Kebijakan Pemerintah Pusat terkait Aspek Finansial
1. Kebijakan Pemerintah Pusat terkait Aspek Finansial
Peranan pemerintah dalam menjamin pengembangan industri sapi potong sangat besar termasuk pemberdayaan peternak dan aktor lain yang terlibat. Identifikasi terhadap kebijakan dan program yang telah diimplementasikan akan sangat membantu dalam menganalisis pelaksanaan kebijakan terkait sapi potong dan dampak dari penerapan kebijakan tersebut.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah terkait pengembangan usaha sapi potong yang dapat terkait dengan aspek finansial dan aspek terkait. Pada kajian ini akan difokuskan pada kaitan antara kebijakan tersebut dengan program dan kegiatan serta implikasinya terhadap pengembangan usaha sapi potong.
Terdapat empat kebijakan pemerintah pusat yang terkait dengan perkuatan aspek finansial pada usaha ternak sapi potong. Dua peraturan dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI dan dua peraturan dikeluarkan oleh Menteri Pertanian.
Mei, 2015
Seminar Nasional
Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan II
Tabel 1
Kebijakan Pemerintah Pusat terkait Aspek Finansial dalam Pengembangan
Usaha Sapi Potong
NO
PERATURAN
ISI DAN KETENTUAN
1. Peraturan
Menteri - Target dari kredit usaha pembibitan sapi adalah
Pertanian
Nomor:
tersedianya 1 juta ekor indukan selama lima
Kredit diberikan pada perusahaan pembibitan,
00 92009 tentang
koperasi dan kelompok ternak yang mempunyai
pedoman
aktifitas pembibitan.
implementasi Kredit - Pemerintah memberikan subsidi terhadap suku Usaha Pembibitan
bunga kredit usaha pembibitan sapi Sapi - Peraturan ini juga mengatur persyaratan dan
kewajiban dari para penerima kredit usaha pembibitan
Terdapat program kemitraan antara koperasi dan kelompok peternak sebagai peserta dalam skema kredit yang ditawarkan.
Plafon kredit per peternak adalah 66,315 juta rupiah.
Tingkat suku nunga adalah 5 per tahun. Kredit ini dapat diperpanjang selama 6 tahun.
Peraturan ini mengatur mekanisme penyaluran kredit dan sistem pengembaliannya.
2. Peraturan
Menteri - Kredit pembibitan sapi potong adalah kredit
Keuangan
Nomor
yang diberikan oleh bank yang ditunjuk kepada
131PMK.052009
para aktor yang terlibat dalam aktivitas pembibitan sapi potong. Penerima kredit
tentang skema kredit
mendapatkan subsidi dari pemerintah.
pembibitan
sapi - Kredit
pembibitan
sapi
potong hanya
potong. diperuntukan untuk membiayai pelaku bisnis. Dalam pelaksanaannya mereka harus menjalin
kemitraan dengan peternak. - Kredit
pembibitan
sapi
potong untuk
perusahaan pembibitan diberikan untuk dua tahun sejak aturan ini dikeluarkan dengan subsidi suku bunga selama 6 tahun.
- Untuk koperasi ternak, kredit diberikan sampai
dengan 2014 dengan subsidi suku bunga sampai dengan 2020.
- Tingkat suku bunga dari kredit pembibitan sapi
potong adalah sama dengan suku bunga pasar. Namun, aktorpeminjam hanya membayar 5. Selisih antara tingkat suku bunga kredit pembibitan sapi potong dengan suku bunga yang dibayarkan oleh aktorpeminjam akan disubsidi oleh pemerintah.
- Peraturan ini juga mengatur mekanisme
pelaksanaan program, pengawasan
dan
monitoring evaluasi. -
Seminar Nasional Mei, 2015
Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan II
3 Keputusan Menteri
- Kredit ketahanan pangan salah satunya
Keuangan
Nomor
diperuntukan bagi peternak sapi potong
110KMK.062004
- Kredit ketahanan pangan digunakan untuk
tentang pendanaan
membiayai
investasi
peternak dalam
pengadaanperemajaan peralatan dan sarana lain yang dibutuhkan
4 Permentan Nomor - Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) 12PermentanOT.1
dibidang Pertanian adalah kredit investasi dan
tentang
atau modal kerja yang diberikan dalam rangka
Pedoman
mendukung pelaksanaan Program Ketahanan
Pelaksanaan Kredit
Pangan dan Program Pengembangan Tanaman
Ketahanan Pangan
Bahan Baku Bahan Bakar Nabati.
- Salah satu obyek yang dibiayai adalah
dan Energi
pengembangan peternakan (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambingdomba, ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh, kelinci dan atau babi)
1) petanipeternakpekebun, 2) Kelompok taniternak, dan 3) koperasi
- Secara umum kewajiban dari aktor penerima
adalah 1) Menyusun RUK dan RDKK, 2) mengajukan kebutuhan kredit, 3) membayar kewajiban pengembalian KKPE sesuai jadwal,
4) Memanfaatkan KKPE sesuai peruntukan dengan menerapkan anjuran teknologi budidaya dari dinas.
- Tingkat suku bunga kredit 6-7 per tahun. - Plafon kredit maksimal adalah 100 juta untuk
petanipeternakpekebun dan 500 juta untuk kelompok taniternak dan koperasi.
Peraturan-peraturan tersebut di atas telah diimplementasikan oleh instansi terkait. Dibawah ini dijelaskan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan di Jawa Timur.
Program pada kredit pembibitan sapi potong yaitu penyediaan modal kerja kepada petani sapi bakalan. Kredit ini diberikan kepada 52 kelompok ternak di 24 kabupaten di Jawa Timur. Adapun jumlah sapi yang didistribusikan adalah 2.071 ekor. Apabila dibandingkan antara target yang ditetapkan dengan realisasi kredit yang disalurkan masih jauh dari target. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sulitnya mendapatkan indukan atau sapi betina yang produktif. Kedua, sebagian peternak tidak puas dengan mekanisme pemberian kredit terutama apabila diberikan dalam bentuk sapi. Mereka merasa kualitas sapi yang diperoleh sangat jelek sehingga tidak akan mampu mencapai average daily gain yang tinggi.
Jenis kredit berikutnyanya adalah Kredit Ketahanan Pangan – Energi (KKP- E)food security-energy credit yang direalisasikan sejak tahun 2010. Adapun jumlah plafon kredit yang sudah direalisasikan di Jawa Timur adalah 97,289,337,692 rupiah. Tingkat realisasi ini masih sangat rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah masih rendah pendapatan peternak kecil dan jenis dan nilai agunan yang diprsyaratkan.
Mei, 2015
Seminar Nasional
Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan II
Penyaluran KKP-E yang dilakukan oleh perbankan cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena lembaga perbankan tersebut menjalin kemitraan dengan lembaga yang kredibel. Perlu diketahui pada Januari 2013, realisasi kumulatif penyaluran KKP-
E Tebu BRI yang mencapai hingga Rp2,64 triliun kepada 1.425 debitur.
Senada dengan skim kredit sebelumnya Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) beef cattle breeding credit yang dirilis sejak 2010. Pada saat itu Jawa Timur hanya mampu menyalurkan kredit sejumlah 55,7 milyar rupiah sedangkan Jawa Barat hanya mampu menyalurkan 47,5 milyar rupiah atau hanya 13 dari kredit peternakan nasional. Itupun hanya diterima oleh tiga perusahaan pembibitan. Faktor yang menyebabkan rendahnya penyaluran kredit adalah ketidaksiapan peternak karena suku bunga kredit yang terlalu tinggi.
Dampak dari kebijakan-kebijakan diatas masih belum nampak. Sejak dikeluarkan tahun 2004 namun belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Target swasembada mulai 2004,2010 dan 2014 juga belum terpenuhi.
Ilustrasi di bawah ini menunjukkan bahwa tingkat impor sapi potong dalam kurun waktu 2008 sd 2010 menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada 2008, total konsumsi adalah 280,900 ton dimana 235,300 ton adalah produksi lokal sedangkan sisanya diimpor dari berbagai negara khususnys Australia (Tabel 2). Konsumsi sapi potong meningkat sekitar 12 pada 2009. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita sebesar 10.
Pada tahun 2010, konsumsi sapi potong adalah sebesar 328,000 ton atau naik
17.1 dari total konsumsi pada 2008. Hal ini juga selaras dengan kenaikan volume impor dari 45,600 ton pada 2008 menjadi 67,900 ton pada 2010. Atau bisa dikatakan meningkat 48.9,
Permasalahan terkait dengan aktifitas impor adalah semakin meningkatnya kehilangan (waste). Dari 2008 ke 2010, volume kehilangan adalah 5 dari total konsumsi sapi potong. Angka ini juga sama dengan 31 dari volume impor tahun 2008, 23 pada 2009 dan pada 2010 sebesar 24. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah permasalahan pada sistem distribusi sapi impor.
Tabel 2
Tingkat Produksi, Impor dan Konsumsi Sapi Potong (000 ton), Indonesia,
2008 – 2010.
Konsumsi
Konsumsi per orang
Tahun
Lokal suply
Produksi
Impor
dan impor
Kehilan
Dikonsumsi gan Total Konsumsi
kgth Grhr Calhr
Avg Growth
Sumber: Livestock Statistics of Indonesia, 2005 and 2010.