PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA
THE INFLUENCES OF ISLAMIC WORK ETHICS TOWARD ORGANIZATIONAL COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE
ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH
Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH
Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
(4)
(5)
iv
Nomor Mahasiswa : 20120410381
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: " PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan juga sepanjang pengetahuan saya karya ini belum pernah ada ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan sebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya yang sama dengan orang lain maka saya bersedia karya ini siap dibatalkan dan mengikuti prosedur yang diatur oleh Perguruan Tinggi.
Yogyakarta, 25 November 2016
NURRAHMAN
(6)
v
(SAID TUHULELEY)
HIDUP ADALAH IMAN DAN JIHAD
(ALI SYARI’ATI)
BERGERAK DAN BERKARYA (HMI KORKOM UMY)
BANGUNLAH DENGAN KARYAMU, SESUNGGUHNYA KARYAMU AKAN MENGANTARKAN KE ARAH BIJAKSANAANMU
(7)
vi
PERSEMBAHAN
Wahai Tuhanku Allah SWT, ampunkanlah segala dosaku dan semua penjuru Dunia ini. Ciptaanmu sungguh luar biasa Dunia ini. Butuh kesabaran dan waktu yang lama untuk memaknai maksud dari segala ciptaanMU. Ijinkan hambamu pada kesempatan yang mulia ini untuk menulis dan mengucapkan syukur serta terimakasih kepada salahsatu ciptaanMU yaitu Manusia. Melalui halaman pengesahan ini, saya mengucapkan banyak syukur dan terimakasih kepada :
1. AMA dan INA yang melahirkan dan membimbingku hingga sampai mendekati diumurku yang Ke - 22 Tahun ini. Sosok pengayang dan pejuang keras yang rela menghapuskan rasa kelaparan demi kebahagiaan keluarga. Dan juga sebagai pondasi dan sumber sinar pencerahan kehidupanku serta jajaran keluarga.
2. Abang Mulyadi putra pertama dari kelurga. Sosok kakak yang keras, pemikir dan pekerja keras serta jiwa sosial yang tinggi. Berkat pola didikanmu aku bisa keluar dari godaan hidup yang ketergantungan.
3. Abang Sudirman putra kedua dari keluarga. Sosok kakak yang mempunyai jiwa petualang ilmu dan bertanggung jawab terhadap masa depan adik-adiknya. Terimakasih sudah membiayai Ke – 2 (dua) adikmu (Nurrahman dan Ety Kurniawati) selama kami tinggal dan hidup di Kota Yogyakarta.
4. Abang Dedi (Almarhum) putra ke tiga dari kelurga. Sosok kakak yang suka baca buku, perhatian dan visioner. Semoga Allah Swt memberikanmu tempat yang sejuk di Alam sana. Semoga suatu saat kita bisa ketemu di Alam yang sama. Terimakasih sudah mengajari baca dan sering bantu ngerjain tugas sekolahku. Salahsatu nyawa yang tidak aku saksikan kepergiannya. Selamat jalan Abangku.
(8)
vii
5. Kakak Ety anak ke empat dari keluarga, satu-satunya saudara perempuan dari keluarga. Sosok kakak yang selalu ada buat hidupku di tanah rantau dan pengayang sama adiknya. Semoga cepat kelar Sarjananya kak.
6. Adikku Nasrullah anak ke enam (terkahir) dari keluarga. Sosok adik yang setia menemani orang tua di Rumah. Bibit tangguh dari keluarga semenjak aku mulai kuliah (2012) sampai sekarang (2016). Terimakasih dek.
7. Sahabat Abang Amin, Abang Subhan, Abang Arif, Abang Alimudin, Abang Fadil, Bang Hairudin, Bang Rizal, Om Tam, Om Hendra,
Kaka Rif’ah, Kaka Sri, Kaka Liana dan Kaka Rahmi. Sosok senior Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY) yang sudah menjemput dari terminal dan mendidik serta mengontrol kami dalam satu payung kekeluargaan di Tanah rantauan (Kota Yogyakarta).
8. Saudara seperjuangan angkatan 2012 IPMLY. Muhlis, Didin, Askarin, Putri, Lena Marlina, Ola, Fahmi, Yogi, Ihsan, Rahmat, Hilful, Andani, Tirima, Uswatun, dan Sahrir. Suntikan semangat merantau yang menggelora dan niat untuk memajukan Bima. Semoga cita cita kita semua bisa tercapai. Amin
9. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY). Semoga tetap berkembang dan terdepan serta menjadi inisiator perubahan.
10.Bang Panji dan karyawan sekantor Maesarah.com. terimakasih sudah memberikan curhatan pahit manisnya hidup di Yogyakarta dan membantu menyiapkan alat alat Mataf. Maaf sudah mengacak ngacak ruang kantornya. Hehehe
11.Bang Linggo dan jajaran pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY) periode 2012-2013. Terimakasih atas dedikasi baiknya untuk mengenalkan organisasi internal dan dinamika politik Fakultas Ekonomi UMY serta nilai nilai kepemimpinan.
(9)
viii
12.Jajaran Koordinator Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta periode 2012-2013. Terimakasih sudah berjuang bersama untuk mewakili suara dan aspirasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY.
13. Bang Mus’ab dan Jajaran Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2013-2014. Terimakasih sudah memberikan kepercayaan untuk menjadi bagian untuk mengurus Senat Mahasiswa.
14.Bang Linggo. Sosok manusia yang ikhlas. Terimakasih sudah menambahkan uang SPP kuliah Rp. 800.000. Berkat keikhlasanmu saya bisa menyelesaikan kuliah hingga skripsi ini.
15.Abang Sidik (Kader terbaik HMI Dipo dan Mantan Ketua BEM Isipol UMY). Sosok guru Religius dan Pergerakan serta kepemimpinan. Terimakasih banyak sudah rela menammpung kurang lebih 2 bulan di kosan kosan, mendidik dasar Dunia Filsafat, Ke-Islaman, pergerakan dan kepemimpinan. Dan juga terimakasih buku bukunya, semoga Istri dan anakmu selalu diberikan kesehatan yang baik, Amin.
16.Abang Sona (Kader Sekolah Bersama atau SEKBER). Sosok advokasi jalanan yang menggembirakan tentang data-data perkembangan Jogja apalagi Kulon Progo. Terimaksih banyak atas bukunya, sampai sekarang belum saya kembalikan. Buku Roem Topangtimasong mengajarkan kita tentang arti pokok sebuah sekolah.
17.Kanda Muhib (2012-2013) dan Heru (2013-2014), masing masing Mantan Ketua Umum HMI Komisariat Ekonomi UMY. Terimaksih banyak sudah memberikan arti perjuangan dan dedikasi untuk membangun dan mengembangkan komisariat Ekonomi UMY.
18.Sahabat Luki dan Gilang. Terimakasih sudah berjuang bersama untuk menghadirkan sebuah sekretariatan baru buat HMI FE UMY Periode 2014-2015 dan hingga sekarang hasil perjuangan kita bisa dirasakan oleh generasi HMI FE UMY. Dan juga terimaksih banyak sudah rela dan siap
(10)
ix
tinggal di sekretariatan walaupun tantangan yang kadang-kadang membuat kita menderita selama kepengurusan kita.
19.Jajarang Pengurus HMI FE UMY 2014-2015 (Yunda Yuni, Putri, Ita, Sunaini Rofiah, Femi dan Kanda Luki, Rian, Aginza, Iqbal, Gilang, Eko, Yunus, Riki, Maulana, Sukma, Musoli, Mahdi, Acong ). Terimaksih banyak sudah membantu mensukseskan kepengurusan selama saya menjadi ketua komisariat.
20.Kanda Muhtar dan Kanda Makruf, masing masing manta ketua Cabang yang sudah melantik ketua HMI Komisariat dan KORKOM UMY. Terimakasih banyak atas dedikasinya dan selamat atas kesuksesannya memimpin HMI Cabang Yogyakarta.
21.Bang Yogi dan Bang Danang. Masing masing sebagai alumni HMI UMY dan yang pernah menjadi perwakilan HMI UMY untuk memimpin HMI Cabang Yogyakarta. Sosok konseptor dan pergerakan HMI, khususnya HMI UMY. Terimakasih banyak atas kepedulian dan dedikasinya untuk tetap konsisten mengembangkan HMI UMY.
22.Bang Rahim, Bang Alvin dan Bang Ikmal, masing masing mantan ketua HMI KORKOM UMY. Sosok petarung yang multi kekuatan, keras dalam memimpin dan peduli HMI UMY. Terimakasih banyak atas teori dan gerakan yang sudah didedikasikan selama adindamu ada di HMI UMY. 23.Bang Anam. Sosok manusia pengader di HMI UMY, manusia kekinian,
sosiabel dan cita cita menjadi Hakim sukses. Terimakasih banyak bang, atas bagi-bagi limunya dan sudah siap menjadi pemberi motivasi.
24.Jajaran Panitia Milad HMI Ke 69 (Fajar, Meilin, Ira, Rollang, Rizki, Makatita, Ashar, Pandu, Fajri, Dila, Sita, Pace, Aris, Nafis, Adi, Lia, Lutfi, Retno, Erha, Maya, Indri, Niki, Vivi, Dysept, Meidika, Ema, Hasrin, Amanah, Aria, Azali) dan panitia lain yang mungkin saya lupa namanya terimakasih banyak atas kontribusinya. Semoga pengalaman kita di Milad HMI yang ke 69 bisa memberikan pengalaman dan membangun makna kebersama dan kekompakan di lintas komisariat HMI UMY.
(11)
x
25.Jajaran Team Sukses dan kemenangan Pemuli Raya UMY 2016-2017 (Ibong, Aldi, Rizki, Rollang, Ariyang, Diun, Pandu, Fajar, Dhandi, Icang, Rahmad, Tara, Edi, Rizki Azkia, Aulia Fernando, Zahra, Abdi, Erha, Dysept, Fatwa, Hendra, Adi, Meilin, Rizki Andora, Haerudin, Hakim, Aryanto, Afan, Hasrin, Ito, Cak Luking, Igun, dan teman-teman IMM Ekonomi UMY, Rais, Rian, Erik ) serta kawan-kawan yang mungkin belum saya tulis namanya terimakasih banyak sudah ikut berpartisipasi untuk menyadarkan pentingnya berpolitik berbasis kemanusiaan dan menegakkan keadilan di Kampus UMY. Banyak pengalam yang saya petik dan curi ilmu di momen yang penuh dengan sejarah ini. Semoga semangat saling mengingatkan dan membangunkan antara satu dengan yang lain tetap dilestarikan sampai di akhir kuliah kita. Amin
26.Jajaran Pengurus HMI KORKOM UMY Periode 2015-2016 (Arif, Acong, Anis, Rian, Ibong, Icang, Bang Zuf, Putri, Panji, Krisna, Bastian, Kanda Aldo, Abdul, Aldi ) terimakasih banyak sudah membantu dalam kepengurusan HMI KORKOM UMY yang sebentar lagi akan berakhir masa kepengurusannya. Begitu banyak dinamika yang diletakkan di atas kepengurusan tahun ini mendorong kita memacu kekuatan serta memupuk idealis sebagai kader HMI UMY. Semoga amalan kita bersama mampu bercahaya dari tahun ke tahun. Amin
27.Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelemat Organisasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lintas angkatan. Saya mengucapkan terimakasih banyak sudah memberikan pengalaman yang berharga, ilmu dan dukungan selama saya kuliah dan sebagai kader HMI UMY hingga lamanya sampai sekarang sudah berjumlah empat Tahun.
28.Sahabati Zak. Terimakasih banyak atas waktu dan ruang kehidupanmu. 29.Sahabat Suko. Terimakasih banyak atas bantuan printernya hingga
(12)
karunia-Nya kepada kita semua serta meringankan dalam penyusunan skripsi yang berjudul
”PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI
DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CANAG YOGYAKARTA” . Shalawat serta salam kita haturkan kepada sang Revolusioner sejati bagi umat yang ada di muka Bumi ini yaitu Nabi Muhammad Saw.
Skripsi ini merupakan salahsatu syarat mutlak untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan ini tidak lepas dari peran kontrol dan bimbingan moral oleh beberapa pihak. Ijinkan penulis pada kesempatan emas dan penuh bahagia ini pada kesempatan ini penulis dan niat yang dalam mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Terfavorit Sri Handari W., S.E., M.Si. yang telah dengan penuh kesabar dan teliti membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
3. Bapak, Ibu, sahabat-sahabat, dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan bagi perbaikan di penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 25 November 2016
(13)
xiv
HALAMAN PERSETUJUAN…...………ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERNYATAAN………iv HALAMAN MOTTO….………v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi INTISARI ………...xi
ANBSTRACT………....xii
KATA PENGANTAR………..xiii DAFTAR ISI………...xiv
DAFTAR TABEL……….xvi
DAFTAR GAMBAR………...xvii
Bab I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Permasalah Penelitian………..9
C. Tujuan Penelitian………...10
D. Manfaat Penelitian……….10
Bab II TINJAUAN PUSTAKA……….12
A. Landasan Teori………...12
B. Kerangka Konsep dan Pengembangan Hipotesis………...39
C. Model Penelitian………43
Bab III METODE PENELITIAN………..44
A. Obyek dan Subyek Penelitian………44
B. Jenis Data………...44
C. Tehnik Pengambilan Sampel………..44
(14)
xv
F. Uji Kualitas Instrumen………...48
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis……….51
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………55
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian……….55
B. Hasil penyebaran kuesioner………...95
C. Gambaran Umum Responden………96
D. Hasil analisis statistik deskriptif...102
E. Uji Kualitas Instrumen……….105
F. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)………...108
G. Pembahasan (Interpretasi)………112
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN………121
A. Kesiimpulan……….121 B. Saran……….121 Daftar Pustaka
(15)
(16)
(17)
xii
Organizational Commitment with Job Satisfaction as moderating variable in BNI Sharia branch. In this research, the subjects were employees in BNI Sharia Jogjakarta-branch who had worked a year, at least. And, there were 120 samples to use, but only 55 of data that could be processed. Sampling was using purposive sampling method carried out for two months. The analysis tool employed WarpPLS2.0.
From the analysis, researchers obtained results that the Islamic Work Ethics significantly influenced organizational commitment. Furthermore, job satisfaction moderated the influence of Islamic work ethics considerably to organizational commitment.
(18)
xi
Syariah Cabang Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan/i di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta yang telah bekerja minimal 1 (satu) Tahun. Dan juga sampel yang dipakai pada penelitian ini berjumlah 120 akan tetapi hanya 55 data yang dapat diolah. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan selama 2 (dua) Bulan. Alat analisis menggunakan WarpPLS2.0.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil, bahwa Etika Kerja Islam berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Selanjutnya Kepuasan kerja memoderasi pengaruh etika kerja Islam secarasignifikan terhadap komitmen organisasi. Kata kunci: Etika Kerja Islam, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi.
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di Indonesia semakin banyak isu-isu tindakan tidak etis yang terjadi di dalam perusahaan. Salahsatu contoh adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh seorang manajer seperti, kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM). Pembobolan dana Rp 75 miliar dilakukan dengan modus menerbitkan dan mencairkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). Tidak hanya Indonesia, Baratpun dilanda dekandensi moral dan krisis moral yang disebabkan kemajuan ilmu dan teknologi yang berbasis materialisme dan membuahkan konsumerisme dan hedonisme. Akibatnya, muncul berbagai pelanggaran etika sosial yang merugikan perusahaan dan masyarakat karena besarnya kekuasaan individu akibat penyalahgunaan kekuasaan (wewenang) dan pengaruh filsafat kapitalisme yang berlandaskan egoisme dan individualisme.
Menurut Beekun (1997) pada era Tahun 1991 banyak terjadi permasalahan ketenagakerjaan di Amerika Serikat seperti; pencurian, kebohongan, kecurangan, penipuan, dan kegiatan negatif lainnya. Lebih lanjut Beekun (1997) juga mengungkapkan baik di Amerika maupun di banyak Negara lain juga mengungkapkan merajalelanya perilaku tidak etis dalam dunia bisnis. Sebagai contoh. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 2000 perusahaan besar Amerika mengungkapkan bahwa permasalahan etis berikut sangat banyak dihadapi oleh para manajer (disusun berdasarkan urutan
(20)
prioritas yang paling sering terjadi): (1) penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, (2) pencurian oleh para pekerja, (3) konflik kepentingan, (4) permasalahan control kualitas, (5) diskriminasi perekrutan dan promosi pekerjaan, (6) penyalahgunaan hak sumber informasi, (7) penyalahgunaan anggaran keuangan perusahaan, (8) penutupan lapangan kerja dan pemecatan, (9) penyalahgunaan aset perusahaan, dan (10) polusi lingkungan. Secara internasional, nilai-nilai etika bisnis juga sangat kurang diperhatikan. Dalam sebuah survei terhadap 300 perusahaan di seluruh dunia, lebih dari 85% eksekutif senior menyatakan bahwa permasalahan etis utama yang sering mereka hadapi; konflik kepentingan antarpekerja, hadiah yang tidak semestinya diberikan, pelecehan seksual, dan pembayaran yang tidak sah (Beekun (1997).
Pelanggaran-pelanggaran etika disebutkan di atas seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional dengan mengedepankan integritas dan profesinya sehingga hasil kinerjanya benar-benar dirasakan oleh masyarakat secara adil dan transparan serta menjaga nama baik perusahaan.
Akan tetapi dengan adanya kasus yang beredar di masyarakat seperti kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2015 dan kasus-kasus yang sudah terbukti pelanggaran etika yang diungkapkan oleh Beekun di Amerika Serikat. Masyarakat dalam hal ini mulai menyaksikan komitmen karyawan terhadap kode etiknya dan juga komitmennya terhadap organisasi.
(21)
Dalam konteks ini, apakah kemudian wajar bagi seorang pengusaha Muslim untuk berperilaku etis dalam lingkungan global yang serba kompetitif ini. Dalam ajaran Islam, etika menuntun seluruh aspek kehidupan manusia. Kesuksesan tertinggi yang akan di peroleh seseorang Muslim atau falah dalam Islam adalah sama bagi setiap muslim baik saat menjalankan bisnis ataupun saat menjalankan aktivitas sehari-hari mereka. Tanpa mengkhususkan diri pada suatu situasi tertentu, Allah menggambarkan orang yang mencapai kesusksesan sebagai orang orang yang mengarahkan semua tindakannya kepada kebaikan (khayr), mendorong kepada yang benar (ma’ruf), dan melarang kepada yang salah (munkar).
Namun demikian, dalam dunia bisnis, apakah sebenarnya standar-standar tuntutan khusus yang harus diikutin sebuah perusahaan? Apakah tanggung jawab seseorang muslim terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan baik secara internal maupun eksternal? Meskipun para eksekutif tingkat atas sebuah perusahaan telah memperlihatkan perilaku etis dengan baik, bagaimana agar para manajer tingkat bawah dan menengah dapat di dorong untuk juga berperilaku secara etis? pedoman apa yang dapat digunakan sebagai tuntunan perilaku etis yang konsisten dalam dunia bisnis muslim ?
Menurut Sukrisno Agoes (2009) Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat keberadan (duniawi) melalui proses penalaran
(22)
serta mampu menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir (hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di samping adanya nilai-nilai antara, yaitu nilai-nilai yang lebih rendah (kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan duniawi).
Semua agama melalui kitab sucinya masing masing mengajarkan tentang beberapa hal pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan, (2) (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas, dan lain lain), (3) etika, tata susila, dan (4) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan.Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritual) seseorang ditentukan bukan saja kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika bisnis, kedangkalan merujuk pada etika manajemen atau etika organisasi yang secara sederhana membatasi kerangka acuannya pada konsepsi sebuah organisasi (Beekun (1997).
Keberadaan Bank Syariah di Indonesia (termasuk Bank Negara Indonesia Syari'ah) tidak akan terus berkembang secara otomatis, hanya
(23)
karena mempunyai label 'Syari'ah. Tetapi mereka perlu memperhatikan dan menanggapi perubahan-perubahan eksternal yang terus berubah secara dinamis.Kondisi ini menuntut Bank-Bank Syari'ah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan eksternal. Penerapan etika kerja Islam, budaya organisasi, dan kepemimpinan spiritual secara simultan dan konsisten terhadap sikap dan komitmen karyawan dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi, sangat penting, agar keberadaan Bank Syari'ah di Indonesia bisa berkembang pesat bersaing dengan bank-bank konvensional.
Sistem etika Islam berbeda dari sistem etika sekuler dan ajaran moral yang diyakini oleh agama-agama lain. Sepanjang rentang sejarah peradaban, model-model sekuler ini mengansumsikan ajaran moral yang bersifat sementara dan berubah-ubah karena didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini para pencetusnya, misalnya Epicurianisme atau ajaran tentang kebahagiaan demi kebahagiaan semata. Model-model ini pada umumnya membangun sebuah sistem etika yang terpisah dari agama. Pada saat yang sama, ajaran moral yang diyakini oleh sejumlah agama lain sering kali terlampau menekankan nilai-nilai yang mengabaikan keberadaan kita di dunia ini. Sebagai contoh, ajaran kristen yang terlampau menekankan kedudukan biara telah mendorong pengikutnya untuk menyingkirkan dari hiruk pikuk dan kesibukan kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, ajaran Islam yang melekat dalam sistem etika Islam menekankan hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Karena Allah maha sempurna dan maha mengetahui, kaum muslim memiliki ajaran moral yang tidak terikat waktu dan tidak dipengaruhi oleh
(24)
perilaku manusia. Ajaran etika Islam dapat diterapkan sampai kapanpun karena sang Pencipta berada lebih dekat dari urat leher manusia, dan memiliki pengetahuan yang sempurna dan abadi.
Dalam menghadapi tantangan pada pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan yang ada di dalam perusahaan, setiap karyawan harus berpegang teguh pada etika yang sudah ditetapkan oleh agamanya. Salahsatu etika yang dimaksud tersebut adalah Etika Kerja Islam. Etika kerja Islam yang bersumber dari syariah mendedikasikan kerja sebagai kebajikan. Etika kerja Islam menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagiaan dan kesempurnaan. Kerja keras merupakan kebajikan, dan mereka yang bekerja keras lebih mungkin maju dalam kehidupan, sebaliknya tidak bekerja keras merupakan sumber kegagalan dalam kehidupan (Ali (1988) dalam Syamsul Hidayat (2015). Nilai kerja dalam etika kerja Islam diungkapkan Ali (1988) lebih bersumber dari niat dari pada hasil kerja.
Etika sebagai akidah etik masyarakat dalam pedoman, patokan atau ukuran berperilaku yang tercipta melalui konsesus, atau keagamaan atau kebiasaan yang didasarkan pada nilai baik dan buruk (Mas’ud (2002) dalam Adilistiono (2010). Dewi dan Bawono (2008) dalam Ridwan (2013) membedakan etika syari’ah (etika kerja Islam) dengan sistem etika lainnya, yaitu berkaitan dengan niat, cara meraih tujuan serta sumber penentuan nilai.
Menurut Ali, dalam Edwin Zusrony (2013) yang menegaskan bahwa nilai kerja dalam etika kerja Islam lebih bersumber dari niat (accom-paying intention). Gila dan Marcic (2013) dalam Keumala Hayati dan Indra Caniago
(25)
(2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap positif terhadap pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi (Shokrkon dan Naami (2009) dalam Keumala Hayati dan Indra Caniago (2012). Karena itu, lebih mungkin bahwa orang-orang yang percaya pada Islam dan mempraktekkanya cenderung lebih berkomitmen untuk organisasi mereka dan mungkin lebih puas dengan pekerjaan mereka (Yousef (2001) dalam Keumala Hayati dan Indra Caniago (2012). Karakter menunjukkan personalitas seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya yang Islami.
Komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan terhadap organisasi dan proses yang berkelanjutan, dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi, keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan. Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.
Selanjutnya, studi Ostroff (1992) dalam Syamsul Hidayat (2015) menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai faktor penentu/determinan motivasi dan kinerja organisasi. Asumsi Ostroff (1992) berdasarkan pada kerja teoritisi organisasi, bahwa pegawai yang puas, berkomitmen dan memiliki motivasi dan penyesuaian yang baik akan lebih
(26)
mampu bekerja sesuai tujuan organisasi dan memberikan pelayanan sepenuhnya bagi organisasi.
Pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi sudah banyak diteliti secara empiris pada karyawan perbankkan, PNS dan guru (Edwin Zusrony, 2013; Keumala Hayati dan Indra Carniago, 2012; Adilistiono, 2010; Anisya Aditya, 2013; Rokhman dan Omar, 2008; dan Yousef, 2001), komitmen organisasi dapat dialami oleh karyawan pada sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB serta PNS. Pada dasarnya, ketika seseorang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, sikap dan perilaku seseorang akan cenderung konsisten dengan aturan dan ketentuan agama (Rahman, et al. (2006) dalam Keumala Hayati dan Indra Carniago, (2012). Kepuasan kerja adalah sikap emosional karyawan yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan. (1984) dalam Edwin Zusrony (2013). Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Konstruksi dari sikap menyenangkan dan komitmen organisasi memusatkan perhatian pada kesetiaan karyawan terhadap organisasi. Ini merupakan kondisi psikologi atau orientasi karyawan terhadap organisasi di mana karyawan bersedia mengeluarkan energi ekstra demi kepentingan perusahaan.
Peran etika kerja Islam patut mendapatkan perhatian khusus karena memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dan komitmen dalam berorganisasi. Karena dengan adanya sebuah etika kerja yang dilandasi
(27)
dengan dasar-dasar keIslaman, dimana bekerja adalah bagian dari ibadah, maka setiap pekerjaan akan dapat dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab.
Anisya Aditya (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi PNS pada Dinas Pendidikan dan Kesehatan Kota Malang. Penelitian serupa menarik untuk dilakukan pada karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Ditambah lagi, penelitian tentang etika kerja Islami dengan variabel intervening Kepuasan Kerja juga belum banyak dilakukan di perbankkan syariah. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian hubungan etika kerja Islami dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta.
B. Permasalahan Penelitian
Seluruh karyawan perusahaan kadang harus terkena getahnya saat seseorang dalam perusahaan melakukan kesalahan. Bahkan jika mereka tidak melakukan perbuatan melanggar hukum dan etika seperti mencuri, menggelapkan dana perusahaan, menipu pihak lain, orang masih akan melakukan kesalahan-kesalahan yang sama baik secara disengaja atau tidak. Etika kerja merupakan sistem nilai yang dianut secara perorangan yang termasuk etika hubungan antar Karyawan dan perusahaan. Karyawan yang merasa nyaman dan terjauhkan dari berbagai macam ancaman buruk bagi dirinya di lingkungan kerja akan mendorong karyawan untuk bekerja secara profesional dan merasa puas terhadap pekerjaanya. Karyawan yang puas
(28)
dengan kenyaman yang tercipta dalam lingkungannya akan terdorong untuk memaksimalkan energinya dan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai target-target perusahaan tersebut dan menganggap dirinya sebagai bagian dalam menentukan arah perkembangan perusahaan yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi? 2. Apakah kepuasan kerja memoderasi pengaruh etika kerja Islam terhadap
komitmen organisasi? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang:
1. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji hubungan antara etika kerja Islam dengan komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta;
2. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji kepuasan kerja memediasi hubungan antara etika kerja Islam dengan komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi karyawan, dapat membantu untuk mengenali dan peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan etika kerja Islam;
(29)
2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pengembangan teori terutama dalam berkaitan Manajemen Sumber Daya Manusia;
3. Memberikan kontribusi praktis bagi lembaga guna kesuksesan perencanaan dan implementasi komitmen organisasi melalui penciptaan suatu etika kerja yang baik terutama etika kerja Islam.
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. Etika Kerja
Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari Yunani, yaitu ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin dan kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan (M.Yatimin Abdullah 2006).
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) ilmu etika ini juga telah disebut-sebut sejak zaman Sokrates (399:470 SM). Ia berpendapat bahwa etika membahas baik-buruk, benar-salah dalam tingkah laku, tindakan manusia, dan menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat dan bertindak. Pengertian etika juga dapat diartikan dengan membedakan tiga arti dari penjelasan etika, yaitu:
a. Etika membahas ilmu yang mempersoalkan tentang perbuatan-perbuatan manusia mulai dari yang terbaik sampai yang terburuk dan pelanggaran-pelanggaran hak dan kewajiban.
b. Etika membahas masalah-masalah nilai tingkah laku manusia mulai dari tidur, kegiatan siang hari, istirahat, sampai tidur kembali, dimulai dari bayi hingga dewasa, tua renta dan sampai wafat.
(31)
c. Etika membahas adat istiadat suatu tempat, mengenai benar-salah kebiasaan yang dianut suatu golongan atau masyarakat baik masyarakat primitive, pedesaan, perkotaan hingga masyarakat modern.
K. Bertens (2013) merumuskan tiga arti tentang etika. Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti: nilai nilai dan moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dala mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Dan Ketiga, yaitu tentang ilmu yang baik atau yang buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila keyakinan-keyakinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi kritis bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika sebagai ilmu dapat membantu juga untuk menyusun kode etik. Etika
dalam arti ketiga ini sering disebut “filsafat moral”.
Moral sudah kita lihat bahwa etimologinya sama dengan etika, sekalipun bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata moral, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai nomina (kata benda) atau sebagai abjektiva (kata sifat). Jika kata moral dipakai sebagai
kata sifat artinya sama dengan “etis” dan jika dipakai sebagai kata benda artinya sama dengan “etika” menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kita mengatakan, misalnya, bahwa
(32)
perbuatan seseorang tidak bermoral. Dengan itu dimaksud, kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau kita mengatakan bahwa kelompok pemakai narkotika mempunyai moral yang bejat, artinya; mereka berpegang pada nilai dan norma yang tidak baik.
Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Menurut Luthans (2006) menyatakan etika meliputi persoalan moral dan pilihan dan berhubungan dengan perilaku yang benar dan salah. Meskipun selama ini etika kurang mendapat perhatian, mulai dari kegagalan Enron dan segera diikuti oleh kasus profil tinggi lainnya-eksekutif berkedudukan tinggi ditahan dan dituduh merampok perusahaan, perusahaan akuntan umum dinyatakan bersalah karena beberapa gangguan, pengusaha selebriti seperti Martha Stewart diinvestigasi untuk praktik bisnis illegal, dan masih banyak lagi. Etika telah mengambil posisi penting. Setelah Enron, menjadi era penurunan etika perusahaan. Studi etika menjadi kritis bagi pendidikan bisnis secara umum dan perilaku organsasi secara khusus. Seperti baru-baru ini dikatakan oleh dekan Kellogg School of Management di Northwestern, “Kami menghadapi realita baru, dan karena itu kami perlu bidang pengetahuan baru.
(33)
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan etika merupakan suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jelek dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran. Apa yang berhubungan dengan keutamaan etika tidak cukup dengan diketahui, bahkan harus ditambah dengan melatih dan mengerjakannya, mencari jalan lain untuk menjadikan orang-orang yang utama dan baik.
Adapun kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya: kegiatan melakukan sesuatu. El-Qussy, seorang pakar ilmu jiwa berkebangsaan Mesir menerangkan bahwa kegiatan atau perbuatan manusia ada dua jenis, pertama perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan mental dan kedua, tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan yakni untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan jenis kedua, adalah gerakan random (random movement) atau gerakan reflek yang terjadi tanpa dorongan kehendak atau proses pemikiran. Kerja yang dimaksud disini tentu saja kerja yang merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan. Pengertian kerja biasanya terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik bersifat materi atau non materi.
Mochtar Buchori, dalam Alwiyah Jamil (2007) etos kerja dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja,
(34)
ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, atau kelompok manusia atau suatu bangsa.
2. Etika Kerja Islam
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan Etika bangsa Arab sebelum masuknya Islam sangat buruk dan jelek. Para lelakinya suka berzina, berjudi, mengadu ayam, menganiaya, dan mabuk-mabukan. Etika bangsa Arab pada saat itu sangat menjijikan. Anak perempuan yang baru lahir harus dibunuh atau diberikan kepada orang lain atau dijual. Mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri.
Setelah datangnya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw. Yang mengajak supaya orang-orang percaya kepada Allah dari segala sumber yang ada di alam. Nabi Muhammad datang untuk menjalankan perintah Allah. Mengajak bangsa Aran untuk menyembah Allah. Namun pada mulanya bangsa Arab tidak begitu saja bisa menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tersebut. Ia mulai mencemoohkan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah. Etika bangsa Arab pada waktu itu terhadap Nabi sangat keji. Ada yang melemparkan dengan kotoran unta, meludahi, mencaci, menghina dan segala bentuk keburukan. Namun Nabi tidak putus asa.
Menurut Ahmad Amin (1997) menyatakan Ajaran Nabi Muhammad Saw pada awalnya diterapkan pada kehidupan keluarga setelah itu kaum kerabatnya kemudian banyak yang menentang, akan
(35)
tetapi banyak pula yang menerima. Akhirnya ajaran Nabi dapat juga diterima oleh bangsa Arab.
Setelah kelahiran Islam, para pengikutnya mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup seorang Muslim ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat. Juga mencari keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun kehidupan masa yang akan datang, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunnah rasul Nya, membawa konsekuensi logis sebagai standar pedoman utama bagi setiap etika baik. Ia memberi sanksi terhadap etika dalam kecintaan dan ketakutannya kepada Allah tanpa perasaan adanya tekanan tekanan dari luar.
b. Keyakinan adanya hari akhir, mendorong manusia untuk berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik-baiknya dengan pengabdian setulus-tulusnya kepada Allah.
c. Keyakinan bahwa etika yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran dan jiwa Islam, berasaskan Alquran dan Hadis, dapat diinterprestasikan oleh ulama mujtahid dan diakui kebenaran dan kebaikannya.
d. Keyakinan bahwa etika Islam meliputi segala segi hidup dan kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam bukan hanya mengajarkan etika, tetapi
(36)
menegakkannya dengan janji dan sanksi Ilahi yang Maha adil. Tuntutan etika Islam sesuai dengan hati nurani yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci sifat-sifat buruk.
Etika Islam berlandaskan Alquran dan Hadis. Ilmunya disebut ilmu etika, yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tentang etika manusia berdasarkan pada Alquran dan Hadis. Etika Islam merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna. Menuntut umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua itu terkandung dalam firman Allah dan Sunah Rasul. Yaitu, sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam, hukum-hukum Islam yang mengandung pengetahuan akidah, pokok-pokok etika dan kemuliaan manusia. Allah berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) etika yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat (QS. Shad [38] :46).
Perhatikanlah bagaiman Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (QS.Al-Isra [17] :21). Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan (QS.Al-Isra [17] :70 ).
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS.Al-Isra [17] : 9 ).
Allah menjadikan kebaikan dunia tergantung etika manusia. Jika manusia mengutamakan keadilan, kebenaran, kejujuran, maka dunia ini
(37)
dapat mendatangkan sejahtera. Jika manusia menjadikan kerusakan dunia karena sebaliknya, kehancuranlah yang mereka terima. Tujuan yang tertinggi dari etika manusia adalah mendapatkan ridha Allah Swt. Oleh karena itu, setiap manusia wajib berbuat kebajikan, yaitu beretika mulia.
Ahli pikir terkemuka yang giat menyuarakan etika dan mengajak manusia untuk melakukan kebaikan-kebaikan, juga membuat berbagai teori etika adalah sebagai berikut:
1) Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub (Ibnu Maskawaih 170-241 H) Ibnu Maskawaih semula beragama Majusi. Ia menampilkan tinjauan etika, sumber-sumber pemikiranya bercorak Islam dan bahan-bahan filsafat Yunani. Ia terkenal ilmu yang diamalkan. Uraian mengenai etika Ibnu Maskawaih dituangkan dalam bukunya Tahdzibul Akhlak. Uraian yang ditonjolkan adalah jiwa manusia mempunyai tiga tingkatan yaitu:
a. Annafsul bahimiyah (nafsu binatang buas), yang buruk; b. Annafasul saburayah (nafsu binatang melata), yang sedang:
c. Annafasul nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik menurut anggapanya.
Etika buruk dari jiwa manusia mempunyai kelakuan pengecut, sombong, dan penipu. Sifat dari jiwa yang cerdas mempunyai sifat yang adil, berani, pemurah, benar, sabar, tawakal, dan kerja keras. Kebajikan
(38)
bagi suatu makhluk hidup dan berkemampuan ialah apa apa yang dapat mencapai tujuan dan kesempurnaan wujudnya.
Menurutnya Ibnu Maskawaih, di antara manusia ada yang baik dari asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan, meski bagaimanapun juga, karena sesuatu yang memang dari asal takkan berubah. Golongan ini merupakan minoritas. Golongan jahat dari asalnya adalah mayoritas. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kebajikan.
Ibnu Maskawih menerangkan bahwa kebajikan ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.Kebajikan hanya diperuntungkan bagi setiap individu. Kebajikan mempunyai bentuk tertentu. Perasaan beruntung bersifat relatife dapat berubah sifat dan bentuknya menurut perasaan orang yang hendak mencapainya. Demikianlah pandangan Ibnu Maskawaih tentang etika manusia.
2) Ikhwanussafa (922 -1012 M )
Ikhwanussafa ialah ahli pikir abad kesepuluh masehi di Bashrah. Ia mengadakan diskusi rahasia dalam masalah-masalah filsafat umat Islam pada masa itu yang banyak dikacaukan oleh alam pikiran yang datang dari luar Islam. Ia menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Bahwa syariat Islam yang suci, pada zaman mereka telah dimasuki oleh kejahilan, dan kekeliruan orang-orang Islam;
(39)
b. Kecenderungan kepada sikap zuhud dan kerohanian;
c. Manusia menjadi baik bila bertindak sesuai dengan tabiat aslinya, yakni perbuatan yang terbit dari renungan akal dan pikiran;
d. Perasaan cinta adalah budi pekerti yang paling luhur terutama cinta kepada Allah Swt. Perasaan cinta dalam penghidupan di dunia adalah bentuk harga menghargai dan toleransi;
e. Jasad manusia adalah kejadian yang rendah dan hakikat manusia adalah jiwanya, walaupun demikian, manusia juga perlu memerhatikan jasadnya agar dapat memperoleh kemajuan.
3) Imam al-Ghazali (1058-1111 M)
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (1058-1111 M) dengan kitabnya yang mansyur Ihya Ulumuddin.Ia menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia secara jelas. Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Etika berarti bentuk jiwa dan sifat yang buruk kepada sifat-sifat yang baik sebagaimana perangai ulama, syuhada, shiddiqin, dan nabi-nabi.
b. Etika yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga kekuatan dalam diri manusia, yaitu kekuatan berpikir, kekuatan hawa nafsu, dan kekuatan amarah. Etika yang baik acapkali menentang apa yang digemari manusia.
(40)
c. Etika itu jalan kebiasaan jiwa yang tetap terdapat dalam diri manusia yang dengan mudah dan tidak perlu berpikir menumbuhkan perbuatan-perbuatan dan tingkah laku manusia .apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakanlah etika yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji, dinamakan etika yang buruk.
d. Tingkah laku seseorang itu adalah lukisan hatinya.
e. Kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima sesuatu pembentukan, tetapi lebih condong kepada kebajikan dibandingkan kejahatan.
f. Jiwa itu dapat dilatih, dikuasai, diubah kepada etika yang mulia dan terpuji. Tiap sifat tumbuh dari hati manusia memancarkan akibatnya kepada anggota tubuhnya.
4) Ibnu Bayah (880-975 M)
Ahli pikir Islam ini lahir di Sarogosa (Spanyol) sebagai filosof Islam pertama di Dunia Barat (Andalusia). Macam-macam ilmu pengetahuan yng dikuasainya, khusus dalam masalah etika, ia menjelaskan pokok-pokok pikirannya secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Faktor rohanilah yang menggerakkan manusia melakukan perbuatan baik-buruk;
b. Etika manusia ada yang sama dengan hewan, mislanya sifat beraninya macan, sombongnya burung merak, sifat rakus, malu
(41)
dan patuh dari berbagai binatang. Manusia yang tidak mengindahkan sifat kesempurnaan (akalnya) berarti hanya mencakupkan dirinya pada sifat-sifat hewani saja dan keutamaannya menjadi hilang.
Menurut Toto Tasmara (2002) memberikan rincian bahwa umat Islam ini mempunyai 25 ciri etos kerja muslim yang mendukung umat Islam bisa survive dalam kehidupannya. Etos kerja tersebut ialah kecanduan terhadap waktu, memiliki moralitas yang bersih (ikhlas), kecanduan kejujuran, memiliki komitmen tinggi, istiqamah atau kuat pendirian, mereka kecanduan disiplin, konsekuen dan berani menghadapi tantangan, memiliki sikap percaya diri, kreatif, bertanggung jawab, bahagia karna melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan (leadership), beroreantasi masa depan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding, keinginan untuk mandiri, mereka kecanduan belajar dan ingin mencari ilmu, memiliki semangat perantau, memperhatikan kesehatan dan gizi, tangguh dan pantang menyerah, berorientasi pada produktifitas, memperkaya jaringan silaturahmi, dan mereka memiliki semangat perubahan (spirit of change).
Dalam Islam, sumber tata nilainya adalah satu, yaitu Allah Swt. Dia yang menciptakan manusia dan alam, dan dia juga yang memberikan petunjuk kepada kita bagaimana sebaiknya menjalani hidup yang bersifat nyata dan gaib ini agar kita selamat dunia dan akhirat. Prinsip yang harus diakui bersama terlebih dahulu adalah keyakinan bahwa ada Tuhan dan
(42)
keyakinan pada hal-hal yang gaib yang mungkin tidak akan kita ketahui jawabannya dengan menggunakan metode ilmiah yang sudah kita bentuk dengan standar keterbatasan pada indra kita. Kita harus yakin bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt menurunkan Rasul dan kitab suci sebagai pedoman dan teladan, serta membuktikan bahwa konsep ilahi itu dapat diterapkan tidak hanya impian. Oleh karena itu, sesuai hadis Nabi, ada dua pegangan yang jika diterapkan, maka manusia akan selamat dunia akhirat, yaitu Alquran dan Sunah atau Hadis.
Menurut Beekun (1997) Islam memiliki enam aksiomadari filsafat etika Islam.
a. Tauhid, unity (kesatuan, keutuhan)
Konsep tauhid yang berarti semua aspek dalam hidup dan mati adalah satu baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun agama adalah berasal dari satu sistem nilai yang saling terintegrasi, terkait, dan konsisten. Tauhid hanya cukup dianggap sebagai keyakinan Tuhan hanya satu. Tauhid adalah sistem yang harus dijalankan dalam mengelola kehidupan ini.
b. Adil, ekuilibrium (keseimbangan, harmoni)
Semua aspek kehidupan harus seimbang agar dapat menghasilkan keteraturan dan keamanan sosial sehingga kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti melahirkan harmoni dan keseimbangan.
(43)
c. Freewill (kebebasan )
Manusia diangkat sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah di bumi untuk memakmurkannya. Manusia dipersilakan dan mampu berbuat sesuka hatinya tanpa paksaan, Tuhan memberikan koridor yang boleh dan yang tidak boleh. Aturan itu dimaksudkan untuk kemaslahatan manusia. Allah menutunkan Rasul-Nyauntuk memberikan peringatan dan kabar gembira. Pelanggaran terhadap aturan Allah akan dimintai pertanggungjawaban.
d. Responsibility (pertanggungjawaban)
Karena kebebasan yang diberikan di atas, manusia harus memberikan pertanggung jawabannya nanti dihadapan Allah atas segala keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
e. Ihsan, benevolence (kemanfaatan )
Semua keputusan dan tindakan harus menguntungkan manusiabaik di dunia dan akhirat; selain hal itu seharusnya tidak dilakukan. Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan makhluk kain seperti binatang, tumbuhan dan alam.
Lebih jauh Beekun menjelaskan beberapa parameter sistem etika Islam adalah sebagai berikut :
a. Setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada niat. Niat, tindakan, dan hasil harus halal; niat yang baik, tetapi tindakanny aharam tidak berarti halal;
(44)
b. Setiap tindakan baik adalah ibadah;
c. Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang, tetapi tidak boleh mengorbankan akuntabilitas dan keadilan;
d. Islam mewajibkan setiap orang hanya tunduk kepada Allah, bukan kepada yang lain;
e. Pilihan, keputusan yang benar tidak ditentukan oleh jumlah suara, tetapi ditentukan oleh syariat;
f. Islam adalah sistem yang terbuka pada etika, tidak berorientasi pribadi, tidak egois;
g. Kebenaran secara simultan diperoleh dari membaca Alquran dan hukum alam;
h. Islam menyuburkan proses pembersihan terus-menerus (tazkiyah) secara partisipatif.
Menurut Triyuwono (2000) bahwa tujuan organisasi menurut Islam adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan secara normatif berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Tujuan itu, pada hakekatnya bersifat transendental karena tujuan itu tidaknya terbatas pada kehidupan dunia, tetapi pada kehidupan sesudah dunia ini (akhirat). Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, tujuan itu dapat diterjemahkan dalam tujuan- tujuan yang lebih praktis, sejauh terjemahan itu masih terinspirasi dari dan meliput nilai-nilai tujuan utama. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan peraturan etik untuk memastikan
(45)
bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan utama maupun tujuan operatif adalah di jalan yang benar.
Diungkapkan juga oleh Triyuwono (2000) bahwa etika itu terekpresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an. Hadist, Ijma, dan Qiyas. Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Didasarkan pada sifat keadilan, etika syariah, bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber serangkaian kriteria-kriteria untuk membedakan mana yang benar (haq) dan yang buruk (batil). Dengan menggunakan syariah, bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Allah SWT tetapi juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang didalamnya mencakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan kesejahteraan bagi semua umat.
Menurut Triyuwono (2000) Syariah pada hakekatnya mempunyai dimensi batin (inner deimension) dan dimensi luar (outer dimension). Dimensi luar tersebut bukan hanya meliputi prinsip moral Islam secara universal, tetapi juga berisi tentang misalnya; bagaimana individu harus bersikap dalam hidupnya, bagaimana seharusnya beribadah. Dengan demikian konsep etika kerja Islam bersumber dari syari’ah
Afzallurahman (1995) dalam Adilistiono (2010) mengungkapkan bahwa banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya kerja. Bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang
(46)
diusaha-kannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) (QS. An-Najm: 39-40). Dengan jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu dari alam adalah dengan bekerja keras. Kemajuan dan keberhasilan manusia di muka bumi ini tergantung pada usahanya.
Ali (1998) dalam Adilistiono (2010) juga menyatakan kerja keras dipandang sebagai sebuah kebaikan, dan mereka yang bekerja dengan keras lebih mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidupnya. Sebaliknya tidak bekerja keras dipandang sebagai penyebab kegagalan hidup. Prinsip ini lebih lanjutdijellaskan dalam ayat-ayat sebagai berikut: Bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan (QS. An-Nisa:32). Alam tidak mengenal pemisahan manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara yang hitam dan putih, bahkan antara muslim dan non muslim, masing-masing dari mereka diberi balasan atas apa yang dikerjakannya. Barang siapa bekerja keras ia akan mendapatkan balasannya. Prinsip ini berlaku untuk semua orang dan semua bangsa. Allah sekali-sekali tidak akan merubah nikmat yang telah dianugrahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal:53). Pandangan etika kerja Islam mendedikasikan diri pada kerja sebagai suatu kebajikan (Ali (1998) dalam Adilistiono (2010).
(47)
Menurut Muhammad (2002) dalam Arifin Lubis (2005) ada tiga dimensi etika kerja Islam sesuai dengan pengertian dari Surat Al Baqarah ayat 282 yang merupakan prinsip dasar akuntansi menurut Islam.
a. Pertanggung jawaban
Pertanggung jawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah, persoalan amanah merupakan hasil transaksi dengan Allah SWT mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi yang dibebani amanah untuk menjalankan fungsi-fungsi khalifahnya.Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
b. Keadilan
Keadilan disini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bsnis, tetapi juga merupakan nilai yang melekat pada fitrah mansia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya.
c. Kebenaran
Kebenaran dalam Al-Qur’an tidak dapat dicampuradukan dengan kebatilan. Sebab Al-Qur’an telah menggariskan bahwa ukuran, alat atau instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu tetapi untuk mencapai maslahah.
(48)
Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional, terdapat empat aspek yang membedakan antara keduanya yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.1: Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional Etika Islam Etika Konvesional Asas
Pembentukan
Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama, manakala akal, naluri dan pengalaman manusia sebagai sumber sekunder.
Akal, naluri dan pengalaman manusia sebagai sumber utama.
Komponen Nilai Meliputi nilai duniawi dan ukhrawi, nilai rohani dan jasmani, nilai dalaman dan luaran
Menekankan nilai duniawi, jasmani dan luaran.
Menepati semangat tauhid, keperluan rohani dan jasmani manusia, tuntutan kerjaya dan realiti semasa.
Hanya memenuhi keperluan jasmani manusia, tuntutan kerjaya dan realiti semasa. Nilai-nilai relatif yang
sentiasa selari dengan nilai-nilai universal.
Nilai-nilai relatif yang kadang kala selari atau bertentangan dengan nilai-nilai universal.
Sumber: Data diolah 2016 3. Kepuasan Kerja
Robbins dan Judge (2008) mendifinisikan kepuasan kerja adalah sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakterisriknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memeilki perasaan-perasaan yang negatife tentang pekerjaan tersebut.
Locke, dalam Luthans (2006) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif dan evaluative dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari presepsi
(49)
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian perilaku keorganisasian dan literature manajemen.
Menurut Anwar (2013) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Wekley dan Yuki (1977) dalam Anwar (2013) mendefinisikan kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Luthans (2006) meskipun analisis teoritis mengkritik kepuasan kerja, konsepnya dianggap terlalu dangkal. Terdapat tiga dimensi yang diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Dengan demikian, kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga.
Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya, jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja terlalu keras daripada yang lain dalam departemen, tetapi menerima penghargaan lebih sedikit, maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan, pimpinan, dan atau rekan kerja mereka. Mereka tidak puas. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar dengan pantas, maka mereka mungkin akan meiliki sikap positif terhadap
(50)
pekerjaan mereka. Mereka merasa puas. Ketiga, kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan.
Selama bertahun-tahun, lima dimensi pekerjaan telah teridentifikasi untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting di mana karyawan memiliki respon afektif. Kelima dimensi tersebut adalah:
a. Pekerjaan itu sendiri: Dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab.
b. Gaji: Sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi.
c. Kesempatan promosi: Kesempatan untuk maju dalam organisasi; d. Pengawasan: Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis
dan dukungan perilaku.
e. Rekan kerja: Tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial.
Meskipun sejak dulu kelima dimensi tersebut dirumuskan dan digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, meta analisis terbaru memperkuat validitas konstruksi mereka.
4. Komitmen Organisasi
Menurut Robbin dan Judge (2008) mendifinisikan Komitmen organisasional (organizational commitment) adalah sebagai suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan
(51)
dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.
Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Diungkapkan juga oleh Baron dan Greenberg (2000) dalam Edwin Zusrony (2013) komitmen organisasi dapat didefinisi sebagai kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan untuk bekerja keras, dan memelihara keanggotaanya dalam organisasi yang bersangkutan.
Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
(52)
Beberapa pendapat mengenai komitmen organisasi adalah sebagai berikut:
1. Jenis Komitmen Mayer dan Allen
Menurut Meyer dan Allen, dalam Luthans (2006) bahwa Komitmen orgnisasi bersifat muultidimensi, maka terdapat perkembangan dukungan untuk tiga model komponen yang diajukan oleh Meyer dan Allen. Ketiga dimensi tersebut adalah:
a. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi.
b. Komitmen Kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.
c. Komitmen normative adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu, tindakan tersebut merupakan hal yang benar yang harus dilakukan.
Allen dan Meyer berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar yang berbeda. Pegawai dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Sementara itu pegawai dengan komponen normative tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki komponen normatif
(53)
yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus melakukannya. Setiap pegawai memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar affective memiliki tingkah laku berbeda denganpegawai yang berdasarkan normative. Pegawai yang ingin menjadi anggotaakan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akanmenghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal.
Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normative menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
2. Jenis komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Richard M. Steers
Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers, lebih dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.Sikap mencakup:
a. Identifikasi dengan organisasi
Yaitu penerimaan tujuan penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi.
(54)
Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
Identifikasi, yang mewujuddalam bentuk kepercayaan pegawai terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebutakan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek (1994) dalam Alwiyah Jamil (2007).
b. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut.
Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan padanya. Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkab mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman
(55)
kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan pegawai adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yangdapat menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.
Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan (Sutarto (1989) dalam Alwiyah Jamil (2007).
Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran mereka yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula (Richard M. Steer (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007). Mereka hanya absen jika mereka sakit hingga benar benar tidak dapat masuk kerja. Jadi, tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pegawai yang keterlibatannya lebih rendah.
Beynon, dalam Alwiyah Jamil (2007) menyatakan bahwa partisipasi akan meningkat apabila mereka menghadapi suatu situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama, dan salah satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah kebutuhan serta kepentingan pribadi yang ingin dicapai oleh
(56)
pegawai dalam organisasi. Apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi hingga pegawai memperoleh kepuasan kerja, maka pegawaipun akan menyadari pentingnya memiliki kesediaan untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi. Sebab hanya dengan pencapaian kepentingan organisasilah, kepentingan merekapun akan lebih terpuaskan. c. Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi
Merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai.
Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi. Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto (1987). Kesediaan pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pegawai terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.
(57)
B. Kerangka Konsep dan Pengembangan Hipotesis 1. Etika Kerja Islam dan Komitmen Organisasi
Menurut Triyuwono (2000) bahwa tujuan organisasi menurut Islam adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan secara normatif berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Dengan adanya etika kerja Islam dan karyawan akan sangat mungkin untuk bekerja secara profesional, ikhlas dan tanggung jawab atas pekerjaannya. Dan hal itu akan berdampak semakin meningkatnya rasa memiliki dan mengakui dirinya sebagai bagian dari perusahaan dimana ia bekerja. Ini merupakan kondisi psikologi atau orientasi karyawan terhadap organisasi di mana karyawan bersedia mengeluarkan energi ekstra demi kepentingan perusahaan
Hasil penelitian Adilistiono (2010), Yousef (2001), Rokhman dan Omar (2008) dan Keumala Hayati dan Indra Carniago (2012) serta Edin Zusrony (2013) pada karyawan perbankkan menunjukan bahwa etika kerja Islam mempunyai hubungan positif terhadap komitmen organisasi. Peneltian ini juga didukung oleh penelitian Anisya Aditya (2013) yang
(58)
menunjukan bahwa terdapat pengaruh Etika Kerja Islam terhadap komitmen organisasi PNS pada Dinas Pendidikan dan Kesehatan kota Malang.
Dalam kehidupan berorganisasi dituntut adanya komitmen dari anggota-anggotanya. Islam mengatakan bahwa dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia akan diminta pertanggung jawaban baik di dunia maupun di akhirat.
H1: Etika kerja Islam mempunyai pengaruh positif terhadap komitmen organisasi
2. Etika Kerja Islam terhadap Komitmen Organisasi melalui Kepuasan Kerja
Etika kerja Islam menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagian dan kesempurnaan. Kerja keras merupakan kebajikan, dan mereka yang bekerja keras lebih mungkin maju dalam kehidupan sebaliknya tidak bekerja keras merupakan sumber kegagalan dalam kehidupan (Ali (1998) dalam Adilistiono (2010). Lebih jauh dikatakan bahwa nilai kerja dalam etika kerja Islam lebih bersumber dari niat (accompanying intentions) dari pada hasil kerja (result of work).Dia menegaskan bahwa keadilan dan kebaikan di tempat kerja merupakan keharusan guna kesejahteraan masyarakat dan tidak seorangpun tertunda upah mereka. Disamping kerja keras serta konsisten sesuai dengan tanggung jawabnya, kompetisi didorong dalam rangka untuk memperbaiki kualitas kerja. Wekley dan Yuki (1977) dalam Anwar (2013) mendefinisikan kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya
(59)
atau pekerjaannya. Keadilan dan transparansi sebuah pekerjaan juga merupakan hal yang penting bagi seorang muslim, karena akan memberikan pandangan bahwa tak ada perbedaan dan kelas sosial bagi mereka.
Seorang muslim juga harus dapat memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidaksesuaian yang akan ditimbulkan. Prestasi yang dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukan serta memberikan manfaat bagi orang lain, dan adanya rasa keadilan yang dirasakan, dapat menimbulkan rasa kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Robbin dan Judge (2008) dalam Edwin Zusrony (2013) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Pekerjaan menuntut adanya interaksi dengan sesama rekan kerja, atasan, peraturan, serta kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukan sikap positif terhadadap kerjanya, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaannya. Kondisi kepuasan kerja yang tinggi dapat memacu produktifitas kerja karyawan, sehingga loyalitas dan komitmen karyawan terhadap perusahaan (organizational commitment) dalam dapat terjaga.
Organizational commitment dapat diidefinisikan sebagai kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi,
(60)
kemauan untuk bekerja keras, dan memelihara keanggotannya dalam organisasi yang bersangkutan (Baron dan Greenberg (2000) dalam Edwin Zusrony (2013). Komitmen yang baik dalam berorganisasi seorang karyawan dapat ditunjukkan dengan lebih produktif dalam bekerja, dimana indikatornya dapat dilihat dari kepuasan kerja yang dicapai. Kesuksesan dan keberhasilan pekerjaan tergantung pada kerja keras dan komitmen seseorang terhadap pekerjaannya. Komitmen terhadap pekerjaan juga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
Hasil penelitian Rokhman (2010); dan Edwin Zusrony (2013) menunjukkan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Dengan demikian, karyawan yang merasa nyaman atas keberadaan etika kerja Islam berdampak pada kepuasan kerja dan semakin meningkat untuk berpartisipasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi (Gunlu et al., (2009). Kepuasan kerja juga mempengaruhi kinerja karyawan (Ahmad et al., (2010).
Islam memerintahkan kita untuk menyampaikan amanah (kepercayaan) yang diberikan oleh orang lain agar kita menjaganya dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT.
H2: Kepuasan Kerja memediasi pengaruh positif Etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi.
(61)
C. MODEL PENELITIAN
Dari telaah teoritis yang mengembangkan hipotesis di muka maka model penelitian yang menggambarkan hipotesa adalah di tunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1: Model penelitian Hubungan Etika Kerja Islam terhadap Komitmen Organisasi melalui Kepuasan Kerja
Komitmen Organisasi Etika Kerja
Islam
(62)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta sebagai salah satu bank syariah di Kota Yogyakarta. Alamat: Jl. Kusumanegara No.112 Umbulharjo Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta sejumlah 55 karyawan.
B. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian dengan data primer yang diambil langsung dari responden.
C. Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive dengan kriteria bahwa sampel yang diambil hanya karyawan di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta yang sudah bekerja minimal satu tahun.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden maupun dengan wawancara secara langsung.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
(63)
1. Etika Kerja Islam
Etika Kerja Islam dalam penelitian ini didefinisikan oleh Triyuwono (2000) bahwa etika itu terekpresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an. Hadist, Ijma, dan Qiyas. Etika Kerja Islam menggunakan dimensi Kebenaran, Keadilan dan Pertanggungjawaban. Instrument etika Kerja Islam yang diadopsi dari Muhammad (2002) dalam Arifin Lubis (2005) terdiri dari 17 item pertanyaan dengan 5 poin skala likert. Responden diminta memilih alternatif jawaban dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju sekali). Dan untuk pertanyaan positif dan negatif akan dibedakan nilainya.
Tabel.3.1: Dimensi Etika Kerja Islam
No Dimensi N
o
Kuesioner Nilai
1. Pertanggung jawaban
1. Kemalasan adalah buruk.(-) 1 2 3 4 5 2. Dedikasi terhadap pekerjaan adalah
baik.(+)
1 2 3 4 5 3. Bekerja dengan baik bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.(+)
1 2 3 4 5 4. Seseorang harus melaksanakan
pekerjaan dengan kemampuan yang terbaik. (+)
1 2 3 4 5
5. Lebih banyak waktu luang (untuk waktu santai-santai) adalah tidak baik. (-)
1 2 3 4 5
6 Bekerja memungkinkan seseorang mengendalikan keadaan hidup.(+)
1 2 3 4 5 7. Seseorang yang sukses adalah orang
yang dapat memenuhi target di dalam tanggungjawabnya.(+)
1 2 3 4 5
8. Seseorang seharusnya terus bekerja keras untuk memenuhi tanggungjawab.(+)
1 2 3 4 5
9 Hidup tidak berarti tanpa bekerja.(+) 1 2 3 4 5 10
.
Kreatifitas kerja merupakan sumber kebahagiaan dan keberhasilan.(+)
1 2 3 4 5
2. Kebenaran 1. Bekerja bukan merupakan tujuan, tetapi bekerja merupakan sarana
(64)
untuk pengembangan pribadi dan hubungans sosial.(+)
2. Siapa saja yang bekerja akan lebih dapat mencapai kemajuan dalam kebenaran.(+)
1 2 3 4 5
3. Bekerja memberikan kesempatan untuk mandiri.(+)
1 2 3 4 5 4. Nilai kerja lebih ditentukan oleh
niatnya dari pada oleh hasil kerjanya.(+)
1 2 3 4 5
3. Keadilan 1. Keadilan dan kenyamanan di tempat kerja merupakan kondisi penting bagi kesejahteraan karyawan. (+)
1 2 3 4 5
2. Menghasilkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan memberikan kemakmuran bagi karyawan secara keseluruhan.(+)
1 2 3 4 5
3. Hubungan manusia dalam organisasi harus mendapatkan perhatian yang besar. (+)
1 2 3 4 5
Sumber: Data diolah 2016 2. Kepusan Kerja
Tabel.3.2: Dimensi Kepuasan Kerja
No Dimensi No Kuesioner Nilai
1. Pekerjaan 1. Rekan-rekan saya, umumnya lebih tertarik teerhadap pekerjaan mereka, di bandingkan dengan yg saya rasakan. (-)
1 2 3 4 5
2. Saya sesungguhnya merasa puas dengan pekerjaan saya sekarang.(+)
1 2 3 4 5 3. Pada dasarnya saya tidak menyukai
pekejn saya sekarang.(-)
1 2 3 4 5 4. Saya merasa lebihi beruntung
dibandingkan dengan rekan-rekan saya atas pekerjaan yang saya peroleh sekarang.(+)
1 2 3 4 5
5. Hampir setiap hari saya antusias terhadap pekerjaan saya.(+)
1 2 3 4 5 6. Saya lebih menyukai pekerjaan saya,
dibandingkan dengan rata-rata teman sekerja saya.(+)
1 2 3 4 5
7. Saya benar-benar menikmati pekerjaan saya.(+)
1 2 3 4 5
Sumber: Data diolah 2016
Kepuasan kerja didefinisikan dalam penelitian ini (Robbin dan Judge (2008) dalam Edwin Zusrony (2013) sebagai suatu perasaan positif
(65)
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja menggunkan dimensi pekerjaan. Instrumen kepuasan kerja diadopsi dari Brayfield dan Rothe (1951) dalam Intiyas Utami dan Nur Endah Sumiwi Bonussyeani (2009). Instrument ini terdiri dari 7 item pertanyaan dengan 5 poin skala likert. Responden diminta memilih alternatif jawaban dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju sekali). Dan untuk pertanyaan positif dan negatif akan dibedakan nilainya.
3. Komitmen Organisasi
Tabel.3.3: Dimensi Komitmen Organisasi
No Dimensi No Kuesioner Nilai
1. Komitmen Afektif
1. Saya tidak mempunyai rasa memilki terhadap perbankkan tempat saya bekerja. (-)
1 2 3 4 5
2. Saya tidak merasakan ada ikatan emosional yang kuat dengan perbankkan tempat saya bekerja. (-)
1 2 3 4 5
3. Saya tidak merasa sebagai bagian dari keluarga besar perbankkan tempat saya bekerja. (-)
1 2 3 4 5
4. Saya sesungguhnya merasakan bahwa masalah yang dihadapi perbankkan tempat saya bekerja adalah masalah saya juga. (+).
1 2 3 4 5
5. Sayai ingin sungguh-sungguh berusaha melakukan yang terbaik, dalam upaya untuk mencapai tujuan perbankkan tempat saya bekerja. (+)
1 2 3 4 5
6 Perbankkan tempat saya bekerja ini member jasa yang besar bagi hidup dan karya saya. (+)
1 2 3 4 5
2. Komitmen Normatif
1. Saya dengan mudah menjadi terikat dengan perbankkan lain, sebagaimana saya terikat dengan perbankkan tempat saya bekerja sekarang. (+)
1 2 3 4 5
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran.10. Kuesioner Komitmen Organisasi
No Pertanyaan Nilai
1 Saya tidak mempunyai rasa memiliki terhadap perbankkan tempat saya kerja.
1 2 3 4 5
2 Saya tidak merasakan ada ikatan
emosional yang kuat dengan perbankkan tempat saya bekerja
1 2 3 4 5
3. Perbakkan tempat saya bekerja ini memberi jasa yang besar bagi hidup dan karya saya
1 2 3 4 5
4 Saya tidak merasakan sebagai bagian dari keluarga besar perbankkan tempat saya bekerja
1 2 3 4 5
5 Saya sesungguhnya merasakan bahwa masalah yang dihadapi perbankkan tempat saya bekerja adalah masalah saya juga
1 2 3 4 5
6 Saya dengan mudah menjadi terikat dengan perbankkan yang lain sebagaimana saya terikat dengan perbankkan tempat saya bekerja sekarang.
1 2 3 4 5
7 Saya ingin sungguh-sungguh berusaha melakukan yang terbaik, dalam upaya untuk mencapai tujuan perbankkan tempat saya bekerja
(5)
Kepuasan Kerja
No Pertanyaan Nilai
1 Rekan-rekan saya umumnya lebih tertarik terhadap pekerjaan mereka dibandingkan dengan saya rasakan
1 2 3 4 5
2 Saya sesungguhnya merasa puas dengan pekerjaan saya sekarang
1 2 3 4 5
3. Pada dasarnya saya tidak menyukai pekerjaan saya sekarang
1 2 3 4 5
4 Saya merasakan lebih beruntung
dibandingkan dengan teman-teman saya atas pekerjaan yang saya peroleh
sekarang.
1 2 3 4 5
5 Hampir setiap hari saya antusias terhadap pekerjaan saya
1 2 3 4 5
6 Seya lebih menyukai pekerjaan saya, dibandingkan dengan rata rata teman sekerja saya
1 2 3 4 5
7 Saya benar benar menikmati pekerjaan saya
(6)
Etika Kerja Islam
No Pertanyaan Nilai
1 Kemalasan adalah buruk 1 2 3 4 5
2 Dedikasi terhadap pekerjaan adalah baik 1 2 3 4 5 3. Bekerja dengan baik bermanfaat bagi diri
sendiri daan orang lain
1 2 3 4 5
4 Keadilan dan kenyamanan di tempat kerja merupakan kondisi penting bagi kesejahteraan karyawan
1 2 3 4 5
5 Menghasilkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan memberikan kemakmuran bagi karyawan secara keseluruhan
1 2 3 4 5
6 Seseorang harus melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan yang terbaik
1 2 3 4 5
7 Bekerja bukan merupakan tujuan, tetapi bekerja merupakan sarana untuk
pengembangan pribadi dan hubungan sosial
1 2 3 4 5
8 Hidup tidak berarti tanpa bekerja 1 2 3 4 5 9 Lebih banyak waktu luang untuk waktu
santai-santai adalah tidak baik
1 2 3 4 5
10 Hubungan manusia dalam organisasi harus mendapatkan perhatian yang besar
1 2 3 4 5
11 Bekerja memungkinkan seseorang mengendalikan keadaan hidup
1 2 3 4 5
12 Kreatifitas kerja merupakan sumber kebahagiaan dan keberhasilan
1 2 3 4 5
13 Siapa saja yang bekerja akan lebih dapat mencapai kemajuan dalam kehidupan
1 2 3 4 5
14 Bekerja memberikan kesempatan untuk mandiri
1 2 3 4 5
15 Seseorang yang sukses adalah orang yang dapat memenuhi target di dalam
pekerjaanyan
1 2 3 4 5
16 Seseorang seharusnya terus bekerja keras untuk memenuhi tanggungjawabnya
1 2 3 4 5
17 Nilai kerja lebih ditentukan oleh niatnya daripada kerjanya.