menghasilkan H
2
S, HSO
3 -
dan H
2
SO
4
yang bersifat asam kuat, sedangkan oksidasi gas NO
X
akan menghasilkan asam nitrat HNO
3
sehingga menurunkan nilai pH air hujan Effendi, 2003.
Nordstrom et.al 2000 mendefenisikan pH sebagai derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Kemasaman pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu
larutan, melalui konsentrasi ion hydrogen H
+
Alaerts dan Santika, 1987. Air dapat bersifat asam atau basa, terkandung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion hydrogen dalam air, pH normal berkisar antara 6,5-7,5. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH yang lebih besar dari pH normal akan bersifat basa Sunu, 2001.
Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Karena pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan
hewan akuatik, maka pH suatu perairan sering kali dipakai sebagai petunjuk baik atau buruknya perairan sebagai lingkungan hidup. Terdapat suatu hubungan antara
pH dengan sebaran hewan akuatik di perairan alamiah yang ternyata sangat menarik, berkaitan dengan masalah pencemaran yang dihubungkan dengan hujan
asam dan proses pengasaman perairan secara alami Nugroho, 2006.
B. Penyebab Hujan Asam
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung merapi dan dari proses biologis tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian. Gas-gas yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
oleh proses ini dapat terbawa angin hingga beberapa kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah Agustiarni, 2008.
Hujan asam disebabkan oleh belerang sulfur yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Nitrogen oksida, diemisikan dari pembakaran pada temperatur tinggi yang bereaksi dengan bensin yang tidak
terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan Susanta dan Sutjahjo, 2008.
Bahan bakar fosil merupakan sumber utama terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang terjadi berbanding lurus dengan pengembangan industri
modern, pembangkit tenaga listrik, penggunaan batubara dan kemajuan sektor transportasi. Pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO
2
dan H
2
O bersama beberapa nitrogen oksida yang muncul dari fiksasi nitrogen dan atmosfer
pada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap hitam yang terdiri dari partikel-partikel karbon atau hidrokarbon kompleks atau CO dan
senyawa organik yang teroksidasi sebagian Kristanto, 2002. Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam dapat diilustrasikan
sebagai berikut: S
g
+ O
2 g
SO
2 g
2SO
2 g
+ O
2 g
2SO
3 g
SO
3 g
+ H
2
O
2 l
H
2
SO
4 Aq
Universitas Sumatera Utara
Sejak dimulainya revolusi industri, jumlah sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama
batubara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 tingkat keasaman
cuka. Sumber ini ditambah oleh transportasi yang merupakan penyumbang utama hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan
pertumbuhan populasi dan indutri tetapi lebih berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi populasi lokal
berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan
lebih luas Agustiarni,2008.
C. Dampak kegiatan industri dan hujan asam