dari yang menandai sesuatu yang disebut dengan
petanda. Sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya Pradopo 2002: 68.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian