BAB III TINJAUAN UMUM LEMBAGA FARMASI TNI AU
3.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara
Dengan diproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 23 Agustus 1945 terbentuklah Badan Keamanan Rakyat
BKR dan badan keamanan Rakyat Udara BKRU. BKRU tidak berlangsung lama, pada tanggal 5 Oktober 1945 berganti nama dengan Tentara Keamanan
Rakyat Udara TKRU. Pada tanggal 23 Januari 1946 BKR berganti nama menjadi Tentara Rakyat Indonesia TRI
Berdasarkan perundingan antara Tentara Kerajaan Belanda dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949, secara berangsur-
angsur pangkalan udara Belanda diserahkan kepada Republik Indonesia. Hasil perundingan juga menyebutkan bahwa semua milik KNIL diserahkan pada
Angkatan Darat Republik Indonesia Serikat ADRIS kecuali yang ada di pangkalan udara, sehingga Djawatan Kesehatan Angkatan Udara DKAU hanya
menerima alat-alat kesehatan dan obat-obatan yang ada di pangkalan dan tidak menerima dari rumah sakit milik Angkatan Udara, laboratorium, depot obat, dan
lain-lain. Hal ini menyebabkan DKAU selalu mendapat bantuan dari Djawatan Kesehatan Angkatan Darat DKAD. Agar tidak terjadi ketergantungan perawatan
kesehatan dan kebutuhan obat-obatan serta alat-alat kesehatan yang terus menerus dari DKAD, maka DKAU berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan
mendirikan apotek-apotek di pangkalan dan depo obat sendiri, untuk mensuplai
Universitas Sumatera Utara
obat-obatan dan peralatan kesehatan guna mendukung pelayanan kesehatan dan kegiatan operasional Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat AURIS.
Pada tahun 1951 terjadi pergantian DKAU menjadi Direktorat Kesehatan TNI AU yang dipimpin oleh Direktur Kesehatan yang membawahi Djawatan Kesehatan
Umum DKU, Djawatan Kesehatan Penerbang, Djawatan Higiene, dan Djawatan Pharmacie. Djawatan Pharmacie bertugas mengurus pembelian, pembuatan,
penyimpanan obat dan alat kesehatan serta pembagiannya ke pangkalan- pangkalan. Untuk memperlancar tugas Djawatan Pharmacie, didirikan Depo Obat
di Pangkalan Andir Bandung yang disebut Depo Obat Pusat DOP. Depo Obat Pusat mulai merintis pembuatan obat pada tahun 1953, antara lain obat cair
tonikum, OBH, OBP, mercurochroom, zalf boor zalf, sulfa zalf, levertran zalf, tablet Hexamin, APC, Acidov, SG, antalgin, dan lain-lain.
Pada tahun 1959 sejalan dengan pergantian pimpinan, DOP berganti nama menjadi Depo Obat Materiil 003 dan untuk alokasi obat atau alkes mulai
menggunakan bentuk materiil 051 dan 052 nomor kode buku. Kemudian Depo Materiil 003 diubah kembali menjadi Depo Materiil 081 pada tahun 1963,
sedangkan pembinaannya di bawah Komando Logistik. Berdasarkan Keputusan Panglima Angkatan Udara No. 116 tahun 1966,
Depo Materiil 081 diubah namanya menjadi Pusat Perbekalan Kesehatan Puskalkes dan pembinaannya berada di bawah Dirjen Kesehatan. Berdasarkan
Keputusan Panglima Angkatan Udara No. 5 tahun 1968, Unit Produksi Puskalkes dikembangkan menjadi Pusat Produksi Kesehatan Pusprodkes yang terpisah dari
Puskalkes dan keduanya berada di bawah Dirjen Kesehatan. Puskalkes
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan pembekalan barang farmasi dan Pusprodkes melaksanakan produksi. Kemudian berdasarkan Keputusan Kasau No. 52 tahun 1971, Puskalkes
berubah nama menjadi Kalpuskes Pembekalan Pusat Kesehatan dan berdasarkan Keputusan Kasau No. Kep55XII1977 berubah kembali menjadi Depo
Perbekalan Kesehatan Pobekkes. Pusprodkes berubah nama menjadi Produksi Kesehatan Prodkes pada tahun 1971, dan pada tahun 1977 berdasar Surat
Keputusan Kasau Kepala Satuan AU No. Kep55XII1977, Prodkes berubah nama menjadi Lembaga Farmasi TNI AU Lafiau.
Pada periode tahun 1975-1985 terdapat beberapa perkembangan terutama terhadap bangunan, peralatan produksi dan laboratorium, yaitu dibangunnya
gudang bahan baku dan obat jadi, ruang pengemasan, ruang produksi sirup, salep dan laboratorium, ruang produksi kapsul antibiotika, ruang produksi tablet, ruang
produksi aquades, ruang obat-obat steril lain dan gudang bahan baku yang lebih besar. Masih pada periode tersebut, Lafiau sebagai lembaga “integrated use”
mulai melaksanakan produksi integrasi ABRI, antara lain pembuatan kapsul tetrasiklin dan ampisilin untuk Puskes ABRI dan POLRI. Sebagai tindak lanjut
terhadap Keputusan MenhankamPangab tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur TNI AU, maka Kasau mengeluarkan SK No. SKEP01III1985 tanggal
11 Maret 1985 yang menyatakan bahwa Lafiau digabungkan dengan Pobekkes menjadi Depo Pembekalan Kesehatan TNI Angkatan Udara Pobekkesau.
Dengan demikian Pobekkesau selain melaksanakan pembekalan juga melaksanakan kegiatan produksi dari pengawasan atas kualitas bekal kesehatan
TNI AU.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1991 mulai direncanakan peningkatan kemampuan unit produksi sesuai persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Pada tahun
1992 mulai dilakukan renovasi pembangunan unit produksi yang mengacu pada CPOB melalui pentahapan pembangunan. Pada tahun 1994 kegiatan renovasi
bangunan yang memenuhi syarat CPOB terus berjalan. Selain itu ada penambahan alat produksi seperti mesin cetak tablet, mesin isi kapsul, HPLC, mesin strip dan
lain-lain, baik dari Puskes ABRI maupun dari Dinas Kesehatan TNI AU, dan pelatihan personil dalam rangka memenuhi syarat CPOB.
Pada tanggal 6 Januari 1996, Dirjen POM Depkes RI memberikan Sertifikat CPOB pada Pobekkesau untuk 5 sediaan dan tahun 1999 untuk 8
sediaan yaitu suspensi kering oral antibiotika penisilin dan turunannya, suspensi kering oral non antibiotika, serbuk oral non antibiotika, salepkrimgel antibiotika,
salepkrimgel non antibiotika, cairan oral antibiotika, cairan oral non antibiotika, cairan obat luar non antibiotika, tablet biasa antibiotika penisilin dan turunannya,
kapsul keras non antibiotika, tablet biasa non antibiotika, kapsul keras antibiotika, kapsul keras antibiotika penisilin dan turunannya. Tahun 2005 Lafiau memperoleh
3 sertifikat CPOB untuk tablet, kapsul keras dan sirup kering golongan sefalosporin.
Berdasarkan Surat Keputusan KASAU No. 3111998, mulai 1 April 1998, Pobekkesau berganti nama menjadi Lembaga Farmasi TNI-AU Lafiau sampai
sekarang.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Kedudukan, Tugas, dan Kewajiban Lembaga Farmasi TNI AU