Tahap Pelingkupan

3.3.3 Tahap Pelingkupan

Pelingkupan adalah rangkaian langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah dan disertai konsultasi publik.

Tahap pelingkupan (scoping) bertujuan untuk memantapkan isu-isu strategis lingkungan hidup dengan melakukan penilaian terhadap isu-isu lingkungan hidup awal dan menetapkan isu strategis yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholders).

Persyaratan untuk melakukan tahap ini adalah:

a. tahap pra-pelingkupan telah selesai dilakukan;

b. isu lingkungan hidup awal telah dirumuskan; dan

c. melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders). Persiapan untuk melakukan pelingkupan meliputi:

a. persiapan peta-peta overlay antara peta rencana dengan kondisi eksisting;

b. pengkajian hasil pra-pelingkupan dan peta-peta overlay oleh tim KLHS; dan

c. persiapan material untuk sesi pelingkupan oleh kelompok keahlian (misal: matriks pelingkupan).

Pada tahap perumusan isu strategis ini kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan isu-isu strategis yang potensial sebagai akibat dari dampak perencanaan tata ruang yang disusun serta konflik lingkungan yang diperkirakan muncul.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelingkupan adalah:

a. Penilaian dan Penetapan Isu Strategis

1) Penilaian isu strategis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) penilaian dengan merujuk pada pandangan para pakar sesuai dengan bidang keahlian yang difokuskan pada kajian isu strategis lingkungan pada kawasan yang direncanakan; dan

b) konsultasi publik yang dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan dalam menetapkan isu-isu strategis.

2) Penetapan isu strategis didasarkan pada kriteria:

a) menjadi fokus perhatian utama di wilayah perencanaan dan memiliki relevansi tinggi terhadap kepentingan wilayah perencanaan.

b) skala dampak dari rencana tata ruang, yaitu dampak yang berpotensi berskala regional, nasional, atau bahkan internasional;

c) interaksi antar dampak, yaitu ketika terjadi konflik antar unsur-unsur RTR;

d) dampak yang dapat ditimbulkan akibat gabungan beberapa aspek

dari RTR jika tidak ditangani; dan

e) berpotensi mengganggu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Definisi isu strategis dapat dilihat pada Gambar 3.4. sebagai berikut:

Gambar 3.4. Ilustrasi Definisi Isu Lingkungan Strategis

Berdasarkan gambar ilustrasi di atas, terlihat bahwa suatu isu lingkungan dikatakan sebagai isu strategis apabila suatu kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap aspek-aspek fisik lingkungan dan lingkungan hidup, ekologis, dan sosial-ekonomi. Masing-masing dampak tersebut saling terkait sehingga menghasilkan akumulasi dampak yang besar.

Untuk melakukan pelingkupan ini dapat digunakan berbagai metode seperti: matriks, pohon analisis, pemodelan dan simulasi, analisis multi- kriteria, analisis skenario dan kecenderungan, analisis hirarki (analytical hierarchy process), analisis hubungan (kausalitas atau keterkaitan), model analisis Delphi, atau model analisis lainnya. Selain itu hasil pelingkupan isu-isu strategis perlu dipresentasikan dalam bentuk peta isu-isu strategis.

Contoh overlay peta untuk mengidentifikasi isu strategis lingkungan hidup ditunjukkan dalam Gambar 3.5., Gambar 3.6., Gambar 3.7., Gambar 3.8., dan Gambar 3.9. sebagai berikut:

GAMBAR 3.5. OVERLAY AREA PERTAMBANGAN EKSISTING DENGAN RENCANA POLA RUANG KSN SOROWAKO

GAMBAR 3.6. OVERLAY RESEPTOR FISIK-KIMIA EKSISTING DENGAN FITUR-FITUR RTR KSN SOROWAKO

GAMBAR 3.7. OVERLAY KAWASAN EKOLOGI KRITIS EKSISTING DENGAN FITUR-FITUR RTR KSN SOROWAKO

GAMBAR 3.8. OVERLAY RESEPTOR SOSIAL-EKONOMI DAN BUDAYA DENGAN FITUR-FITUR RTR KSN SOROWAKO

Tujuan dari pelaksanaan konsultasi publik adalah:

1) untuk menyampaikan temuan isu-isu strategis lingkungan terkait

kawasan yang direncanakan;

2) untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat mendukung

tahapan analisis KLHS lebih lanjut;

3) untuk menanggapi masukan dan tanggapan serta menyepakati isu strategis lingkungan hidup yang akan dikaji lebih lanjut; dan

4) untuk mendokumentasikan hasil diskusi dan kesepakatan pada forum FGD tahap pelingkupan sebagai bahan pertimbangan pada tahap analisis.

Pelibatan pemangku kepentingan dalam tahap pelingkupan ini diawali dengan pemetaan pemangku kepentingan. Pemetaan ini berguna untuk memilih pemangku kepentingan yang berpengaruh dan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap rencana tata ruang yang akan disusun. Secara umum pemangku kepentingan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) penyusun rencana tata ruang, baik pemerintah pusat dan pemerintah

daerah;

2) instansi lain terkait yang membidangi lingkungan hidup serta instansi sektor lain seperti: kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, dan sektor lain sesuai dengan kekhususan rencana tata ruang yang disusun;

3) masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian, baik berasal dari perguruan tinggi, asosiasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, dan unsur pemerhati lingkungan hidup;

4) masyarakat yang terkena dampak, meliputi: lembaga adat, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, dan unsur masyarakat lainnya.

Berbagai isu strategis yang sudah disepakati baik dari hasil kajian tim pelaksana KLHS maupun hasil konsultasi publik juga perlu digambarkan dalam satu buah peta sebagaimana tampak pada Gambar 3.9. sebagai berikut:

GAMBAR 3.9. PEMETAAN ISU-ISU STRATEGIS UNTUK ANALISIS LEBIH LANJUT KSN SOROWAKO

Untuk mempermudah proses pelingkupan isu strategis dapat melihat Tabel III.3. sebagai berikut:

TABEL III.3. CONTOH MATRIKS PELINGKUPAN ISU

Penilaian KLHS sesuai dengan Pasal 16 UU No.32 tahun 2009

a ti g n n n n g

Lingkungan yang

g Dampak terpengaruh

ta

a a n a p a ra a y

Isu Potensial

Aspek Fisik-kimia

Abstraksi air dalam volume besar untuk kegiatan penambangan dapat menghasilkan perubahan

pada pola aliran air. Hal ini akan memperparah

kondisi yang ada seperti volume danau akan

Ya

menurun. Hal ini adalah isu yang berskala besar dan akumulatif . Isu

penambangan akan menyebabkan erosi dan

Hidrologi

tingginya endapan yang tertahan dalam aliran air.

Sedimen ini dapat mengakibatkan perubahan

hidrologis dan peningkatan volume banjir. Hal ini

akumulatif Perubahan karakter bentang alam akibat dari

daerah penambangan yang mengubah bentuk

geologis dan drainase kawasan

Diterapkan

Diterapkan

Potensi terjadinya area rusak yang luas jika kegiatan penambangan berakhir. Area rusak atau wasteland terbentuk sebagai akibat dari beberapa isu, termasuk penyingkiran tanah permukaan,

Kualitas Tanah

erosi lahan, dan pembentukan tanah asam

sebagai hasil dari mineral sulfat dari proses

Ya

pembuangan limbah tambang dan tingginya

Diterapkan

tingkat logam berat yang terdapat di lokasi yang terkontaminasi. Ini merupakan isu yang berskala besar dan kumulatif. Logam berat dan mineral sulfat yang bocor dari

Kualitas Air

lokasi penambangan terbuka atau kolam air

limbah dapat menghasilkan kualitas air yang

Diterapkan

Diterapkan

Penilaian KLHS sesuai dengan Pasal 16 UU No.32 tahun 2009 a a s n y

g a g n m ta a n p ti a n n n n n

Lingkungan yang

g a Dampak terpengaruh

J a te

Isu Potensial

buruk. Aspek ini dapat mempengaruhi air permukaan dan air bawah tanah. Pengolahan air hasil hujan juga merupakan isu yang khusus. Lokasi air penampungan limbah juga penting terhadap aspek ini, jika lokasinya terlalu dekat maka dikhawatirkan akan adanya resiko kumulatif meskipun

standar yang ditetapkan. Proses pengolahan Nikel dalam industri menghasilkan tingkat emisi yang tinggi, khususnya

SO 2 . – area yang diusulkan untuk aktivitas ini tersebar secara geografis dan memiliki

Berlaku

Tidak

kemungkinan yang kecil untuk berinteraksi satu

Kualitas Udara

sama lain. Namun, area yang direncanakan di

Bahodopi telah sesuai dengan industri dan daerah pemukinan yang ada, termasuk ekspansi pelabuhannya. Dalam kasus ini, emisi seharusnya dipertimbangkan dalam dampak kumulatif dan interaktif

Aspek Ekologi

Aktivitas penambangan dilakukan di kawasan

Kawasan Konservasi

memperoleh izin dan telah mendirikan area

konsesi sehingga pertimbangan selanjutnya tidak akan dimasukan kedalam lingkup KLHS ini Area ini sangat penting khususnya bagi spesies endemik dan masyarakat, terutama yang terfokus kepada sistem danau. Meningkatnya produksi

Spesies Kunci

nikel secara potensial membawa gangguan bagi

spesies-spesies ini. Dampak yang dihasilkan

bersifat interaktif dan kumulatif dan dalam skala

Diterapkan

yang cukup besar sehingga dapat mengancam populasi spesies yang ada. Produksi pertambangan nikel yang meningkat

akan membawa pada meningkatnya penyingkiran

tanaman vegetasi dan pembersihan lahan untuk

Ya

menghasilkan lokasi penambangan terbuka baru.

Penilaian KLHS sesuai dengan Pasal 16 UU No.32 tahun 2009

a g Dampak terpengaruh

ta a a n p g ti

Lingkungan yang

D a a d ra a a y a k d o g a n a a p

Isu Potensial

Pembersihan vegetasi ini dapat menghasilkan deforestasi. Membangun kembali wilayah ini setelah berakhirnya kegiatan penambangan perlu dilakukan dengan cara yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa wilayah ini sesuai untuk habitat dari komunitas penghuni yang asli , dan tidak diubah menjadi tempat kolonisasi spesies yang bukan merupakan hewan asli di habitat

Sosial - Ekonomi

Peningkatan produksi tambang akan mengarah

kepada peningkatan populasi pekerja secara

populasi lokal yang tidak diinginkan.

*sumber: KLHS KSN Soroako dan sekitarnya

Sedangkan untuk membantu mengidentifikasi stakeholder dapat melihat contoh format yang termuat dalam Tabel III.4. dan Tabel III.5. sebagai berikut:

TABEL III.4. CONTOH FORMAT IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN

Yang

Pemangku Kepentingan

mempengaruhi

Yang Dipengaruhi RTR**

RTR*

1. Bappeda Provinsi, Pemerintah

1. Kemen PU,

2. Bappeda Provinsi,

2. Dinas Tata Ruang Kabupaten,

3....., dst

3....., dst

Organisasi Non Pemerintah

Perguruan Tinggi/Akademia

Dunia Usaha

Institusi/Asoiasi/Organisasi

Tomas (Tokoh Masyarakat)

Togag (Tokoh Agama)

Keterangan: * Pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh di dalam penyusunan Rencana Tata Ruang ** Pemangku kepentingan yang akan terpengaruh oleh pelaksanaan Rencana Tata Ruang

Catatan :

- Konsultasi publik dengan para pemangku kepentingan dapat dilaksanakan bersamaan dengan konsultasi publik dalam penyusunan RTR.

TABEL III.5. CONTOH PERANCANGAN PELIBATAN MASYARAKAT DAN PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA

No Tahapan

Pokok-Pokok Proses

Masyarakat dan

Bentuk/Forum/

Substansi yang KLHS

Pemangku

Cara Pelibatan

Kepentingan Lainnya

Dibahas atau

yang Dilibatkan

Dimintakan Masukan

Data & informasi kondisi eksisting

4. ... Dst

3.3.4 Tahap Kajian Pengaruh

Tahap kajian pengaruh merupakan tahap analisis lanjutan setelah isu-isu strategis disepakati. Hal ini bertujuan untuk memperkirakan dan menghitung besaran dampak dari isu strategis. Pada tahap ini dapat menggunakan beragam metode yang digunakan untuk analisis dan prediksi konsekuensi lingkungan, baik berupa:

a. Model Deskriptif, yaitu model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu dengan ciri:

1) bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat;

2) berdasar pada realitas observasi dan berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya;

3) tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian (non eksperimen);

4) penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal; dan

5) pengumpulan data dilakukan untuk menguji pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang.

b. Model Black-Box Empiris Statistik, yaitu model yang menggunakan prosedur yang berbasis teori-teori dengan memanfaatkan parameter yang paling signifikan dan hanya memperhatikan input utama dan output dalam anailisis suatu sistem dengan ciri:

1) tidak bergantung pada pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar dan

mekanisme yang ada dalam sistem yang dipelajari;

2) mencerminkan fakta bahwa hanya sedikit bagian dari mekanisme

proses sebenarnya yang diketahui; dan

3) fenomena yang mendasari penelitian tidak diketahui atau dipahami

dengan baik.

c. Model Skenario Kebijakan dan Analisis Kualitatif, yaitu model yang menggunakan teknik analisis mendalam yang mengkaji masalah kebijakan secara kasus per kasus untuk dapat melahirkan gagasan atau pemikiran mengenai cara-cara pemecahannya. Oleh karena sifat masalah yang berbeda satu sama lain, maka cara pemecahannya pun akan berbeda antara satu masalah dengan masalah yang lain.

Tahap ini pada akhirnya akan menghasilkan masukan alternatif perbaikan muatan rencana tata ruang, termasuk mencegah atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Telaah pengaruh sudah dapat dilakukan sejak dibuat:

a. rancangan/konsep kebijakan (dan strategi);

b. rancangan/konsep rencana struktur dan pola ruang; dan/atau

c. rancangan/konsep indikasi program. Metode untuk kajian pengaruh ini disesuaikan dengan aspek kajian. Alat

analisis yang dapat digunakan untuk pengkajian pengaruh antara lain:

a. model statistik;

c. analisis sistem informasi geografis (SIG);

d. threshold analysis dan footprint analysis; atau

e. metode lainnya. Kajian pengaruh dilakukan sesuai hasil pelingkupan isu strategis seperti yang

dapat dilihat pada Tabel III.6. sebagai berikut:

TABEL III.6. CONTOH HASIL PELINGKUPAN ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP UNTUK DIANALISIS LEBIH LANJUT

Tipe

Konflik

Kawasan yang Terpengaruh/Terdampak

Fisik- kim a

Masalah hidrologis

KSN Sorowako secara m enyeluruh

Menurunnya kualit as udara

Sorowako, Bahodopi, Routa

Menurunnya kualit as air

Danau Mat ano, Mahalona dan Tow ut i, dan kaw asan sekitarnya, t erm asuk perairan pant ai

Kaw asan konsesi pertam bangan Ekologis

Menurunnya kualit as t anah

Fragm entasi habitat

KSN Sorow ko secara m enyeluruh

Potensi berpengaruhnya pada spesies

Lakes Matano, Mahalona dan

Tow ut i, dan daerah sekit ar Sosial-ekonom i

int i dan spesies yang terancam punah

Ancam an- ancam an terhadap kehidupan

Lem bo, Bungku Barat,

m asyarakat dan budaya local

Wasuponda, dll

*sumber: KLHS KSN Soroako dan sekitarnya

Keluaran kegiatan ini adalah hasil penilaian yang bersifat komprehensif terhadap kajian perkiraan pengaruh dari (rancangan) rencana tata ruang terhadap aspek kajian sesuai dengan ketentuan muatan KLHS yang meliputi: daya dukung lingkungan, dampak lingkungan hidup, sumber daya alam, keanekaragaman hayati, jasa lingkungan dan perubahan iklim. Kajian pengaruh ini meliputi skala, periode dan/atau lokasi implementasi rencana yang akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup.

3.3.5 Tahap Perumusan Alternatif dan Rekomendasi

Tahap perumusan alternatif dan rekomendasi dilakukan terhadap rencana yang disusun dengan pertimbangan hasil analisis dampak lingkungan setelah tahap kajian pengaruh dilakukan. Rekomendasi KLHS dapat bersifat spasial dan non-spasial, namun yang diintegrasikan dalam RTR adalah rekomendasi yang bersifat spasial. Sedangkan rekomendasi yang bersifat non-spasial diakomodir dalam dokumen sebagai catatan untuk dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain yang terkait. Rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat berupa:

b. mitigasi terhadap dampak lingkungan yang potensial ditimbulkan dari suatu rencana yang ditetapkan.

Untuk menunjukkan konsistensi tiap pelaksanaan KLHS dan memperlihatkan hasil integrasi KLHS ke dalam RTR, dapat dibuat sebuah tabel sebagaimana contoh yang termuat dalam Tabel III.7. sebagai berikut:

TABEL III.7. ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RTR

Isu Muatan/

Alternatif Integrasi substansi

Potensi

Upaya Pencegahan/

Penyempurnaan RTR

RTR (beberapa alternatif)

Selain itu, perlu adanya penjelasan tentang pihak-pihak terkait yang perlu menindaklanjuti rekomendasi yang dihasilkan, baik yang spasial maupun non- spasial, seperti dapat dilihat pada Tabel III.8. sebagai berikut:

TABEL III.8. REKOMENDASI PERBAIKAN RTR

No Muatan RTR yang

Pihak yang Akan Disempurnakan

Rekomendasi yang Dipilih atau

Dirumuskan untuk

Menindaklanjuti

Penyempurnaan RTR

1 Area pert anian I j in

at as

perkem bangan Dinas Pertanian

perkebunan

dan

pert anian

diberikan di

area- area

yang

m em iliki nilai keragam an hayat i yang kecil, sepert i lahan belum berkem bang 2 Area konservasi Hutan lindung di Konawe dan Kementerian

Kehutanan, Kabupat en Konaw e Ut ara agar Kementerian

Lingkungan diberikan st at us konservasi yang Hidup, Dinas Kehutanan

lebih t inggi ke level cagar alam

Kabupaten

at au yang lebih t inggi Penyediaan

dan

perawatan

koridor sat wa liar hut an (prim er at au sekunder), yang berkaitan dengan sist em Danau Malili 3 I nfrast rukt ur Jalan Perencanaan

j alan

yang Kementerian Agraria dan

m enghubungan j alan yang sudah Tata

Ruang/ BPN, ada di sepanj ang pesisir barat Kementerian

Pekerjaan Danau Mat ano agar dipindahkan Umum, Dinas Pekerjaan dari rencana tat a ruang, dengan Umum Kabupaten

rut e baru yang dipilih agar lebih j auh dari area danau

Secara umum tahap-tahap pelaksanaan KLHS untuk penyusunan semua jenis rencana tata ruang sama yakni persiapan, pra-pelingkupan, pelingkupan, kajian pengaruh, dan perumusan alternatif rekomendasi. Namun kedetilan informasi dasarnya dan muatan KLHS akan berbeda tergantung jenis dan skala rencana tata ruang yang akan disusun. Untuk rencana rinci, terutama RTR KSN berbasis objek dan RDTR, kedalaman informasinya akan lebih detil sehingga dalam rangka konsultasi publik sebaiknya melibatkan hingga lapisan masyarakat yang merasakan dampak pembangunan secara langsung.

Keterlibatan masyarakat melalui kegiatan konsultasi publik dalam proses KLHS juga penting dan dapat dilakukan bersamaan dengan konsultasi publik yang diselenggarakan dalam penyusunan atau revisi RTR. Forum konsultasi publik dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali, yakni: (1) menampung opini dan aspirasi masyarakat terkait kebijakan dan strategi penataan ruang serta rumusan RTR (tahap perumusan konsepsi RTR) serta untuk menyepakati isu strategis lingkungan (tahap pelingkupan KLHS); (2) menyampaikan keberatan/sanggahan masyarakat terhadap konsep RTR dan draft RTR (tahap perumusan konsepsi RTR) serta seminar akhir hasil KLHS yang telah diintegrasikan ke dalam RTR. KLHS nantinya akan memberikan masukan terhadap perumusan konsepsi RTR, baik tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang wilayah, maupun pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Pelaksanaan KLHS untuk rencana rinci, khususnya untuk kawasan strategis nasional berbasis objek dan RDTR, memiliki perbedaan dengan KLHS untuk rencana umum tata ruang dan rencana rinci lainnya. Namun perbedaan ini tidak terlalu mendasar secara proses maupun prosedur, hanya pada skala kedalaman informasi dasar, muatan, dan pengintegrasian rekomendasi KLHS. Khusus untuk RDTR, KLHS dibuat tidak berdasarkan isu strategis lingkungan hidup yang berkembang di lingkup perencanaan rencana detail saja, melainkan juga hasil turunan dari apa yang diamanatkan dalam RTRW Kabupaten/Kota. Dengan demikian, KLHS untuk RDTR harus dapat menjawab isu strategis lingkungan hidup yang termuat dalam RTRW Kab/Kota secara lebih detail dan memuat upaya-upaya mitigasi yang lebih konkret. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Tabel 3.1.

Tabel III.9.

Proses Pelaksanaan KLHS untuk Beberapa Dokumen Perencanaan

RENCANA UMUM TATA

RENCANA RINCI TATA RUANG

RUANG

KLHS RTRW

RTR Pulau, RTR

Nasional/Provinsi/Kabupaten/

KSN Berbasis

RTR Kawasan Strategis Kab/Kota,

RDTR

Kota Kawasan, RTR Kawasan Strategis

RTR KSN Berbasis

Provinsi

Objek

− Penyiapan dokumen penyusunan RTR dan

Persiapan − Penentuan lingkup kegiatan sama dengan

sama dengan

rancangan rencana pelaksanaan KLHS;

rencana umum

rencana umum

yang akan dikaji (draft − penyiapan rencana

RDTR minimal sudah anggaran dan biaya;

terbentuk dan/atau − penyusunan Kerangka

dalam bentuk Materi Acuan Kerja;

Teknis RDTR); − penyiapan dokumen

− Penyusunan format rancangan rencana yang

data dan informasi akan dikaji;

yang akan − penyusunan format data

dikumpulkan, berupa dan informasi yang akan

daftar informasi dasar dikumpulkan, berupa daftar

(informasi dasar informasi dasar;

disesuaikan dengan − penyiapan peta dasar guna

kebutuhan kajian dan lahan dengan skala sesuai

sesuai dengan data dengan RTR; dan

dasar penyusunan − penyusunan jadwal

RDTR); kegiatan pengumpulan data

− Penyiapan peta dasar serta penyiapan tim survey

dengan skala sesuai ke lapangan.

dengan RTR (peta dasar diambil dari peta dasar dalam penyusunan RDTR); dan − Penyusunan jadwal kegiatan pengumpulan data serta penyiapan tim survey ke lapangan.

Pra

− Pengkajian aspek

sama dengan

sama dengan

sama dengan rencana

Pelingkupan

umum dalam RTR; − pengumpulan data dan

lingkungan hidup yang ada

rencana umum

rencana umum

Hal-hal khusus yang perlu informasi lingkungan hidup

Contoh isu strategis

Hal-hal khusus yang

diperhatikan: (desk study);

lingkungan hidup:

perlu diperhatikan:

dalam penyusunan − baseline, memuat informasi:

a. RTR Pulau:

dalam

baseline data, dapat  fisik dan lingkungan

tekanan

penyusunan

ditambahkan data hidup

penduduk,

baseline data,

pendukung lainnya  Informasi ekologis

meluasnya

dapat

sesuai karakteristik  sosial ekonomi

jumlah lahan

ditambahkan data

masing-masing -

kritis, degradasi

pendukung

pemetaan kelompok

wilayah; informasi dasar;

dan deforestasi

lainnya sesuai

− penyiapan peta kerja − pengkajian konsep

hutan (Studi

karakteristik

menggunakan peta pengembangan;

Kasus Pulau

masing-masing

dasar sesuai dengan − identifikasi awal isu

Jawa).

wilayah;

skala peta masing- strategis lingkungan hidup.

b. RTR KSN

− penyiapan peta

masing rencana rinci. − Contoh isu strategis

berbasis

kerja

− pada tahap lingkungan hidup:

kawasan:

menggunakan

pengkajian konsep a. RTRW Nasional:

Konflik antara

peta dasar sesuai

pengembangan, perlu Revitalisasi RTRWN

peningkatan

dengan skala peta

mengidentifikasi diperlukan untuk

aktivitas

masing-masing

rencana mempertegas peran dan

tambang di

rencana rinci.

pengembangan yang fungsi RTRWN sebagai

area penting

− pada tahap

tertuang dalam RTR kebijakan spasial

yang

pengkajian

dan KLHS pembangunan

mengandung

konsep

kabupaten/kota. kewilayahan dan

keragaman

pengembangan,

hayati berupa

perlu

identifikasi awal isu

sejumlah

mengidentifikasi

strategis perlu 32

KLHS

RENCANA UMUM TATA

RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG

RTRW Nasional/Provinsi/Kabupaten/

Kota

RTR Pulau, RTR

KSN Berbasis Kawasan, RTR Kawasan Strategis

Provinsi

RTR Kawasan Strategis Kab/Kota,

RTR KSN Berbasis

Objek

RDTR

sektoral yang mengikat b. RTRW Provinsi: Alih fungsi kawasan suaka alam menjadi kawasan budi daya, sehingga mengakibatkan menurunnya tingkat keanekaragaman hayati pada kawasan suaka alam.

c. RTRW Kabupaten: Bencana banjir dan genangan yang mengakibatkan kerusakan kawasan pertanian dan penurunan produksi pangan.

d. RTRW Kota: Penurunan prosentase ruang terbuka hijau secara signifikan, sehingga penyediaan ruang terbuka hijau kota tidak memenuhi kebutuhan untuk fungsi ekologis dan sosial.

− Pra pelingkupan dapat dilakukan apabila:

 deliniasi wilayah kajian sudah ditentukan;  konsep pengembangan sudah ditentukan; dan  informasi dasar sudah tersusun.

spesies endemik (Studi Kasus KSN Sorowako).

− Pra pelingkupan dapat dilakukan apabila:

 deliniasi

wilayah kajian sudah ditentukan;

 konsep

pengemban gan sudah ditentukan; dan

 informasi

dasar sudah tersusun.

rencana pengembangan yang tertuang dalam RTR dan KLHS kabupaten/kota. − identifikasi awal isu strategis lingkungan hidup perlu melihat/mengacu materi teknis dan KLHS RTR provinsi, kabupaten, dan kota. − Contoh isu strategis lingkungan hidup: sanitasi lingkungan kurang baik, dicirikan dengan air permukaan dan air tanah tercemar limbah domestik (studi kasus: KSN Prambanan) dan potensi gangguan suara terhadap masyarakat sekitar dari alat- alat (studi kasus: KSN Teknologi Tinggi Stasiun Pengamat Dirgantara di Kotababang). − Pra pelingkupan dapat dilakukan apabila:

 deliniasi wilayah kajian sudah ditentukan;  konsep pengemban gan sudah ditentukan;

dan  informasi dasar sudah

tersusun.

melihat/mengacu materi teknis dan KLHS RTR provinsi, kabupaten, dan kota.

− Contoh isu strategis lingkungan hidup:

BWP Waibakul bertujuan untuk mewujudkan kawasan Perkotaan Waibakul sebagai kota transit yang didukung oleh perdagangan dan jasa serta berbasis agropolitan, akan memunculkan isu strategis berupa penanganan kota transit agar tidak menghilangkan fungsi yang mendukung agropolitan.

− Syarat pra pelingkupan dapat dilakukan apabila:  delineasi wilayah

kajian sudah ditentukan;

 tema penataan

BWP sudah ditentukan; dan

 informasi dasar

sudah tersusun.

Pelingkupan - Penilaian daftar isu

lingkungan hidup awal oleh para ahli.

- Identifikasi pemangku kepentingan.

- Penetapan dan

penyepakatan isu strategis

sama dengan rencana umum

sama dengan rencana umum

Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan:

penetapan dan penyepakatan isu strategis

sama dengan rencana umum

Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan:

persiapan peta-peta overlay antara peta rencana dengan

RENCANA UMUM TATA RENCANA RINCI TATA RUANG

RUANG

KLHS RTRW

RTR Pulau, RTR

RTR Kawasan

Nasional/Provinsi/Kabupaten/

KSN Berbasis

Kota Kawasan, RTR Kawasan Strategis

Strategis Kab/Kota,

RDTR

RTR KSN Berbasis

Provinsi Objek

kondisi eksisting; suatu forum konsultasi

lingkungan hidup melalui

lingkungan hidup

yang dampaknya

pengkajian hasil

publik. berskala regional

prapelingkupan dan

peta-peta overlay oleh Syarat dalam tahap ini adalah:

atau nasional.

tim KLHS;

- tahap pra pelingkupan telah

persiapan material selesai dilakukan; untuk sesi

- isu lingkungan hidup awal

pelingkupan oleh telah dirumuskan; dan kelompok keahlian

- (misal: matriks melibatkan pemangku

pelingkupan); kepentingan. - penetapan dan

Dalam penilaian dan penetapan penyepakatan isu strategis lingkungan

isu strategis harus dinilai oleh hidup yang para ahli dan dalam forum dampaknya berskala konsultasi publik. Penilaian dan

regional atau penetapan isu strategis

nasional. dilakukan dengan kriteria:

- menjadi fokus perhatian

KLHS untuk RDTR harus dapat

utama di wilayah perencanaan dan memiliki

menghitung daya relevansi tinggi terhadap

dukung dan daya tampung wilayah, dan

kepentingan wilayah perencanaan;

setidaknya memuat perhitungan neraca

- skala dampak dari RTR, air. yaitu dampak yang

berpotensi berskala

regional, nasional, atau internasional;

- interaksi antardampak, yaitu ketika terjadi konflik antarunsur dalam RTR/RDTR;

- dampak sinergis dari beberapa proyek atau rencana, yaitu dampak yang ditimbulkan akibat gabungan beberapa aspek dari RTR/RDTR jika tidak ditangani; dan

- berpotensi mengganggu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Konsultasi publik dalam tahap ini dapat dilaksanakan dalam satu waktu atau beberapa hari secara simultan dengan mengundang stakeholder yang sedapat mungkin dikelompokkan menjadi:

- pembuat keputusan, yaitu

Kementerian, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota;

- penyusun rencana tata

ruang, yaitu Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah;

- instansi lain yang terkait

yang membidangi 34

RENCANA UMUM TATA RENCANA RINCI TATA RUANG

RUANG

KLHS RTRW

RTR Pulau, RTR

RTR Kawasan

Nasional/Provinsi/Kabupaten/

KSN Berbasis

Strategis Kab/Kota,

RDTR

Kota Kawasan, RTR Kawasan Strategis

RTR KSN Berbasis

Provinsi Objek

lingkungan hidup serta instansi sektor lain seperti kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, dan sektor lain sesuai dengan kekhususan RTR yang disusun;

- masyarakat yang memiliki

informasi dan/atau keahlian: baik berasal dari perguruan tinggi, asosiasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, dan unsur pemerhati lingkungan hidup;

- masyarakat yang terkena

dampak meliputi lembaga adat, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, dan unsur masyarakat lainnya.

- Analisis lanjutan terhadap

− Analisis lanjutan isu strategis lingkungan

sama dengan

sama dengan

rencana umum rencana umum terhadap isu strategis hidup yang telah disepakati; lingkungan hidup

- dapat menggunakan yang telah disepakati beragam metode yang

dengan metode digunakan untuk analisis

analisis kualitatif; dan prediksi konsekuensi

− telaah pengaruh lingkungan;

sudah dapat

Kajian

- telaah pengaruh sudah dilakukan sejak dibuat:

Pengaruh dapat dilakukan sejak dibuat:

 rancangan/konsep

 rancangan/konsep

penataan BWP

kebijakan (dan

 rancangan/konsep

strategi);

rencana pola

 rancangan/konsep

ruang dan jaringan

rencana struktur dan

prasarana;

pola ruang; dan/atau

dan/atau

 rancangan/konsep

 rancangan/konsep

indikasi program.

indikasi program prioritas RDTR.

Rekomendasi KLHS dapat

Rekomendasi KLHS yang bersifat spasial dan non spasial. KLHS yang

Rekomendasi

Rekomendasi KLHS

diintegrasikan dalam RTR Namun, yang diintegrasikan

yang diintegrasikan

bersifat spasial, dapat dalam RTR adalah rekomendasi dalam RTR bersifat

diintegrasikan

dalam RTR bersifat

berupa: yang bersifat spasial, dapat

spasial, dapat berupa:

- sub BWP yang berupa:

spasial, dapat

− alternatif skenario

diprioritaskan; − perbaikan pada tujuan,

zona, jaringan,

- masukan bagi

Perumusan

kebijakan, dan strategi

skenario

serta sarana dan

peraturan zonasi;

alternatif/

penataan ruang;

atau Rekomendasi − alternatif skenario

perencanaan

prasarana; atau

- mitigasi terhadap perencanaan guna lahan

guna lahan dan − alternatif tema

dampak lingkungan dan infrastruktur; atau

infrastruktur; penanganan

yang potensial − mitigasi terhadap dampak

atau

(program utama)

ditimbulkan dari suatu lingkungan yang potensial

− mitigasi

kawasan/objek

rencana yang ditimbulkan dari suatu

diprioritaskan. ditetapkan.

rencana yang ditetapkan.

lingkungan

- penentuan tingkat

kepadatan ruang; Rekomendasi yang bersifat non

yang potensial

- ketentuan-ketentuan spasial diakomodir dalam

ditimbulkan

yang akan ditetapkan dokumen sebagai catatan untuk

dari suatu

rencana yang

dalam PZ, seperti 35

RENCANA UMUM TATA RENCANA RINCI TATA RUANG

RUANG

KLHS RTRW

RTR Pulau, RTR

RTR Kawasan

Nasional/Provinsi/Kabupaten/

KSN Berbasis

Strategis Kab/Kota,

RDTR

Kota Kawasan, RTR Kawasan Strategis

RTR KSN Berbasis

Provinsi Objek

dapat ditindaklanjuti oleh pihak

ditetapkan. KDB, KLB, KDH,

lain. sempadan, dan lainnya; dan

Dalam tahap ini dilaksanakan - besaran kegiatan kembali konsultasi publik

pada tiap fungsi berupa seminar akhir dengan

kawasan. pemangku kepentingan yang

Meskipun KLHS diundang minimal sama dengan

menghasilkan konsultasi publik pertama (yang

rekomendasi berupa dipaparkan adalah hasil analisis

mitigasi-mitigsi dampak terhadap isu strategis yang

lingkungan, namun dalam telah disepakati dan

lingkup RDTR tetap rekomendasi KLHS sudah

diperlukan AMDAL diakomodir dalam dokumen

sebagai dokumen RTR).

kelayakan pembangunan.

BAB IV INTEGRASI KLHS DALAM PENYUSUNAN RTR

Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang merupakan suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pelaksanaan KLHS harus terintegrasi di dalam perencanaan tata ruang dan dilakukan hanya sampai dengan proses

penyusunan RTR. Pelaksanaan KLHS diintegrasikan dengan penyusunan RTR sebagai satu-kesatuan (embedded), dimana selama berlangsungnya proses penyusunan RTR ahli/tim ahli lingkungan berada dalam satu tim dengan perencana tata ruang. Hal ini sangat penting karena memungkinkan integrasi menyeluruh aspek lingkungan pada proses penyusunan RTR, sehingga tujuan KLHS sebagai alat untuk meningkatkan kualitas RTR yang disusun akan tercapai. Namun terdapat catatan perlu dihindari konflik kepentingan karena berada dalam tim yang sama.

Pengintegrasian KLHS sebagai satu-kesatuan dalam penyusunan RTR dapat dilihat pada Gambar 4.1. sebagai berikut:

Gambar 4.1

Integrasi KLHS dalam Penyusunan RTR secara Satu-Kesatuan (Embedded)

ta a S

Gambar 4.2 Penjabaran Proses dan Integrasi KLHS dalam Penyusunan RTR

Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

BAB V DOKUMENTASI KLHS

Dokumentasi pelaksanaan KLHS meliputi pelaporan hasil KLHS maupun prosedur dalam pelaksanaan KLHS. Sistematika isi laporan KLHS dalam penyusunan RTR tidak ada standar baku, tetapi terdapat muatan minimum sebagaimana dijabarkan berikut.

Laporan KLHS untuk penyusunan RTR setidaknya memuat:

a. gambaran tentang rencana tata ruang;

b. penjelasan tentang informasi lingkungan.

c. peraturan terkait dan sasaran lingkungan yang ditetapkan (terkait dengan rencana tata ruang);

d. hasil KLHS pada isu strategis, meliputi: kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

e. rumusan alternatif penyempurnaan rencana tata ruang; dan

f. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan.

Dalam hal RTR yang disusun merupakan tindak lanjut dari proses revisi RTR sebelumnya, laporan KLHS memuat pula hal-hal sebagai berikut:

a. penjelasan tentang informasi lingkungan eksisting sebelum dan sesudah implementasi RTR

b. isu-isu strategis lingkungan hidup yang mengacu pada KLHS sebelumnya atau issu strategis lingkungan hidup baru sesuai hasil konsultasi publik

Seluruh tahapan pelaksanaan KLHS dalam penyusunan RTR perlu didokumentasikan dan dapat diakses oleh masyarakat. Dokumentasi pelaksanaan KLHS memuat seluruh proses dan hasil pelaksanaan KLHS dalam penyusunan serta revisi RTR, termasuk dokumentasi rangkaian urutan tahapan pelaksanaan KLHS yang dikerjakan dan laporan pelaksanaan dan kesimpulan dari setiap pembahasan dan konsultasi publik.

Dokumen KLHS dapat dibuat dengan outline:

a. Pendahuluan

b. Gambaran Umum dan Isu Strategis Lingkungan Hidup Wilayah Perencanaan

c. Kajian Aspek Lingkungan Hidup

d. Rumusan Alternatif Rekomendasi KLHS dan Mitigasi untuk Perencanaan Tata Ruang

e. Lampiran-lampiran (Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat, Berita Acara, Notulensi, dan Dokumentasi Konsultasi Publik)

Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Dokumentasi pelaksanaan KLHS disiapkan oleh pemrakarsa rencana tata ruang dan menjadi lampiran dokumen rencana tata ruang dan dibuat salinannya bagi instansi lingkungan hidup. Dokumen publik ini dapat diakses oleh masyarakat. Dalam kasus-kasus tertentu, pemrakarsa rencana tata ruang dapat mengadakan konferensi pers atau pengumuman publik untuk mensosialisasikan pelaksanaan KLHS dalam rangka penyusunan RTR.

Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

BAB VI PENUTUP

Pedoman ini disusun dengan memperhatikan peraturan perundangan-undangan terkait. Pedoman ini juga bersifat fleksibel dengan tetap memperhatikan pentingnya faktor dan karakteristik lokal yang ada di setiap wilayah delineasi.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal …………. 2015 MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,