Cara Kerja

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Preparasi Sampel (Husni, dkk, 2008)

Sampel yang berupa biji kelor (Moringa oleifera. Lamk) dikeringkan pada temperatur 105 ºC selama 24 jam, kemudian ditimbang seberat 1 Kg.

3.5.2 Aktivasi Kimia

Sampel yang sudah ditimbang direndam dalam larutan natrium klorida dengan variasi konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40% selama 5 jam dengan ratio 1:4 (b/v) pada suhu 80 °C pada magnetic stirer, kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 24 jam. Sampel yang sudah kering siap diproses menjadi karbon.

3.5.3 Karbonisasi (Prihatini, 2005)

Sampel yang sudah dikeringkan dikarbonisasi dalam tanur pada temperatur 500 ºC selama 2 jam agar biji kelor menjadi karbon/karbon.

3.4.4 Aktivasi Fisika

Karbon hasil proses karbonisasi ditumbuk/digiling dengan mortar sampai halus kemudian diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh dan 250 mesh. Karbon yang lolos dari 120 mesh dan tertahan pada ayakan 250 mesh dimasukkan dalam alat reaktor fluidasi dan diaktivasi pada temperatur 650 ºC

dalam medium gas N 2 dengan kecepatan alir 200 mL/menit. Karbon aktif yang dihasilkan dicuci dengan 100 mL HCl 0,1 M kemudian dilanjutkan dengan pencucian menggunakan air panas sampai bebas Cl (dengan AgNO 3 ) dan filtrat mempunyai pH netral (pH 6-7). Setelah dicuci, karbon aktif dikeringkan pada temperatur 105 ºC selama 24 jam kemudian dikarakterisasi.

3.5.5 Karakterisasi

3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif

Berat jenis karbon aktif ditentukan dengan menggunakan piknometer 25 mL, piknometer dikeringkan dan ditimbang sebelum digunakan, setelah itu piknometer diisi dengan aquades dan ditimbang berat piknometer yang berisi aquades. Aquades di buang kira-kira 5 mL. selanjutnya ± 1.00 g karbon aktif dimasukkan dalam piknometer dan ditambah aquades sampai penuh lalu ditimbang. Berat jenis dihitung dengan rumus (Prihatini, 2005).

Keterangan:

A = berat karbon aktif (g)

B = Volume piknometer (mL)

C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)

D = berat piknometer + karbon aktif (g) ρ ac = berat jenis karbon aktif (g/mL) ρ w = berat jenis air (g/mL)

3.5.5.2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif

Karbon aktif dioven pada suhu 115 ± 5 ºC selama 1 jam. Didinginkan

dalam desikator. Timbang ± 0,5 g dan dimasukkan dalam erlenmeyer, tambahkan

50 mL larutan iodin 0,1 N. Erlenmeyer langsung ditutup dan dikocok selama 15

menit. Kemudian disaring dengan kertas whatman no 12 untuk memisahkan

filtratnya. Filtrat dipipet 10 mL ke dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3

0,1 N . Jika warna kuning dari larutan samar tambahkan larutan amilum 1 %

sebagai indikator. Titrasi kembali dengan teratur sampai mendapatkan titik akhir

bila warna biru larutan hilang. Normalitas filtrat dihitung dengan rumus

V = Volume Na 2 S 2 O 3 (mL) N = Normalitas Na 2 S 2 O 3 (N)

12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N W = berat karbon aktif, gram

3.5.5.3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif

Krus porselin dimasukkan dalam oven pada temperatur 140 ºC dan setelah

60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut- 60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut-

Dimana: M c = kadar air (% b/b)

G = Berat wadah kosong (g)

B = G + berat sampel (g)

F = G + berat sampel kering (g)

3.5.5.4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif

Satu gram karbon aktif yang sudah ditentukan kadar airnya, dimasukkan dalam tanur dan dibakar pada temperatur 650 ºC. Setelah 120 menit dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut-turut selisihnya tidak lebih dari 0.0002). Kadar abu dihitung dengan rumus (AOAC, 1990):

A c = kadar abu (% b/b)

G = Berat wadah kosong (g)

B = G + Berat sampel kering (g)

F = G + berat abu (g)