Dampak kegiatan industri dan hujan asam

Sejak dimulainya revolusi industri, jumlah sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batubara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 tingkat keasaman cuka. Sumber ini ditambah oleh transportasi yang merupakan penyumbang utama hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan indutri tetapi lebih berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi populasi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas Agustiarni,2008.

C. Dampak kegiatan industri dan hujan asam

Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang masih berpusat pada daerah perkotaan 70 industri diperkirakan berlokasi di kawasan perkotaan dan sekitarnya, memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan luasan lahan yang terbatas akan berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Masalah lain yang timbul akibat bertambahnya penduduk diantaranya adalah penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Adapun salah satu penyebab meningkatnya pencemaran udara di Indonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh dengan cepat tetapi Universitas Sumatera Utara tidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang memadai dan efesien dalam penggunaan bahan bakar fosil BPLH DKI, 2004. Gangguan pada harta benda dan ekosistem terutama terjadi sebagai akibat adanya hujan asam. Hujan asam terjadi bila di udara terdapat bahan pencemar terutama gas SO 2 Sulfur Dioksida dan gas NO x Nitrogen Oksida di udara. Gas SO 2 di udara umumnya berasal dari bahan bakar yang mengandung sulfur misalnya batu-bara dan minyak bumi. Gas SO 2 di udara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk H 2 SO 4 yang merupakan komponen utama dari hujan asam. Dengan cara yang sama, gas NO x di udara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk HNO 3 yang juga merupakan komponen utama dari hujan asam. Hujan asam bersifat korosif sehingga dapat mengoksidasi benda-benda yang kontak dengannya. Proses turunnya hujan asam ke permukaan bumi dapat terjadi pada jarak 0-10 km untuk jarak dekat dan 100-1.000 km untuk jarak jauh. Selain itu juga hujan asam mengakibatkan terjadinya perubahan pH pada badan air dan tanah yang dilaluinya, sehingga terjadi perubahan kesetimbangan dalam ekosistem Wardhana, 1995. Meningkatnya kegiatan industri biasanya akan diikuti dengan meningkatnya kegiatan perekonomian dan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan akan transportasi khususnya kendaraan bermotor akan meningkat terus. Hal tersebut akan menyebabkan konsentrasi pencemaran udara semakin tinggi. Gas sulfur dioksida SO 2 adalah salah satu gas buang kendaraan bermotor yang menyebabkan gangguan pernafasan, mengurangi visibilitas, mempercepat pengkaratan, menyebabkan pencemaran udara juga menyebabkan terjadinya hujan asam Hanik, 1999. Universitas Sumatera Utara Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu: menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernafasan dan beberapa penyakit lainnya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi, gangguan penglihatan dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak lingkungan. Hujan asam merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi pencemaran udara dan air. Hujan asam terjadi karena banyaknya polutan di udara yang larut dan terbawa oleh air hujan sehingga pH air akan berada di bawah rata-rata. Batas nilai rata- rata pH air hujan adalah 5.6, merupakan nilai yang di anggap normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh badan kesehatan dunia WHO. Apabila pH air hujan lebih rendah dari 5.6, maka hujan bersifat asam atau sering disebut hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar 5.6 maka hujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis bangunangedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak kehidupan biota di danau-danau dan aliran sungai BMG, 2004. Susanta dan Sutjahjo 2008, menyatakan hujan secara alami bersifat asam pH sedikit di bawah 6 karena karbondioksida CO 2 di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Apabila hujan dengan pH kurang dari 5,6 terutama pH di bawah 5,1 akan berdampak negatif dan menyebabkan berbagai kerusakan diantaranya dapat merusak properti, monumen, patung, bahan logam, dapat mematikan berbagai jenis binatang dan tumbuhan, menghambat pertumbuhan tanaman pangan dan sayur, menyebabkan penyakit pernafasan dan yang paling parah, pada ibu hamil akan menyebabkan bayi yang lahir prematur dan meninggal. Universitas Sumatera Utara Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6,2 – 7,6, air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempunyai pH 7,6 – 9,5. Pada industri makanan, peningkatan keasaman air buangan umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air buangan industri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah. Adanya komponen besi sulfur FeS 2 dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasaman karena FeS 2 dengan udara dan air akan membentuk H 2 SO 4 dan besi Fe yang larut. Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali pH menaik maupun kearah asam pH menurun, akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi Agusnar, 2008. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN