Peremajaan dan Culling

1.25. Peremajaan dan Culling

dipengaruhi oleh sifat herediter (menurun), tetapi melainkan oleh

B i l a d i t i n j a u p a d a b e b e r a p a sapi keadaan lingkungan (pakan,

perah, maka akan terdapat tatalaksana, penyakit, iklim, dan lan-

perbandingan yang tidak efisien antara

lain).

sapi-sapi dewasa dengan sapi-sapi replacement stock (peremajaan),

Keadaan ini terbukti pada suatu sehingga biaya pakan yang

peternakan sapi perah yang baik di diberikan dan pemeliharaan lainnya

KPBS Bandung dimana sapi-sapi di relatif terlalu banyak, yaitu membe-

culling rata-rata per tahun 23,79% dari sarkan anak-anak sapi dara yang

jumlah sapi betina dewasa. Dari belum berproduksi. Kaadaan ini

julmlah tersebut 6,92% penjualan terdapat pada perusahaan sapi perah di

biasa, 3,05% karena tua, 4,94% Lembang yaitu rata-rata per tahun

sakit kaki, 6,73% majir, 0,55% replacement stocknya 7% sedangkan

karena mastitis, 0,57% abortus dan sebaiknya replacement per tahun

1,12% karena mati.

berkisar 20-25% dari jumlah sapi

betina dewasa. Hal ini sebenarnya Bila data ini dibandingkan

dapat dipenuhi dengan memilih dengan di Amerika Serikat untuk

sapi- sapi betina dewasa sebanyak kegunaan peternakan 5,1%, karena

55% dari jumlah sapi betina yang ada. produksi yang rendah 7,3%, mastitis

Kemudian betina-betina yang terseleksi 2,5%, abortus 1,5%, steril/majir 1,8%,

ini dipakai u n t u k m e n g h a s i l k a n a nak- mati 1,1%, karena tua 0,6% dan

anak sapi betina sebagai replacement karena lainnya 1,7%. Dari data ini

stock, sedangkan anak-anak sapi yang tampak bahwa culling berdasarkan

tidak baik harus dikeluarkan dari produksi susu yang rendah tidak

peternakan.

dilakukan.

1.26. Pemakaian Tenaga Kerja

1.27. Pemberian Pakan (Feeding)

G a m b a r a n k e a d a a n p e m b e r ian biaya untuk produksi susu adalah untuk

Rata-rata 20% dari seluruh

makanan pada peternakan- tenaga kerja. Zulladari Hasibuan (1999)

peternakan sapi perah di Indonesia di Kota Madya Bogor mendapatkan

dapat dilihat dari hasil studi kasus angka tersebut sebesar 18% dari biaya

peternakan sapi perah di daerah- produksi. Adisulistijo (1990) di Kota

daerah Pasar Minggu, Kota Madya Madya Semarang menunjukkan biaya

Bogor, dan Pengalengan, pada tersebut sebesar 9,6% dan di daerah

umumnya peternakan-peternakan Ungaran pada peternakan rakyat rakyat didapatkan kekurangan sebesar 13,6%.

protein dapat dicerna (Pr.dd.),

sehingga untuk mengatasi ini dapat Efisiensi dalam penggunaan diberikan pakan konsentrat lebih banyak

tenaga kerja di Indonesia sebaiknya pada sapi-sapi yang sedang diperah.

untuk 6-7 ekor sapi dewasa

dibutuhkan cukup seorang tenaga

kerja, makin banyak sapi yang

dipelihara dalam suatu peternakan makin efisien tenaga yang

dibutuhkan. Survey yang dilakukan

oleh Hutasoit (1983) pada 16

perusahaan peternakan sapi perah di

Jawa didapatkan 10 perusahaan

mempunyai tenaga buruh yang kurang

efisien ialah 3-4 ekor sapi untuk

seorang tenaga kerja. Ternyata

dengan sistem pemeliharaan out and

carry dalam pemberian rumput, maka

seorang tenaga kerja dapat melayani

10-12 ekor sapi dewasa.

2. Tatalaksana Penggemukan Sapi

O leh karena itu pada tempat-tempat

Potong

tertentu pada padang penggembalaan

perlu disediakan tempat-tempat air

2.1. Sistem Penggemukan

minum untuk minum sapi. Pemenuhan terhadap kebutuhan

2.1.1. Pasture Fattening

mineral dapat tercukupi d e n g a n Pasture fattening merupakan

menyediakan lempengan-lempengan sistem penggemukan sapi yang di-

garam dapur atau mineral blok, lakukan dengan cara menggembala-

misalnya molases blok pada tempat- kan sapi di p a d a n g p e n g g e m b a l a a n.

tempat tertentu.

P e m b e r i a n pakan dalam sistem ini

D e m i k i a n j u g a w i l a y a h p a d ang adalah dengan menggembalakan, penggembalaan perlu ditanami tidak ada penambahan pakan baik pohon peneduh untuk berteduh sapi berupa konsentrat maupun hijauan. terutama pada saat hari panas. Oleh karena itu hijauan yang terdapat di Tanaman pada padang padang penggembalaan di samping penggembalaan dapat berupa rumput-rumputan juga harus ditanami tanaman lamtoro atau gamal. leguminosa (kacang-kacangan) agar

Fungsi kandang hanya sebagai tempat kualitas hijauan yang ada padang

berteduh di waktu panas ataupun penggembalaan lebih tinggi. Bila

pada malam hari.

hanya mengandalkan rumput- rumputan saja tanpa leguminosa,

Sistem penggemukan pasture maka akan sulit diharapkan fattening

merupakan sistem pertambahan bobot badan sapi yang

penggemukan yang paling murah optimal. Padang penggembalaan harus

dibandingkan dengan sistem lain. Hal selalu dipelihara dari kerusakan ini disebabkan biaya pakan yang maupun erosi, sehingga tatalaksana

berupa hijauan dan tenaga kerja penggembalaan sapi yang

relatif lebih murah, tetapi sistem digemukkan harus baik. Pada padang

pasture fattening penggembalaan harus dihitung memerlukan waktu yang lebih lama,

penggemukan

kapasitas tampungnya, hal ini yaitu sekitar 8-10 bulan untuk untuk menghindari penggembalaan memperoleh hasil penggemukannya. sapi yang berlebihan pada suatu Bakalan yang digunakan adalah sapi petak tertentu atau over grassing.

jantan atau betina dengan umur kurang lebih 2,5 tahun.

Sapi memerlukan air minum

untuk mempertahankan hidupnya.

2.1.2. Dry Lot Fattening

S a p i y a n g d i g e m u k k a n d e ngan

sistem

dry lot fattening tidak

D r y L o t f a t t e n i n g a d a l a h s i s tem digembalakan atau dikerjakan, tetapi penggemukan sapi dengan selalu terus menerus dalam kandang. pemberian ransum atau pakan yang

Bakalan yang digunakan umumnya mengutamakan biji-bijian seperti adalah sapi jantan umur lebih dari 1 jagung, cantel, atau kacang-kacangan.

tahun dengan lama penggemukan Pemberian jagung giling dan hijauan

berkisar 2-3 bulan.

yang berkualitas, sapi-sapi yang

2.1.3. Kombinasi Pasture dan Dry

digemukkan akan menghasilkan