LIMA BELAS

LIMA BELAS

“GUE nggak rela kalah dengan cara begini...,” sungut Vira saat berjalan memasuki lapangan untuk memulai pertandingan quarter kedua.

“Lo jangan mulai macem-macem, Vir... Lo mo dikeluarin dari tim?” Stephanie mengingatkan. “Gue nggak bakal mulai macem-macem kalo gue nggak yakin tindakan gue bener. Strategi Pak Isman itu salah. Lo juga ngerasa begitu, kan?” tukas Vira sambil melirik ke arah Pak Isman yang lagi ngobrol dengan Pak Dibyo.

“Iya sih, tapi...” “Kalo kita kalah dan gagal ke putaran final, pasti semua bilang, wajar karena

kita masih tim junior. Padahal walaupun kita dianggap tim junior, kita bisa ngalahin Tim Banten, asal kita punya strategi yang tepat. Skill mereka nggak beda jauh dengan kita...”

“Trus, lo mo ngapain?” Vira membisikkan sesuatu di telinga Stephanie. “Lo gila! Emang bisa?” “Potong leher gue kalo sampe akhir quarter ini kita nggak bisa menang atau

minimal ngedeketin poin mereka,” jawab Vira dengan nada yakin. “Yakin?”

“Yakin. Lo kasih tau Hanna, gue kasih tau Rida dan Sita. Tapi jangan sampe ketauan Pak Isman atau Pak Dibyo.” Vira setengah berlari menghampiri Rida dan setengah berbisik ke cewek itu.

“Yang bener?” tanya Rida nggak percaya. “Yup. Steph udah setuju. Kamu ingat kan saat kita melawan SMA 2?” Rida mengangguk. “Pak Isman setuju?” tanyanya. “Kalo kita menang dengan cara ini, dia pasti nggak bakal marah,” jawab Vira

sambil mengedipkan mata. Lalu dia beralih ke Sita. “Apa yang dilakukan Vira?” tanya Pak Dibyo yang melihat Vira sibuk mondar- mandir di lapangan. Pak Isman nggak menjawab pertanyaan asisten pelatihnya itu. Dia cuman terus menatap Vira. Awas kalau dia berani macam-macam! batin Pak Isman. Keringat dingin mulai terlihat di wajahnya.

Vira mulai melaksanakan rencananya. Saat pertandingan quarter kedua dimulai, dia mengambil alih posisi Hanna sebagai power forward. Posisinya sebagai point guard diambil alih Hanna. Dengan posisi demikian, Tim Jawa Barat berubah menjadi tim yang lebih ofensif karena tiga pencentak angka terbanyaknya berada di depan. Vira, Stephanie, dan Rida.

Apa-apaan ini? tanya Pak Isman dalam hati. Perubahan strategi “dadakan” yang dibuat Vira membawa hasil. Tim Bantel

sebetulnya emang udah mengira di quarter kedua ini Tim Jawa Barat bakal tampil lebih ofensif daripada quarter pertama. Tapi mereka nggak mengira Tim Jawa Barat bakal mengubah formasi pemainnya. Vira sekarang berada di depan, menjadi otak serangan Tim Jawa Barat.

“Apa-apaan ini!? Mereka bermain tidak sesuai instruksi kita!” kata Pak Dibyo.

Permainan di lapangan emang terlihat kacau. Tim Jawa Barat seolah tidak memiliki strategi yang jelas. Mereka seakan cuman berlari mengejar bola ke mana pun. Tapi sebetulnya ini malah merepotkan Tim Banten. Mereka jadi nggak bisa bebas melakukan serangan karena terus ditempel putri-putri Jawa Barat tersebut. Nggak jarang para pemain Tim Banten harus mengalami shot clock violation (kehabisan waktu untuk menembak) karena ketatnya penjagaan Tim Jawa Barat. Di sisi lain, permainan cepat yang diterapkan Tim Jawa Barat lama-lama membuat stamina para pemain Banten yang rata-rata udah berumur menjadi sedikit kedodoran. Di sini baru terlihat, waktu istirahat berpengaruh saat permainan. Nggak heran kalo Tim Jawa Barat dapat menghasilkan angka sedikit demi sedikit dan mulai memperpendek ketinggalannya. Vira dan Stephanie menjadi bintang dengan bergantian mencetak angka.

Sita berhasil mencuri bola dari salah satu pemain Banten. Dia langsung mengoper pada Rida dan melakukan fast break ke daerah pertahanan Tim Banten. Dihadang oleh salah seorang pemain lawan, Rida mengoper bola pada Stephanie yang ada di sampingnya. Tanpa buang waktu Stephanie langsung melakukan jump shoot dari three point shot area sebelum bisa dihalangi lawannya.

Gagal! Bola hanya mengenai pinggir ring dan memantul kembali ke lapangan. Saat itu Vira yang berada di bawah ring langsung me-rebound bola dan memasukkannya kembali ke ring dengan dibayang-bayangi seorang pemain lawan.

Angka mendekat menjadi 23-17. Walau masih setengah dari angka tim lawan, perainan Tim Jawa Barat menimbulkan secercah harapan. Penonton yang sebagian besar merupakan suporter Tim Jawa Barat yang tadinya lesu karena timnya ketinggalan di quarter pertama jadi bersemangat lagi. C‟tra Arena pun jadi kembali bergemuruh oleh sorak sorai yang mendukung Vira cs.

Setelah mencetak angka, Tim Jawa Barat nggak langsung mundur ke daerahnya, tapi menunggu lawan di garis tengah. Saat lawan membangun serangan, mereka langsung mendekat.

Operan panjang dari guard Tim Banten langsung ke depan. Rida coba memotongnya, tapi tangannya kurang panjang. Telapak tangannya cuman sempat menyentuh bola, hingga bola berbelok arah dan menuju Hanna. Perebutan bola Operan panjang dari guard Tim Banten langsung ke depan. Rida coba memotongnya, tapi tangannya kurang panjang. Telapak tangannya cuman sempat menyentuh bola, hingga bola berbelok arah dan menuju Hanna. Perebutan bola

Foul! Hanna sendiri berhasil mengeksekusi dua kali tembakan bebas, hingga

kedudukan sekarang menjadi 23-19. Empat angka lagi! kata Vira dalam hati sambil melihat ke papan skor. Tim Banten meminta time out. Vira menatap ke arah Stephanie. Dia tahu, pasti

Pak Isman bakal mencak-mencak karena strateginya dikacaukan oleh Vira. Bahkan ada kemungkinan Vira bakal diganti.

Dan benar, Pak Isman langsung meluapkan kekesalannya, terutama pada Vira. “Mau kalian apa sih!? Kalian udah nggak menganggap Bapak sebagai pelatih

kalian!? Terutama kamu, Vira! Kamu mau jadi pelatih di sini!? Silakan kalau begitu! Kalian bermain saja sesuka h ati kalian!!” semprot Pak Isman. Tinggal Pak Dibyo sebagai asisten pelatih Pak Isman yang berusaha menenangkan atasannya itu.

Semua pemain tertunduk mendengar ucapan Pak Isman. “Kalian ternyata sama saja! Sama-sama susah diatur!” “Saya yang salah, Pak. Saya yang memaksa teman-teman untuk bermain

menyerang,” Vira mencoba membela teman-temannya. “Bapak tahu! Dan sebagai hukuman, kamu akan tetap di bangku cadangan sampai pertandingan ini selesai. Setelah itu baru nanti akan diputuskan apakah kamu masih bis a berada di dalam tim ini atau tidak.”

Walau udah menduga Pak Isman akan menjatuhkan hukuman pada Vira, nggak urung ucapan pelatih Tim Jawa Barat ini membuat kaget seluruh pemain. Vira sendiri udah pasrah dengan apa yang akan menimpa diirnya. Dia cuman menyesal, belum sempat menyamakan kedudukan sebelum time out.

“Pak, ini bukan kesalahan Vira, tapi kami semua udah sepakat untuk lebih menyerang. Bahkan saya yang mengusulkan agar Vira jadi forward, karena saya tahu dia juga bagus dalam menerobos ke bawah r ing...,” Stephanie berusaha membela Vira.

“Kamu coba membela Vira?” “Bukan, Pak, tapi...” “Udahlah, Steph...,” Vira menengahi Stephanie. “Ini semua salah gue, lo nggak

usah membela gue. Gue udah puas kok karena apa yang gue rencanain berhasil dengan bai k walau gue menyesal kita belum bisa nyamain kedudukan.”

Pertandingan quarter kedua kembali dilanjutkan. Seperti udah diduga, posisi Vira diganti oleh Alexa, sementara Hanna diganti oleh Poppy. Stephanie juga ternyata ikut diganti oleh Agnes.

Digantinya Vira tentu aja menimbulkan pertanyaan di kalangan penonton. Banyak yang menyayangkan Vira diganti, padahal dialah motor serangan Tim Jawa Barat yang lagi on fire.

“Kok Vira diganti sih? Stephanie juga,” tanya Amel. Nggak tahu dia bertanya pada siapa. “Suatu saat kalian akan mengerti untuk apa Bapak lakukan semua ini, “kata Pak Isman di depan bangku cadangan. Suaranya udah nggak sekeras tadi. Semua pemain cuman diam, nggak menanggapi ucapan Pak Isman.

“Thanks udah belain gue tadi,” ujar Vira pada Stephanie. “Nggak masalah. Gue rasa lo bener. Pak Isman agak aneh hari ini. Nggak biasanya kan dia marah- marah begitu...,” jawab Stephanie. “Tapi gara-gara gue, lo jadi ikut susah, ikut diganti. Hanna juga. Padahal tadi kan Pak Isman bilang cuman gue yang diganti.” “Udah... nggak usah dipikirin. Kita liat aja ntar apa yang terjadi. Siapa tau ada keajaiban, dan kita bisa menang.”

Tapi keajaiban yang diharapkan ternyata nggak kunjung terjadi. Kembalinya Tim Jawa Barat ke strategi bertahan dan digantinya beberapa pemain inti mereka membuat Tim Banten kembali menguasai permainan. Tim Jawa Barat pun kembali tertekan, dan perbedaan angka kembali membesar. Dari kedudukan 23-19, Tim Banten terus menambah angka hingga 29-19, sebelum Rida membuat dua angka dari rebound hasil pantulan tembakan tiga angka dari Sita.

“Stephanie! Kamu masuk...,” perintah Pak Isman. Tapi walau Stephanie kembali masuk ke lapangan, disusul oleh Hanna. Tim

Jawa Barat tetap nggak terbantu. Strategi bertahan tim membuat mereka selalu tertinggal dalam pengumpulan angka. Para penonton pun mulai gemas. Saat quarter ketiga dimulai, teriakan-teriakan bernada nggak puas mulai terdengar. Banyak yang meminta supaya Vira dimasukkan lagi dan Tim Jawa Barat kembali bermain menyerang.

“Kenapa sih Vira nggak masuk lagi? Apa dia cedera?” tanya Rei yang nonton bersama anak-anak basket SMA 31. “Jangan-jangan cederanya kambuh lagi, Rei...,” sahut Rendy. Tapi sampai pertandingan berakhir, Vira nggak masuk lagi ke lapangan. Tim

Banten pun memenangi pertandingan dengan skor 63-47 dan berhak lolos ke babak final di Jakarta.

“Yah... ambil aja sisi baiknya. Paling nggak lo bisa jalan-jalan lagi sepulang sekolah, dan gue nggak perlu nitip absen kalo ada kuliah sore...,” celetuk Stephanie pada Vira seperti menghibur dirinya sendiri.